Salah satu contoh adalah film Tron Legacy yang disematkan di ponsel Nokia N8 dalam beberapa adegan. Meski dikemas hanya trailer-nya saja namun sudah cukup untuk mencuri hati penikmat film untuk pergi ke bioskop. Bagi Nokia yang menjadi sponsor, mutu audio dan video film yang dibintangi Jeff Bridges ini sekaligus menjadi “alat” untuk menunjukkan kemampuan komponen dan fitur HDMI-nya.
Ya, anak-anak indie memang selalu cerdas mencari peluang. Tak sukses masuk bioskop tradisional, masih ada jalan digital. Katanya, cara ini sudah dilakukan. Kata Ucup, mereka sanggup bikin film yang dikustom untuk sebuah produk ponsel atau tablet PC tertentu. Beragam application store yang ditawarkan oleh platform Android, BlackBerry, iPhone atau iPad, Bada, juga OVI Store makin membuka jalan distribusi film mereka. “Bahkan film Merantau sudah masuk iTunes,” ujar pira berkacamata ini.
Layanan operator
Sebagai refleksi saja. Di Amerika, industri layanan konten digital berupa video cukup diminati. Menurut eMarketer, pendapatan total dari sektor ini mencapai 719 juta dollar tahun 2010. Lembaga riset ini meramalkan tahun 2014, khusus mobile video bisa meraup untung sampai 1,3 milyar dollar.
“Proses digitalisasi media dan peluang untuk meningkatkan perolehan keuangan dari sektor game dan musik akan dialami juga oleh publisher film,” ujar Noah Elkin, analis senior eMarketer.
Tahun 2004, operator Sprint di Amerika yang menggunakan jaringan CDMA malah telah menggelar layanan “pay-per-view” untuk memperoleh streaming film durasi penuh. Layanan bernama Sprint Movies yang dioperasikan oleh mitra kerjanya, mSpot bahkan bekerjasama dengan distributor film dunia macam Buena Vista VOD, Lionsgate, Sony Pictures Home Entertainment, dan Universal Pictures.
Pada tahun itu saja sudah 45 judul siap ditonton via ponsel. Sejumlah film box office macam National Treasure, Spider-Man 2, dan Scarface adalah beberapa di antaranya.
Mengapa Sprint menggelar layanan film digital bergerak ini?
Direktur Penjualan Produk Hiburan Sprint kala itu, Alana Muller melihat ada ceruk di situ. Ia melihat pelanggan Sprint yang sering menunggu di bandara gara-gara delay, juga orang-orang sibuk yang perlu hiburan sambil makan siang, bahkan anak-anak yang diam duduk di kursi mobil saat melakukan perjalanan jauh dengan orang tuanya. “Anak-anak akan terhibur oleh film Herbie: Fully Loaded dan Babe,” kata Muller.
Upaya Sprint membuahkan hasil. Setahun kemudian nampak pertumbuhan pelanggan. Menurut Muller, sejak Sprint Movies diluncurkan pelanggan tumbuh rata-rata sebesar 30 persen. Tawaran ini sangat signifikan menarik pelanggan baru.