Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wawancara

Serkan Toto Bicara Bisnis Digital di Indonesia

Kompas.com - 22/10/2011, 11:35 WIB

KOMPAS.com: Kalau sekarang yang menjadi tren adalah "mobile", "commerce" dan "social". Bagaimana startup bisa mengembangkan bidang tersebut?

Serkan Toto: Saya rasa kalau sekarang kita lihat di Eropa dan Amerika adalah adanya penggabungan dari tiga hal tersebut. Ada mobile commerce dan ada pula social commerce. Mobile commerce ini bisa kita lihat sangat pesat di Jepang, ini bisnis miliaran. Setiap orang menggunakan ponsel untuk memesan pakaian, makanan, dan sebagainya. Mereka berkomunikasi lewat ponsel dan juga membayar lewat ponsel. Ini belum populer di Eropa, belum populer juga di Indonesia. Tetapi saya rasa ini akan tumbuh sangat besar bila diterapkan di negara "mania mobile" seperti Indonesia. Sekali infrastrukturnya mendukung, mobile payment mendukung, ini akan menjadi masa depan yang patut digarap.

Begitu juga dengan social commerce. Apa kunci untuk mengembangkan menuju ke sana? Kunci pengembangan mobile commerce adalah mobile payment. Ini bisa dipelajari dari Jepang yang menjadi negara mobile commerce terbesar. Jadi, di sana Anda bisa membeli pakaian di toko lalu membayarnya dengan ponsel lewat mobile billing. Jadi Anda tidak perlu kartu kredit. Anda cukup menekan tombol, lalu Anda langsung bisa membayarnya. Tagihan akan dikirim lewat e-mail setiap bulan. Inilah yang membuat mobile commerce besar di Jepang, multi-miliaran market.

Ketika dukungannya sudah bagus, maka mobile commerce akan mendarat di Indonesia, tak ada keraguan. Tetapi di Jepang agak berbeda dengan di sini, dimana semuanya prepaid. Di sana pengguna punya kontrak dua tahun dengan penyedia layanan, lalu penyedia layanan akan kirim tagihan setiap bulannya. Indonesia mungkin bisa (tetap berkembang) dengan metode yang berbeda.

KOMPAS.com: Di luar tema social, commerce dan mobile, wilayah mana yang bisa dijajaki oleh para startup?

Serkan Toto: Pastinya gaming. Kalau Anda melihat ke luar Indonesia, Anda akan melihat bahwa game masih terbagi menjadi mobile gaming, console gaming, iOS, Android, dan lainnya. Tetapi di masa depan, semua itu akan menyatu. Saya pikir mobile Internet dan PC Internet akan menyerap semua console gaming. Lima hingga sepuluh tahun lagi, mungkin tidak akan lagi PlayStation karena semua perangkat ini akan terintegrasi dengan ponsel atau PC. Jadi gaming ini adalah area yang sangat bagus, terutama bagi startup Indonesia. Kalau saya menjadi startup di Indonesia, saya akan berusaha keras untuk membuat startup gaming. Ini karena game potensinya sangat besar, tidak memandang unsur kultural. Kalau Anda buat puzzle game, contohnya, Anda bisa menjual di mana pun di dunia. Anda tak perlu khawatir tentang kultur, sosial, dan agama serta yang lain. Anda tinggal jual saja. Saya rasa gaming adalah big future area.

KOMPAS.com: Apakah Anda punya saran bagi startup di Indonesia, bagaimana caranya untuk survive dalam persaingan?

Serkan Toto: Saya pikir apa yang harus dilakukan oleh startup Indonesia dalam pandangan saya adalah mereka tidak seharusnya membandingkan diri mereka dengan startup lain di Indonesia saja. Saya tidak tahu, tetapi saya mendapat kesan bahwa startup di Indonesia cenderung demikian. Jadi mereka hanya membandingkan dengan yang ada di lingkaran mereka sendiri.

Dengan cara ini, ekosistem secara keseluruhan tidak dapat berkembang. Anda tidak bisa belajar apa-apa. Karena ini hanya berputar-putar. Indonesia harus menginvestigasi bagaimana bisnis bekerja misalnya, di Amerika, Jepang, dan Eropa. Saya sempat beberapa kali berbicara dengan startup di Indonesia, mereka tidak tahu (tentang industri digital di luar Indonesia). Jadi level pengetahuan tentang ekosistem di tempat lain sangat terbatas. Ini karena setiap orang fokus pada startup di Indonesia sendiri. Ini merupakan kesalahan besar.

Ada banyak hal yang harus dipelajari, terutama dari Amerika, bagaimana model bisnis bekerja di sana. Bagaimana proses bisnis bekerja. Bagaimana membangun perusahaan, cara survive, bagaimana monetize. Startup di Indonesia bisa pergi keluar, menghabiskan waktu 2-3 minggu untuk studi banding. Atau mungkin bisa saja dengan memanfaatkan Internet. Misalnya, bagaimana harus pitching, bagaimana menyusun rencana bisnis. Jadi mungkin tidak perlu juga pergi langsung ke luar negeri.

KOMPAS.com: Bagaimana Anda melihat peran pemerintah dalam industri digital? Misalnya kalau melihat di Jepang, tempat Anda menetap?

Serkan Toto: Kalau di Jepang, pemerintah menjaga jarak dengan digital. Di Indonesia sedikit berbeda mungkin. Pemerintah tidak seharusnya mengganggu pembentukan ekosistem ini, mereka cukup mendukung saja. Ada banyak hal yang pemerintah bisa lakukan, misalnya mengenalkan para pakar teknologi untuk startup. Namun, berdasarkan yang saya dengar, pemerintah Indonesia kurang punya kemauan untuk melakukannya. Tetapi itu mungkin ada bagusnya juga. Ada satu hal, pemerintah tidak seharusnya menginvestasikan uang ke para startup. Saya melihatnya ini di Malaysia, ketika pemerintah melakukannya, ini menjadi bencana. Karena, sekali pemerintah melakukannya, mereka bekerja seperti penyakit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com