Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
INDUSTRI KREATIF

Mereka Berjuang Sendiri dari Cimahi

Kompas.com - 05/08/2011, 02:52 WIB

Sekjen CCA Agustiana (30) menambahkan, film-film animasi dari luar negeri harganya bisa lebih murah karena disubsidi pemerintah. Film animasi Ipin & Upin, misalnya, Pemerintah Malaysia membelinya dari produsen dengan biaya tinggi. Film itu kemudian dijual ke sejumlah televisi di berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan harga yang murah. ”Harga bisa ditekan Rp 5 juta, misalnya, tetapi kalau yang beli 100 televisi, nilainya bisa Rp 500 juta,” ujar Agustiana.

Pemerintah Malaysia sebenarnya meraih keuntungan atau manfaat ganda dari menyebarkan film animasi itu. Selain dari harga jual, penyebaran animasi itu juga merupakan bagian dari promosi negara dengan destination brand, The Trully of Asia itu. Atau, film Doraemon harganya bisa hanya sekitar Rp 15 juta per episode karena penjualnya di Jepang bisa menjual ke puluhan atau ratusan televisi di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, menurut Rudy, belum ada regulasi yang bisa membuat iklim kondusif bagi industri kreatif animasi. Pemerintah, melalui badan usaha, misalnya, belum membeli produk animasi, lalu memasarkannya ke berbagai televisi, baik dalam negeri maupun luar negeri. Kalau iklimnya bagus, ragam budaya Nusantara yang amat kaya itu bisa dianimasikan, misalnya wayang atau kearifan lokal berkarakter Indonesia.

Karena itu, para pelaku animasi di Cimahi lebih memfokuskan diri ke produk-produk iklan agar industri mereka tetap berjalan. Selain di dalam negeri, mereka juga bisa menjual produksinya ke luar negeri melalui komunikasi internet. ”Dari produk iklan, satu tayangan berdurasi satu menit harganya bisa mencapai Rp 100 juta,” ujar Rudy. Hanya, melalui produk iklan, animator atau pembuat iklan tayangan itu biasanya tidak muncul.

Untuk mengarahkan kreativitas para anggota yang sebagian besar anak-anak muda itu, Rudy melakukan kerja sama dengan investor secara perorangan. Misalnya, ada beberapa pesanan pembuatan iklan senilai Rp 200 juta, tentu mereka tidak akan mampu membiayainya. Maka, dicarilah investor yang bersedia mendanai dengan hasil 50-50 dari keuntungan bersih.

Hal itu terpaksa dilakukannya karena perbankan belum mau masuk ke sektor itu. Selain itu, komunitas CCA sering mengerjakan program dari pemerintah yang tendernya dimenangi perusahaan lain. ”Kerja sama ini sudah berjalan dan saling menguntungkan. Artinya, para animator itu tidak pernah rugi,” tutur Rudy.

Secara lembaga, CCA juga melakukan kerja sama dengan berbagai instansi untuk pelatihan atau sosialisai pembuatan film dan animasi. Misalnya, dengan Kementerian Perdagangan, Pemprov Jabar atau DKI, lalu dengan Pemprov Jateng untuk pembinaan telematika, teknologi informasi dan komunikasi, serta animasi.

Akhir Juli lalu, melalui kerja sama dengan Dinas Kominfo Jabar, produk iklan animasi CCA dipamerkan di London, Inggris. Produknya berupa animasi Senyum Sahabat, Briptu Norman, dan produk iklan Kelana Historia. (Dedi Muhtadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com