Daerah industri di tujuh kawasan industri di Provinsi Pathum Thani, Nonthaburi, masih terbenam sehingga mengganggu produksi dan menyebabkan ribuan pekerja diminta tinggal di rumah untuk sementara waktu.
Bank sentral menyatakan di Bangkok, Minggu (23/10), pertumbuhan ekonomi pada 2011 diperkirakan hanya mencapai 3 persen dari perkiraan sebelumnya 4,1 persen. Bahkan, menteri keuangan sebelumnya menyatakan, pertumbuhan tidak akan mencapai 2 persen mengingat banyak barang ekspor yang tidak dapat diproduksi. Thailand merupakan negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di Asia Tenggara. Perekonomian Thailand sangat tergantung pada ekspor. Sektor industri pariwisata Thailand juga terpukul akibat banjir ini.
”Thailand diperkirakan memerlukan waktu enam bulan untuk bangkit dari banjir terburuk dalam 50 tahun terakhir ini,” ujar Siri Ganjarerndee, salah seorang anggota Komite Kebijakan Moneter Bank Sentral Thailand. Dia mengatakan, saat ini sedang dikaji apakah bank sentral harus mengubah kebijakan moneternya karena bencana ini. Banjir memengaruhi konsumsi domestik dan investasi. Bank sentral memperkirakan kerugian akibat banjir ini sebesar 100 miliar
Tentara pada akhir pekan lalu berupaya menyelamatkan kawasan industri Lat Krabang dan Bangchan dari terjangan air dengan membangun tembok-tembok. Meskipun demikian, pemimpin Angkatan Bersenjata, Prayuth Chan-ocha, menyatakan, tidak dapat menjamin kawasan yang merupakan urat nadi perekonomian tersebut akan terbebas dari banjir. ”Kami terus bekerja keras, tetapi tidak dapat menjamin 100 persen kawasan ini tidak akan diterjang banjir,” kata Prayuth.
Di Lat Krabang terdapat 254 pabrik dan 49 di antaranya adalah pabrik Jepang. Sementara di Bangchan ada 90 pabrik. Pabrik di kedua kawasan industri tersebut memproduksi berbagai macam barang seperti mobil, makanan dan minuman, serta barang elektronik.
Perusahaan besar seperti
Tidak hanya itu, para pedagang beras juga memperkirakan pasokan beras akan berkurang sekitar 2 juta ton. Thailand merupakan salah satu pengekspor beras terbesar dunia.
Pasar saham juga turun drastis karena para investor mengkhawatirkan dampak banjir ini terhadap perekonomian Thailand dan kinerja perusahaan. Hari Kamis saja indeks sudah turun 3,1 persen dalam satu hari. ”Pasar saham kami terjepit antara faktor negatif dari luar dan situasi banjir yang semakin buruk. Dengan situasi seperti ini, indeks saham akan terus tertekan,” ujar Aphisit Limsupanark dari OKS Securities.
Di Myanmar, 6.000 rumah masih terendam. Para pejabat setempat memperkirakan kerugian dari banjir itu sebesar 1,7 juta dollar AS. Lebih dari 1.500 orang masih mengungsi.
Kamboja, negara yang tergantung pariwisata, juga banyak merugi akibat banjir ini. Sekitar 200 wisatawan asing harus dievakuasi dari kompleks Ankor karena jalan terputus.