Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sam Franklyn, Menjaga Optimisme Meski Terbaring Lumpuh

Kompas.com - 05/11/2014, 12:19 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

KOMPAS.com - Programmer lepas di Galileo Indonesia, Samuel Franklyn (47), lumpuh sejak 2010 akibat rusaknya syaraf tulang belakang saat terjatuh di jalan.

Meski demikian, pria yang akrab disapa Sam itu tidak mau bergantung dengan orang lain dan tetap ingin bekerja.

Saat ditemui di kediamannya, di wilayah Jakarta Barat,  Sam sedang tidur telentang sambil mengetik di laptop miliknya.

Laptop Sam diletakkan di sebuah pipa besi yang dimodifikasi sehingga bisa menopang laptop. Penyangga laptop Sam ini dibuat khusus oleh Arif Christianto, teman dekat Sam.

Bagi sebagian orang, kondisi Sam mungkin membuat sedih. Tak sedikit orang yang akan patah semangat menghadapi hal serupa.

Namun tidak demikian dengan Sam. Ia mengaku tetap optimistis. Salah satu kata-kata penyemangat yang ia pegang berasal dari salah satu temannya, yang mengatakan: bahagia jangan dinilai dari kesehatan saja.

"Kalau saya enggak optimistis nanti saya mana bisa hidup, nanti saya enggak pernah bahagia dong," kata Sam, saat ditemui akhir Agustus 2014.

Kompas.com/Andri Joseph
Samuel Franklyn (47), programmer lepas di Galileo Indonesia ini mengalami lumpuh dari tahun 2010 yang mengakibatkan dia tidak bisa berdiri. Sehari-harinya Samuel bekerja dengan laptop dan alat penyangganya dengan posisi tidur.
Jatuhnya Sederhana, Dampaknya Luar Biasa

Peristiwa yang menimpa Sam sepintas tampak sederhana. "Saya waktu itu mau pergi kerja, terus saat lagi jalan saya jatuh, kena tulang belakang," kata Sam.

Setelah terjatuh, Sam tidak merasa ada yang aneh. Dia kemudian melanjutkan perjalanannya ke kantor dengan menumpangi taksi.

Namun, selang beberapa hari, Sam merasa tidak sehat dan lama-kelamaan seluruh badan Sam tidak bertenaga dan tidak bisa berdiri sama sekali.

Sam kemudian melakukan pemeriksaan pertamanya di Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat. Rupanya, kejadian sederhana itu berdampak luar biasa pada tubuhnya.

Dokter ketika itu menyimpulkan sementara bahwa saraf tulang belakang Sam tertekan dan tidak bisa berfungsi seperti biasanya.

Sam pun tidak bisa bekerja karena badannya tidak kuat untuk bergerak. Setelah meminta izin, kantor Sam saat itu memperbolehkan Sam untuk bekerja di rumah selama enam bulan.

Lewat dari enam bulan, Sam mengundurkan diri. Kemudian, bersama dengan beberapa temannya, Sam mengerjakan beberapa proyek.

Kemudian, Sam kembali melamar ke Galileo Indonesia, tempatnya bekerja saat kecelakaan terjadi, dan diterima kembali per Agustus 2014 dengan lama kontrak enam bulan.

Padang Rumput yang Indah

Sam mendapatkan dukungan dari orang dekatnya selama melalui masa-masa awal sakitnya. Misalnya Arif Christianto yang membuatkan penyangga laptopnya itu.

Selain itu, Sam juga dibantu oleh Mona, pengasuh yang memang sejak kecil ikut dengan keluarganya. "Saya dari zaman ibunya (Sam) sampai sekarang," ujar Mona.

Mona setiap harinya datang saat siang untuk membantu Sam makan, mandi, dan saat buang air. Jelang sore, Mona pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari rumah kontrakan Sam untuk mengurus suaminya. Jelang malam, Mona kembali ke tempat Sam hingga pagi hari.

Sam juga melakukan upaya melalui pengobatan alternatif. Awalnya, ia hendak melanjutkan pengobatan konvensional.

Namun terdapat kendala ketika dokter memintanya untuk melakukan pemeriksaan lanjutan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Sam, yang ketika itu memiliki bobot 150 kilogram, tidak bisa memasuki mesin MRI karena badannya melebihi lebar mesin.

Hal tersebut menyebabkan Sam berusaha mencari berbagai cara pengobatan alternatif, di antaranya reflexology dan akupuntur.

"Ini saya lagi ikut program akupuntur. Katanya sih bisa sembuhin syaraf-syarafnya. Ya saya berharap saja yang terbaik dari Tuhan," kata Sam.

Dari sisi  pengobatan konvensional, Sam hanya diberi obat penghilang rasa nyeri dan beberapa obat lainnya.

Sam sendiri pernah merasakan sakit yang amat sangat ketika syaraf di tulang belakangnya tiba-tiba bereaksi. Sakit itu bahkan menyebabkannya berhalusinasi.

"Waktu itu saya kayak bisa menyibak tembok terus kelihatan padang rumput, indah banget deh. Terus ada perempuan cantik ngulurin tangannya ke saya. Tapi saya belum mau mati jadi saya enggak pegang tangannya," kata Sam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com