Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hindari 5 Kebiasaan Ini kalau Tak Mau Smartphone Cepat Rusak

Kompas.com - 18/09/2023, 10:20 WIB
Oik Yusuf

Penulis

Sumber PCMagazine

KOMPAS.com - Smartphone masa kini bisa dibilang cukup awet. Di luar cacat produksi, kekurangan desain bawaan, atau software/ OS yang sudah kadaluarsa, biasanya sebuah ponsel pintar bisa bertahan hingga hitungan tahun apabila dirawat dengan benar.

Namun, layaknya perangkat-perangkat lain baik elektronik maupun bukan, smartphone juga rentan rusak apabila penggunanya abai dalam pemakaian. Jenis kerusakannya bisa beraneka macam, mulai dari baterai yang lekas "bocor", layar retak, sampai konektor berkarat.

Baca juga: Hati-hati Saat Rekam Konser dengan HP, Kamera Bisa Rusak

Untuk meminimalisasi risiko rusak, ada 5 kebiasaan buruk dalam memakai smartphone yang sebaiknya Anda hindari. Berikut ini penjelasannya, sebagaimana dihimpun Kompastekno dari PC Magazine, Senin (18/9/2023).

1. Menggunakan kabel atau charger abal-abal

Ilustrasi charger ponsel abal-abal dengan komponen berkualitas rendah yang terbakarHuddersfield Examiner Ilustrasi charger ponsel abal-abal dengan komponen berkualitas rendah yang terbakar
Tak semua charger dan kabel punya diciptakan sama. Bedanya terletak di bahan dan konstruksi yang akan mempengaruhi kualitas dari keluaran daya listrik. Dua hal ini kerap tak kasat mata karena tersembunyi di balik tampilan fisik yang terkesan meyakinkan.

Charger dan kabel bawaan pabrik atau third party yang berkualitas tinggi biasanya terbuat dari komponen-komponen bagus dan memiliki konstruksi apik pula, sehingga aman untuk dipakai mengisi daya ponsel.

Sebalilknya, charger dan kabel abal-abal bisa memiliki kualitas daya listrik buruk. Efeknya paling terasa di baterai yang dapat lekas mengalami kehilangan daya tampung. Akibatnya baterai cepat habis alias "bocor". Tak menutup pula kemungkinan hardware ponsel bisa ikut rusak.

Kabel atau charger berkualitas rendah mungkin juga tidak menerapkan mekanisme perlindungan yang memadai sehingga rawan menyetrum atau bahkan bisa terbakar.

Baca juga: Mengapa Smartphone Bisa Terbakar, Ini 10 Pemicunya yang Wajib Dihindari

Untuk menghindari risiko macam demikian, jika ingin membeli charger dan kabel pihak ketiga, sebaiknya pilihlah brand yang sudah dikenal memiliki kualitas tinggi meskipun harganya lebih mahal. Lebih baik mengeluarkan uang lebih banyak daripada menyesal di kemudian hari.

2. Tidak memakai casing untuk melindungi ponsel

Cara membersihkan casing HP yang menguning.TheNewYorkTimes Cara membersihkan casing HP yang menguning.
Anda pasti pernah bertemu seseorang yang layar ponselnya pecah. Smartphone masa kini memiliki layar berukuran besar, menutup setengah permukaan bodi kalau bukan lebih, sehingga komponen itu rawan rusak apabila ponsel terjatuh.

Apalagi, sebagian ponsel modern juga licin di tangan dengan material kaca, aluminium, dan sebagainya, ditambah lagi bentuk tipis yang menyulitkan genggaman. Bisa dibilang hampir semua pengguna smartphone pasti pernah menjatuhkan perangkatnya.

Agar ponsel lebih aman, pakailah casing hard case maupun softcase yang mampu melindungi layar. Casing semacam ini biasanya memiliki "bumper" di pinggiran yang lebih tinggi dari permukaan layar. Sehingga, layar tidak akan membentur lantai apabila perangkat terjatuh.

Baca juga: Cara Bersihkan Casing atau Softcase HP Berdasarkan Bahannya

Sebagian pabrikan smartphone biasa menyertakan casing di kemasan perangkatnya, misalnya softcase silikon transparan, jadi Anda tidak perlu membeli secara terpisah dan bisa langsung memakainya. Kalaupun tidak, ada banyak ragam casing yang bisa dibeli di pasaran.

Screen protector berbahan film plastik atau tempered glass bisa membantu melindungi ponsel pula.

Memakai casing dan screen protector bukan berarti perangkat jadi kebal terhadap kerusakan, tapi risikonya berkurang jauh. Anggaplah sebagai helm atau seatbelt untuk ponsel. Mungkin penampilannya jadi agak berubah, tapi jelas lebih aman.

3. Terlalu sering menguras baterai

Ilustrasi mengisi daya baterai ponsel.Freepik/rawpixel.com Ilustrasi mengisi daya baterai ponsel.
Karena penuaan kimiawi atau chemical aging, baterai lithium di aneka perangkat elektronik modern, termasuk smartphone, memiliki masa pakai terbatas sehingga lambat laun pasti kinerjanya berkurang. Kondisi baterai tua tidak akan seprima baterai baru.

Ada beberapa hal yang bisa mempercepat proses degradasi ini sehingga baterai lekas rusak, misalnya menggunakan charger dan/ atau kabel abal abal seperti poin nomor satu di atas.

Kebiasaan buruk lainnya adalah terlalu sering menguras baterai ponsel hingga benar-benar kosong sebelum diisi lagi. Sebab, chemical aging baterai lithium paling cepat terjadi apabila voltase internalnya berada di titik terendah (baterai habis) atau titik tertinggi (baterai penuh).

Karena itu, jangan membiarkan ponsel sampai mati kehabisan baterai sebelum menancapkan charger. Idealnya angka kapasitas dijaga antara 30-80 persen supaya baterai bisa awet maksimal.

Baca juga: 6 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan saat Cas HP, Perhatikan biar Baterai Awet

Bagaimana dengan hal sebaliknya, misalnya menancapkan ponsel ke charger semalaman sehingga baterai berada di kapasitas 100 persen dalam waktu lama?

Para pabrikan perangkat punya cara untuk mencegah hal ini. Sistem operasi iOS di iPhone, misalnya, memiliki fitur Optimized Battery Charging yang hanya akan mengisi baterai hingga 80 persen di situasi tertentu untuk menjaga kesehatannya.

Fitur serupa juga bisa ditemukan di ponsel Android, tergantung pabrikan dan tipe perangkatnya. Untuk OS Android "polos" seperti di ponsel Pixel Google, ada fitur Adaptive Charging yang cara kerjanya mirip dengan Optimized Battery Charging di iOS.

4. Kebanyakan "selfie" atau memotret di dalam air

Ilustrasi smartphone tercebur ke airgadgetstouse.com Ilustrasi smartphone tercebur ke air
Ponsel Anda tahan air dengan sertifikasi IP67 atau IP68? Jangan terlalu percaya diri dan membawanya nyemplung ke kolam renang untuk jepret-jepret foto.

Perlu diingat bahwa Pengujian IP rating dilakukan di dalam keadaan terkontrol dengan air yang diam tanpa gerakan. Tekanannya statis alias tidak berubah-ubah

Sebaliknya, situasi di kolam renang, misalnya, pasti berbeda karena ada banyak gerakan yang akan mempengaruhi tekanan air terhadap perangkat. Jadi, selalu ada kemungkinan air atau uap air bisa menyelusup masuk dan merusak elektronik di dalamnya.

Risiko konektor di ponsel mengalami korosi juga akan meningkat apabila sering basah atau didiamkan terlalu lama dalam keadaan basah. Ponsel biasanya akan menolak di-charge apabila konektor masih basah atau lembap.

Baca juga: Mengenal Angka-angka Rating IP di Smartphone Masa Kini

Kemudian, air seperti di kolam renang biasanya juga ditambahi bahan kimia seperti kaporit (untuk membunuh kuman) yang bisa mengurangi ketahanan terhadap air atau meningkatkan risiko karat.

Yang pasti, jangan sampai ponsel terkena air laut karena kandungan garamnya sangat merusak untuk komponen elektronik, termasuk pin-pin di konektor yang terbuat dari logam.

Apabila ingin mengambil gambar di dalam air, sebaiknya gunakan kamera aksi saja yang memang dirancang agar punya ketahanan lebih tinggi dibanding ponsel.

5. "Jorok" dalam memasang aplikasi

Ilustrasi malware Android.Gizchina Ilustrasi malware Android.
Kebiasaan satu ini menyangkut aspek software pada ponsel yang akibatnya tak kalah gawat dibanding kerusakan hardware, kalau bukan lebih parah.

Seperti halnya perangkat komputer lain, smartphone rawan disusupi program jahat alias malware atau virus. Tujuan program tersebut bermacam-macam, mulai dari menampilkan iklan untuk mencari uang bagi pembuatnya, hingga mencuri informasi perbankan.

Untuk mencegah infeksi malware, hindari kebiaaan "jorok" alias asal-asalan memasang aplikasi. Bisa jadi aplikasi tersebut ditunggangi oleh malware tanpa Anda sadari.

Baca juga: Alasan Hacker Masa Kini Lebih Mengincar Smartphone ketimbang Laptop

Aplikasi macam demikian bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk toko aplikasi di luar toko resmi. Karena itu, sebaiknya hanya pasang aplikasi yang Anda dapatkan dari Google Play Store atau Apple App Store saja.

Memang, menggunakan toko resmi tak menjamin keamanan 100 persen karena kadang mereka kebobolan juga meloloskan aplikasi berbahaya. Namun, paling tidak risikonya jauh lebih rendah ketimbang mengunduh dari sumber tak jelas.

Untuk keamanan ekstra, Anda juga bisa coba memasang aplikasi antivirus. Banyak di antara antivirus mobile dibuat oleh perusahaan-perusahaan sekuriti beken seperti Norton, Trend Micro, McAfee, hingga ESET.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com