Oleh: Abdi Husairi Nasution
kompasiana: abdinst
Di era Facebook ini, menjadi film terbaik tak harus memiliki dialog yang bagus dan cerdas. Tanpa dialog pun oke-oke saja. Sebuah film juga tak harus punya gambar warna-warni menawan. Semua persyaratan itu menjadi tak penting ketika film bisu atau film tanpa dialog The Artist tahun ini dinobatkan The Best Picture di ajang Academy Awards ke-84.
Film garapan Michel Hazanavicius itu tak hanya bisu atau tanpa dialog, tetapi juga tanpa warna. Ja-ngan pernah berharap, Anda melihat aneka warna di film tersebut. Dari awal hingga akhir, Anda hanya akan disuguhi warna hitam-putih. Ini se-suai dengan setting tahun 1920-an yang ditampilkan di film itu.
Aspek artistik (seni) dan kekuatan cerita meloloskan The Artist menjadi film terbaik. Padahal, saingan The Artist di deretan nominasi The Best Picture bukan film sembarangan.
The Artist, dalam kebisuan dialognya berhasil membuat saya tetap terpaku di kursi dan menimbulkan rasa ingin tahu cerita selanjutnya. Walau tanpa dialog, film ini berhasil membuat saya tersenyum melihat bahasa dan gerak tubuh mereka.
Seperti halnya film-film di era Charlie Chaplin dahulu, agar penonton tak bingung , dialog-dialog yang penting ditampilkan melalui penggunaan signage atau kalimat-kalimat yang muncul dan bisa dibaca penonton. Penonton pun tetap bisa memahami dialog yang disampaikan.
Selengkapnya http://kom.ps/uW66
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.