Kemudian pada September 2015, perampingan dilakukan kepada 47 karyawan, atau sekitar 13 persen dari total karyawan yang bekerja di Evernote. Pada saat yang sama, Evernote juga menutup tiga kantor internasional yang dimiliki.
Hal ini dilakukan karena CEO Evernote saat itu, Chris O'Neill percaya bahwa tim yang lebih kecil bisa mengukir pertumbuhan perusahaan ke depannya.
Berselang tiga tahun kemudian, tepatnya pada September 2018, terjadi eksodus eksekutif perusahaan, di mana CTO Anirban Kundu, CTO Vincent Toolan, CPO Erik Wrobel, dan kepala SDM Michelle Wagner hengkang dari Evernote.
Selain itu, Evernote melakukan PHK terhadap 54 karyawan atau sekitar 15 persen tenaga kerja. Kali ini, pihak perusahaan ingin memfokuskan perhatiannya pada pengembangan produk.
Lalu pada Februari lalu, Evernote melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 129 karyawan.
Musababnya, perusahaan tidak mendulang keuntungan selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, pemecatan mesti dilakukan apabila perusahaan ingin bertahan hidup dalam jangka waktu yang panjang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.