Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Infrastruktur Bangkok Makin Kritis

Kompas.com - 05/11/2011, 02:15 WIB

BANGKOK, JUMAT - Penderitaan warga Thailand akibat banjir besar, khususnya yang sekarang tengah dialami penduduk kota Bangkok, diperkirakan bakal berlanjut. Kali ini, ancaman terbaru mengintai sejumlah sistem dan jalur kereta bawah tanah serta pusat-pusat perbelanjaan utama ibu kota negeri itu.

Seperti dikhawatirkan selama ini, banjir besar Thailand akhirnya mulai ”menyentuh” kawasan pinggiran dari pusat kota Bangkok, Jumat (4/11).

Diyakini, sudah sekitar 20 persen dari total luasan kawasan ibu kota itu sekarang dilanda banjir.

Banjir dikhawatirkan pula mendatangkan potensi bahaya lain, seperti penyakit menular, lantaran air yang tercemar berbagai polutan, seperti sampah, bangkai hewan, dan limbah industri.

Kondisi itu semakin membuat cemas banyak kalangan, apalagi total populasi kota Bangkok saja mencapai 12 juta orang.

Sebelumnya, pemerintah kota mengaku menjamin kawasan pusat kota Bangkok bakal aman dari banjir.

Namun, belakangan, pergerakan air, yang pelan tapi pasti, sekarang sudah hanya tinggal beberapa kilometer dari kawasan bisnis dan turisme di pusat kota.

Salah satu pusat perbelanjaan, Mal Central Plaza bahkan terpaksa ditutup. Hal itu lantaran genangan air sudah semakin tinggi di kawasan persimpangan Lat Phrao, kawasan utara pusat kota, tempat di mana mal itu berada.

Selain pusat perbelanjaan, pemerintah kota juga mengaku terpaksa menutup jalur transportasi kereta bawah tanah mereka jika ketinggian air mulai berada di atas 40 sentimeter.

Di kota Bangkok setidaknya terdapat tiga stasiun yang harus ditutup, seperti di Lat Phrao, Phahon Yothin, dan Chatuchak Park.

Tak tertampung

Persoalan lain yang muncul adalah jumlah penampungan sementara korban banjir di ibu kota negara itu dipastikan tidak bakal bisa menampung seluruh penduduk yang kawasannya terendam air dan terpaksa harus dievakuasi.

Diperkirakan, dari total 50 distrik di kota Bangkok, sebanyak 12 distrik dilanda banjir dengan total populasinya 1,7 juta orang.

Tidak heran, banyak warga korban banjir terpaksa bertahan tinggal di rumah mereka masing-masing walau tergenang air.

Kondisi itu semakin mempersulit upaya penanganan oleh pemerintah. Belum lagi ancaman kekurangan makanan dan air minum lantaran tidak semua kawasan bisa dijangkau oleh petugas penyelamat akibat banyak jalur transportasi yang putus.

Kerumitan juga terjadi ketika banyak warga yang daerahnya dilanda banjir merasa wilayah mereka memang terpaksa dikorbankan.

Mereka meyakini, pemerintah melakukan itu demi melindungi kawasan-kawasan elite di pusat kota, yang dipenuhi rumah- rumah mewah milik orang kaya, hotel-hotel, dan mal elite. Akibatnya, tidak jarang warga yang marah membongkar tanggul- tanggul darurat yang dibangun.

(AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com