Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atur Privasi Sebelum Memajang Foto Anak Anda

Kompas.com - 28/10/2010, 10:21 WIB

Memajang foto anak yang baru terlahir ke dunia juga bisa disebut menorehkan jejak sejarah kemanusiaan bahwa telah bertambah satu anggota umat manusia lahir ke dunia. Hampir mustahil seseorang memajang kematian anggota keluarganya di Facebook. Ini konsep dua permainan rasa yang berbeda: bahagia dan lara. Kebahagiaan seperti mendapat anak yang baru lahir layak di-share (dibagikan) kepada kerabat dan keluarga dekat. Lara atau kesedihan biasanya disimpan saja dalam hati, tidak untuk dibagikan di situs pertemanan.

Ketika perangkat yang memungkinkan mengakses internet sudah sedemikian murah dan mewabah dan menjadi alat sehari-hari seperti halnya ponsel kini, tak tertutup kemungkinan setiap ibu di seluruh pelosok dunia yang terjangkau sinyal telepon dapat dengan mudah mengunggah bayi yang baru dilahirkannya. Mungkin ini terjadi pada generasi berikutnya saat internet sudah benar-benar menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Tak ada bayi lahir ke dunia yang tak terdeteksi saat mereka lahir, berkat prakarsa ibunya yang mengunggahnya di internet.

Mitch Joel, pakar pemasaran digital dalam buku Six Pixels of Separation yang ditulisnya, menjelaskan, pada dasarnya setiap manusia itu tersambungkan satu dengan lainnya. Ketersambungan dan keterhubungan umat manusia di dunia semakin mewujud saat media sosial dan situs pertemanan lainnya menjadi bagian gaya hidup warga dunia. Meski untuk konteks bagaimana seseorang dapat melakukan personal branding (pencitraan pribadi) melalui media sosial, buku ini juga dapat menjelaskan mengapa para ibu di AS—bahkan mungkin para ibu di Indonesia yang sudah melek internet—sangat berhasrat memajang foto anak-anak atau bayi mereka yang baru lahir di internet. Bukan dimaksudkan sebagai pencitraan pribadi bagi anak-anak mereka, tetapi sebatas ingin berbagi kebahagiaan saja melalui teknologi informasi yang bahkan bisa dilakukan saat para ibu untuk pertama kalinya melihat bayi merah mereka lahir di tempat persalinan.

Tentu saja yang harus diingat adalah nasihat Smith tadi, bahwa ada juga efek negatif menyimpan dan memajang foto anak-anak di internet. Jika ada protes dari anak-anak kelak saat mereka dewasa yang keberatan foto saat bayinya dipajang, itu sebenarnya ekses kecil saja, yang mungkin hanya terjadi di belahan Barat sana di mana privasi menjadi urusan utama. Apa salahnya menghapus file yang diunggah tersebut kalau anak yang baru gede itu kelak tidak menyukainya.

Akan tetapi, yang harus dipikirkan adalah kemungkinan kejahatan melalui internet (cyber crime) terhadap bayi merah yang baru dilahirkan atau anak-anak yang sedang lucu-lucunya, yakni kemungkinan terjadinya penculikan atau kejahatan seksual terhadap anak-anak yang fotonya secara terang-terangan dipajang di internet.

Jangan karena kebahagiaan tiada tara lalu buru-buru mengunggah foto bayi yang baru lahir atau anak-anak yang sedang lucu-lucunya di internet. Agar tidak terlambat, aturlah privasi di situs pertemanan Anda sehingga hanya orang-orang tertentu sajalah yang bisa mengakses foto anak-anak Anda!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com