JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dianggap menjual "kavling" spektrum frekuensi 3G dengan harga yang terlalu murah. Potensi yang hilang hampir mencapai Rp 350 triliun.
Kerugian itu adalah versi Center for Indonesian Telecommunications Regulation Study (Citrus). Pendapat ini disampaikan oleh Direktur Citrus Asmiati Rasyid dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (4/1/2011).
"Harga satu blok spektrum di Indonesia hanya Rp 160 miliar. Sementara India saja sudah menjual satu blok spektrum seharga Rp 31,14 triliun," ujarnya.
Hasil studi yang dilakukan Citrus, pihaknya mengusulkan harga satu blok spektrum mencapai Rp 5 triliun. Hal itu dihitung berdasarkan nilai produk domestik bruto dan daya beli masyarakat.
Berikut perhitungan Citrus tentang potensi pendapatan negara dari spektrum (telekomunikasi, bukan termasuk broadcasting dan satelit):
Spektrum | Bandwidth yang diberikan | Potensi |
900/1800/2100MHz | 300MHz | Rp 150 triliun |
2,3GHz | 30MHz | Rp 15 triliun |
2,6GHz | 150MHz | Rp 50 triliun |
3,3GHz | 100MHz | Rp 75 triliun |
450/850MHz | 45Mhz | Rp 22,5 triliun |
1900MHz | 10MHz | Rp 5 triliun |
2,5-2,6GHz | 60MHz | Rp 30 triliun |
Total | Rp 347,5 triliun |
Keputusan Bersama
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemkominfo Gatot S Dewa Broto saat dihubungi terpisah mengatakan pemerintah menetapkan harga frekuensi 3G per blok berdasarkan keputusan bersama antara Kemkominfo dan Kementerian Keuangan.
Sehingga, ujarnya, tidak ada keputusan sepihak antara pemerintah dengan para operator yang menggunakan frekuensi tersebut.
"Harga itu relatif. Tahun sebelumnya, masih ada beberapa operator yang protes karena harga frekuensi per blok dinilai terlalu mahal. Tapi juga tidak bisa dibandingkan dengan harga frekuensi di India, tidak bisa disamaratakan seperti itu," tambah Gatot.
Pemerintah juga tidak ingin bahwa operator bakal dijadikan "sapi perah" untuk mendapatkan pendapatan tinggi yang diperoleh dari penjualan frekuensi 3G.
Setidaknya, dengan harga saat ini, pemerintah sudah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan sudah diinformasikan kepada operator.
Bahkan, lanjutnya, pihak operator sendiri tidak keberatan dengan harga frekuensi per blok yang saat ini sebesar Rp 320 miliar. "Itu sudah harga moderat," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.