Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wawancara

Industri Kreatif di Mata Ridwan Kamil

Kompas.com - 12/08/2011, 07:23 WIB

Sampai saat ini situasi bisnis kita belum mengglobal menurut saya, namun sudah dalam proses menuju kesana. Jadi dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, Indonesia akan mengalami perkembangan dari Industri Kreatif. Kekuatan Negara akan bergantung kepada kelas menengah yang menguasai pendidikan dan teknologi. Mereka tidak lagi bicara sulitnya mendapat dana dan dukungan pemerintah, tetapi sudah bisa menjalankan sendiri bisnis kreatifnya dengan cara-cara kreatif. Mereka bahkan bisa memilah Angel Investor mana yang tepat untuk mendukung bisnis mereka. Bukan hanya dari sisi bisnis dan keuntungan semata, namun Angel Investor akan digiring untuk mempunyai idealisme sosial.

Bagaimana agar Industri Kreatif di Indonesia bisa cepat berkembang?

Orang-orang dengan ide kreatif harus percaya diri untuk memaparkan idenya. Jangan malu untuk mempublikasikan ide, membaginya melalui sosial media. Hadir dalam berbagai seminar dan bangun jaringan sesudahnya. Saya merasakan sendiri, 25 persen pekerjaan yang sekarang saya pegang, saya dapatkan setelah menjadi pembicara seminar atau menghadiri event-event yang bisa memperluas jaringan. Jaringan yang luas bisa mempermudah mendapatkan kepercayaan orang untuk memberikan modal atau untuk tawaran kerja sama.

Seberapa besar pengaruh teknologi terhadap perkembangan industri kreatif?

Sangat besar menurut saya. Ide tidak akan menyebar tanpa bantuan teknologi. Contohnya saya, yang selalu membagikan ide di Twitter melalui Kultwit (kuliah Twitter). Saya juga menampilkan karya arsitektur saya melalui foto-foto di Facebook. Saya menulis di blog. Orang kemudian bisa mengenal saya dan ide-ide saya dari berbagai media sosial tersebut dan pekerjaan pun berdatangan dari situ. Teknologi bisa dimanfaatkan untuk mengglobalisasikan ide dan karya sehingga orang lain bisa lebih mengenal kita dan apa yang kita kerjakan.

Mungkinkah akan muncul perusahaan sekelas Microsoft, Google, atau Apple dari Indonesia?

Bisa, saya yakin Indonesia akan punya perusahaan sebesar itu. Sekarang yang harus dilakukan adalah membangun percaya diri terhadap ide yang sudah ada. Tetapkan mindset yang tidak shorten, artinya jangan melulu memiliki tujuan finansial. Industri Kreatif harus memiliki extra value bagi kehidupan. Hal ini yang dulu juga dilakukan Google dan Facebook.

Bagaimana pandangan Mas Emil tentang akuisisi perusahaan asing terhadap perusahaan start-up Indonesia?

Untuk beberapa kasus saya melihat masih terlalu cepat, saya tak mau menyebut siapa dan perusahaan apa. Artinya, jika masih bisa ditahan, mengapa tidak ditahan dulu? Kita memang butuh pengembangan usaha, tetapi menyerahkan perusahaan kepada perusahaan asing tentu butuh berbagai pertimbangan. Kalau keputusan diambil karena ingin membuat perusahaan kita lebih mengglobal, ya boleh-boleh saja. Akuisisi bisa membantu perusahaan kita lebih dikenal dunia internasional. Tapi kalau motivasinya uang, lebih baik ditahan dulu sampai menemukan angka yang betul-betui tepat untuk menghargai kerja keras dan kreativitas Anda.

Mas Emil sudah memegang berbagai megaproyek di beberapa negara. Bisa ceritakan prosesnya, atau bagi tips agar bisa seperti itu?

Percaya diri dengan ide kreatif kita, perluas jaringan, manfaatkan teknologi untuk menyebarluaskan ide-ide dan karya, juga bangun tim yang bisa memperkuat visi-misi kita. Tim harus lengkap, berisikan orang-orang yang menguasai teknologi, bisnis, pemasaran, agar bisa saling dukung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com