Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wawancara

Serkan Toto Bicara Bisnis Digital di Indonesia

Kompas.com - 22/10/2011, 11:35 WIB

Serkan Toto: Ada beragam beberapa startup inovatif. Saya lihat website yang terkait dengan travelling, Bistip, ini menarik karena idenya cukup unik. Tetapi yang saya belum lihat dari tempat seperti Indonesia adalah adanya industri yang punya deep technology di dalamnya. Salah satu contohnya, industri seperti Drop Box, ini sangat berkaitan erat dengan teknologi. Jadi para startup di Indonesia dan juga di Asia Tenggara, mereka sangat fokus pada social, gaming, dan pada hal-hal yang sederhana, dimana user interface itu penting, tetapi belum ada deep technology. Dalam hal ini juga, seperti yang saya katakan bahwa Amerika lebih di depan daripada yang lain. Mengapa seperti itu? Apa mungkin ini hanya soal evolusi dalam bisnis digital saja? Ya, saya pikir seperti itu. Mungkin hanya soal waktu saja. Saya rasa nantinya, pada tahun 2020 misalnya, bisnis digital akan berpindah dari Silicon Valley ke Asia.

Dalam pandangan saya, tidak ada keraguan tentang itu. Untuk Indonesia, yang merupakan negara terbesar keempat di dunia secara populasi, dimana ada juga banyak talenta, saya pikir dalam 10 tahun, Indonesia akan mengejar. Tapi sekarang, Anda tidak bisa membandingkan Indonesia dengan negara lain yang lebih maju. Jadi semuanya hanya soal waktu.

KOMPAS.com: Tema kompetisi SparxUp tahun ini adalah "Innovate or Die". Apakah Anda cukup melihat adanya inovasi di sini atau masih banyak yang "meniru"?

Serkan Toto: Cukup banyak. Ya, soal clone, saya rasa tidak hanya di Indonesia, di wilayah lain bahkan Eropa, Amerika Selatan, dan Asia, banyak sekali clone. Saya bisa sebut banyak kalau saya mau. Sebenarnya tak masalah kan? Ada banyak clone yang bahkan kita lihat di Jerman, jadi clone tidak peduli dengan apakah kita Indonesia, Asia, atau Eropa. Clone adalah fenomena global.

Namun saya rasa, pada tahun-tahun mendatang, Asia akan mengejar dan akan menjadi lebih inovatif. Kalau begitu, jadi apa pentingnya menjadi inovatif? Ya, itu pertanyaan utamanya. Apa pentingnya menjadi inovatif? Saya pikir hanya menjadi inovatif, tidak akan menyelesaikan masalah. Bagi saya, sebagai konsumen, kalau saya ingin pakai mobile product, web product atau produk digital apapun, itu harus menghibur saya dan harus menyelesaikan masalah saya.

Saya secara pribadi tidak peduli apakah inovatif atau tidak, tapi selama itu menyelesaikan masalah dan menghibur, saya rasa tidak masalah. Siapa yang peduli. Saya paham konsep inovasi itu, semua orang mungkin ingin yang inovatif, saya mengerti. Orang mungkin akan mengatakan, kita punya startup paling inovatif di dunia. Namun sebenarnya mendefinisikan inovasi itu sangat sulit. Apa inovasi itu? Saya tidak tahu definisi pasti inovasi, karena memang tidak ada definisi ilmiahnya.

KOMPAS.com: Jadi clone itu tidak masalah menurut Anda?

Serkan Toto: Saya akan mengatakan, clone yang bagus itu tak masalah. Jadi kloning itu bukan hal yang buruk. Jadi ketika Anda melihat konsep yang bekerja bagus di luar sana, lalu Anda membawanya, itu mungkin bagus. Kalau Anda cuma copy paste, copy logo, desain, dan lainnya mentah-mentah, itu sangat buruk. Tetapi jika Anda menambahkan sedikit imajinasi, rasa lokal di dalamnya, sedikit inovasi, itu tak masalah. Karena ini juga sebuah inovasi, mendapat suatu ide, lalu "memelintirkan" sedikit. Tapi kalau copy paste saja, itu sesuatu yang harusnya Anda tidak lakukan. Namun semua kembali pada konsumen, kalau mereka datang pada Anda, membayar layanan Anda, maka ya baik-baik saja. Clone ini wilayah abu-abu (grey area). Tidak bisa dibilang langsung bagus atau buruk.

KOMPAS.com: Anda juga bicara tentang hyperlocalization? Apa itu dan apa pula pentingnya?

Serkan Toto: Ada banyak definisi mungkin. Tapi saya mendefinisikan bahwa hyperlocalization adalah mengambil konsep yang sudah bekerja di negara lain, membawanya ke negara Anda dan mengubahnya sedikit sehingga sesuai dengan pengguna lokal. Itu hyperlocalization. Saya rasa yang dilakukan Gantibaju.com itu adalah wujud dari hyperlocalization. Mereka mengambil konsep yang sudah ada di Amerika lalu menerapkannya di sini. Anda bisa melihat sendiri perkembangannya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com