Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Antivirus Gagal Deteksi Virus Mata-Mata?

Kompas.com - 04/06/2012, 19:08 WIB

KOMPAS.com - Virus mata-mata, seperti Flame atau Stuxnet, menyebar lama sebelum akhirnya terdeteksi produk antivirus. Ada beberapa hal yang diyakini jadi faktor penyebab gagalnya antivirus mendeteksinya.

Hal itu dikemukakan Alfons Tanujaya, spesialis antivirus Vaksincom, saat dihubungi KompasTekno, Senin (4/6/2012).

Ia mencatat, setidaknya ada tiga kegagalan industri antivirus yang terjadi baru-baru ini: Stuxnet, Duqu dan Flame.

Bahkan Flame diyakini sudah melakukan aksinya sejak 2007. Artinya, ada waktu sekitar lima tahun program jahat ini tak terdeteksi antivirus.

Namun, Alfons mengatakan, kegagalan itu bisa dipahami sepenuhnya. Karena produsen antivirus dunia memang terfokus untuk melawan ancaman yang menyebar luas (massal).

Apalagi, virus mata-mata seperti Flame atau Stuxnet diduga kuat merupakan produk lembaga pemerintahan. Jelas sumber daya yang dimiliki dalam membuat virus ini lebih luas.


Tiga level pembuat virus

Alfons mengibaratkan, setidaknya ada tiga level pembuat virus di dunia. Pertama, level mahasiswa yang membuat virus dengan motivasi iseng.

Kedua, level perusahaan yang memang membuat program jahat dengan tujuan meraup uang. "Ini saja sudah bikin vendor antivirus 'berkeringat' mengejar kegesitan pembuat virus," kata Alfons.

Nah, level ketiga adalah lembaga pemerintahan yang mungkin memiliki akses dana dan waktu yang praktis tak terbatas. Apalagi virus itu dibuat dengan tujuan spionase.

Alfons mencontohkan, Flame menggunakan SSL port 443 untuk melindungi traffic-nya. Ini menyulitkan karena selama ini port 443 digunakan oleh layanan e-banking.

"Produk antivirus mana yang kurang kerjaan scanning traffic di port 443? Wong di-scan saja isinya diacak dan nggak bisa diartikan," tuturnya.

Hal lain, Flame dikatakan menggunakan bahasa pemrograman cross platform bernama LUA Scripting. Sebuah tools "mahal" yang menurut Alfons hanya lazim dipakai pada tingkat korporasi.


Siapa takut virus mata-mata?

Untungnya, virus seperti Flame atau Stuxnet dibuat secara spesifik dengan sasaran-sasaran spesifik pula. Artinya, kebanyakan pengguna tak akan jadi sasaran program jahat ini.

"99 persen pengguna internet awam tidak terancam secara langsung, dan bukan sasaran virus ini," tukas Alfons.

Justru pihak yang perlu menaruh perhatian ekstra pada keberadaan virus mata-mata adalah pemerintah. Khususnya, Departemen Pertahanan dan lembaga intelijen resmi negara.

Ini karena virus mata-mata memiliki banyak tujuan. Salah satunya adalah menggali informasi penting dari lembaga-lembaga tertentu.

Alfons pun menegaskan, virus semacam ini tak bisa diatasi hanya dengan memasang antivirus. Perlu ada langkah-langkah keamanan yang lebih lanjut agar bisa mengantisipasi keberadaannya.

Maka, kembali pada lembaga yang berkepentingan untuk menentukan apakah ancaman semacam ini sudah patut jadi perhatian atau belum. Satu hal yang pasti: mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Cara Atur Margin dan Ukuran Kertas di Google Docs

    Cara Atur Margin dan Ukuran Kertas di Google Docs

    Software
    Cara Membuat Abstrak Otomatis dengan Mudah dan Cepat, Bisa buat Skripsi, Jurnal, dll

    Cara Membuat Abstrak Otomatis dengan Mudah dan Cepat, Bisa buat Skripsi, Jurnal, dll

    e-Business
    Jadwal Maintenance 'Honkai Star Rail' Versi 2.2, Siap-siap Ada Karakter Baru

    Jadwal Maintenance "Honkai Star Rail" Versi 2.2, Siap-siap Ada Karakter Baru

    Game
    'PUBG Mobile' PMSL SEA Summer 2024 Mulai 8 Mei, Ini Jadwal dan Tim yang Main

    "PUBG Mobile" PMSL SEA Summer 2024 Mulai 8 Mei, Ini Jadwal dan Tim yang Main

    Game
    Internet Starlink Elon Musk Cocok di Daerah Terpencil yang Tak Terjangkau Fiber Optic

    Internet Starlink Elon Musk Cocok di Daerah Terpencil yang Tak Terjangkau Fiber Optic

    e-Business
    Jokowi Prihatin Indonesia Hanya Punya 2 dari 320 'Supplier' Produk Apple

    Jokowi Prihatin Indonesia Hanya Punya 2 dari 320 "Supplier" Produk Apple

    e-Business
    Mengenal Transsion, Perusahaan HP China Induk Infinix, Tecno, dan Itel

    Mengenal Transsion, Perusahaan HP China Induk Infinix, Tecno, dan Itel

    e-Business
    Cara Mengatasi Background Google Meet Terbalik

    Cara Mengatasi Background Google Meet Terbalik

    Software
    Cara Nonton Apple Event Nanti Malam Pukul 21.00 WIB, iPad Baru Dirilis?

    Cara Nonton Apple Event Nanti Malam Pukul 21.00 WIB, iPad Baru Dirilis?

    Gadget
    Bos TikTok Tampil Glamor di Met Gala 2024, Jadi 'Tuan Rumah Kehormatan' di Tengah Ancaman Pemblokiran

    Bos TikTok Tampil Glamor di Met Gala 2024, Jadi "Tuan Rumah Kehormatan" di Tengah Ancaman Pemblokiran

    e-Business
    Komparasi: Samsung Galaxy S24 Plus Vs Samsung Galaxy S24 Ultra

    Komparasi: Samsung Galaxy S24 Plus Vs Samsung Galaxy S24 Ultra

    Gadget
    Blackview BL9000 Pro Meluncur, Ponsel Tangguh dengan Pendeteksi Panas Tubuh

    Blackview BL9000 Pro Meluncur, Ponsel Tangguh dengan Pendeteksi Panas Tubuh

    Gadget
    Cara Login WhatsApp Tanpa Kode Verifikasi dengan Mudah dan Cepat

    Cara Login WhatsApp Tanpa Kode Verifikasi dengan Mudah dan Cepat

    Software
    Bocoran Gadget Baru yang Rilis di Apple Event Nanti Malam, Ada iPad Pro?

    Bocoran Gadget Baru yang Rilis di Apple Event Nanti Malam, Ada iPad Pro?

    Gadget
    Kena Tipu, Penjual Bitcoin Rugi Rp 1 Triliun

    Kena Tipu, Penjual Bitcoin Rugi Rp 1 Triliun

    Internet
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com