Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa, "Selfie" Cuma Identik Buat Narsis?

Kompas.com - 29/03/2016, 09:07 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

KOMPAS.com –  Robert Cornelius pasti tidak menyangka, usahanya memotret diri sendiri pada 1839 kini menjadi tren global. Dalam perkembangannya, foto diri bahkan tak lagi dilakukan atas nama seni fotografi saja, apalagi sekadar narsis.

Selfie, sebutan untuk aktivitas memotret diri sendiri itu, dapat menjadi sarana untuk banyak hal yang lebih bermanfaat bagi banyak orang ketika diunggah ke media sosial. Foto diri musisi Kenny G di Hongkong, merupakan salah satunya.

Pada hari itu, 22 Oktober 2014, jalan-jalan di Hongkong riuh dengan luapan suara massa. “Freedom… Freedom….,” begitulah kira-kira seruan yang dilontarkan lautan manusia dengan kompak. Warga Hongkong sedang menggelar demonstrasi menuntut pemilu langsung untuk memilih pemimpinnya.

Saat demonstrasi berlangsung, Kenny sedang berada di negara kota tersebut. Tidak ada persoalan kalau hanya begitu. Namun, dia mengambil potret diri berlatar puluhan ribu demonstran.

Begitu diunggah ke Twitter, foto Kenny ini langsung menuai pro-kontra. Master saxophone yang sedang berlibur itu sontak kena semprot dari Pemerintah Beijing, dengan tuduhan turut mendukung gerakan perubahan di Hongkong.

Sebaliknya, warga Hongkong mengambil inspirasi dari foto Kenny. Mereka melakukan selfie laiknya Kenny dan berbondong-bondong mengunggah hasil jepretan ke media sosial. Pada hari itu, “jurnalisme selfie” menemukan momentumnya. (Baca: Sejarah Panjang Selfie dan si Tongkat Narsis).

Donasi

Aksi Kenny bukan satu-satunya aktivitas selfie yang tak sekadar narsis. Organisasi dunia seperti Unicef—organisasi di bawah PBB yang menangani masalah anak-anak—juga menggunakan selfie untuk salah satu gerakan kampanyenya.

Pada Oktober 2014 juga, seperti diunggah di blogs.unicef.org.uk, Unicef mengadopsi kesuksesan kampanye amal The Ice Bucket Challenge – menyiram tubuh dengan air es—untuk gerakan ber-hashtag #wakeupcall.

Twitter Natalie Imbruglia Natalie Imbruglia ikut berpartisipasi dalam program amal UNICEF dengan tagar #wakeupcall

Unicef mengajak setiap orang di dunia melakukan selfie begitu bangun tidur, lalu diunggah di media sosial memakai tagar tersebut. Memakai cara itu, Unicef mendorong orang-orang untuk lebih peduli terhadap nasib anak-aak yang menjadi korban perang di Suriah.

Sebagai unggahan pertama di kampanye #wakeupcall adalah foto selfie selebritis Jemima Khan di Twitter, pada 5 Oktober 2014. Berderet selebritis menyusul langkah Jemima, seperti Liam Neeson,  Stephen Fry, Natalie Imbruglia, Cindy Crawford, dan Jeremy Clarkson.

Dari setiap unggahan wajah kusut bangun tidur, mereka yang mengunggah foto bangun tidur ini juga menyumbang 5 poundsterling.

Kritik

Selfie juga efektif menjadi salah satu cara menyampaikan kritik sosial. Jennifer Taylor, ibu muda asal Las Vegas, Amerika Serikat, adalah salah satu yang menerapkan hal itu.

Taylor mengunggah foto selfie dirinya dalam posisi menyusui sang putri yang berusia satu tahun. Dalam foto itu, dia menatap tajam lensa kamera.

Keterangan foto selfie Taylor berbunyi, “Banyak wanita berjalan dengan payudara hampir keluar dari baju demi menarik perhatian. Namun, begitu aku mengeluarkan payudara untuk memberi anakku ASI, itu menjadi masalah? Urusi saja payudaramu dan biarkan aku menyusui putriku.”

Dikutip dari cosmopolitan.com, Taylor sengaja menggugah foto itu untuk membalas cibiran yang sering diterima ibu menyusui. Perempuan berusia 21 tahun itu berpendapat  fotonya adalah bentuk pembelaan terhadap kaum ibu yang menyusui anaknya di area publik dan kerap mendapat protes.

Aksi selfie dan status Taylor disebar ulang oleh lebih dari 20.000 orang.

Selfie bermanfaat

Selfie dengan menampilkan foto sarat kritik sosial maupun ajakan untuk perbaikan, bisa dilakukan siapa saja, tak terkecuali Anda. Namun, ada sejumlah hal harus menjadi perhatian bila Anda ingin melanjutkan jejak orang-orang di atas.

Potret pandangan mata seperti aksi Kenny maupun kritik sosial seperti Taylor, tetap harus memperhatikan norma, etika, dan keselamatan semua pihak. Bila tidak cermat, selfie Anda bisa menjadi cibiran bahkan bermasalah hukum bukannya membawa perbaikan.

Dok Oppo Pebalap F1, Rio Haryanto (kanan), dan artis Isyana Sarasvati tengah berfoto diri (selfie) memakai produk Oppo
Selebihnya, Anda tinggal memilih sarana yang tepat untuk selfie maksimal sekaligus penyampai pesan yang efektif. Jangan khawatir, sekarang selfie tak perlu lagi ribet seperti upaya Cornelius. (Baca: Siapa Pelaku Pertama “Selfie”?)

Kini, selfie cukup dilakukan memakai ponsel berkamera depan. Soal kualitas gambar, sekarang ada kamera depan ponsel yang memiliki resolusi 8 megapiksel. Kalau pencahayaan kurang terang, ponsel berkamera seperti Oppo F1 menyediakan fitur screen flash untuk memastikan wajah terlihat terang.

Masih merasa kurang yakin dengan profil diri yang terpotret, ada fitur-fitur penunjang selfie yang bisa dipakai juga. Di antara fitur itu adalah Beautify 3.0 maupun beragam filter yang bisa dipilih. (Baca: Bahkan Taylor Swift Pun Bisa Minder, Ini Cara Mengatasinya!)

Jadi, bukan saatnya lagi selfie cuma buat narsis! Berani?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com