Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nvidia Pernah Nyaris Bangkrut, Diselamatkan oleh GPU Ini

Kompas.com - 26/10/2023, 10:02 WIB
Oik Yusuf

Penulis

KOMPAS.com - Sebelum dikenal sebagai raksasa teknologi pembuat chip pengolah grafis (GPU), perjalanan Nvidia banyak diwarnai jatuh bangun.

Salah satu momen yang menentukan nasibnya datang pada 1997. Produk perdana yang dirilis dua tahun lalu di 1995, chip grafis NV1, gagal di pasaran.

Chip grafis kedua, NV2, mulanya dikembangkan bersama Sega untuk Dreamcast, namun berakhir batal. Sega lebih memilih chip PowerVR2 dari VideoLogic untuk konsol game besutannya.

Co-founder sekaligus CEO Nvidia Jensen Huang menghadapi situasi sulit. Perusahaannya yang sedang berjuang agar tak tergilas pemain-pemain lain di industri teknologi hampir kehabisan uang.

Baca juga: Sejarah Nvidia, Produsen Kartu Grafis yang Berawal dari Nongkrong Sambil Ngopi

Kas perusahaan hanya cukup untuk enam bulan ke depan dan tidak ada cadangan. Kalau produk berikutnya gagal juga, gulung tikar menanti.

"Kami kehabisan waktu, kehabisan uang, dan banyak karyawan kehilangan harapan," ujar Huang menceritakan keadaan ketika itu, dalam sebuah wawancara dengan AcquiredFM.

Alasan Nvidia gagal di awal

Selain harga tinggi, penyebab utama kegagalan NV1 adalah karena chip itu menggunakan teknik di luar kebiasaan untuk rendering grafis 3D berbentuk polygon, yakni dengan bidang-bidang dasar (primitives) quadratic yang bersisi empat.

Padahal, industri selebihnya menggunakan primitives triangle bersisi tiga yang lebih sederhana dan tidak serumit quadratic untuk rendering, meskipun kualitasnya cenderung lebih rendah.

Terlebih, meskipun industri hardware 3D konsumen ketika itu masih sangat baru, sudah ada kesepakatan di antara para pemainnya untuk menggunakan rendering berbasis triangle sebagai standar.

Baca juga: Nvidia Mungkinkan Gamer Ngobrol Langsung dengan Karakter Game

Kinerja NV1 sebagai akselerator 3D sebenarnya kompetitif, hanya saja sistem rendering quadratic jadi batu sandungan terbesar. Chip bikinannya sempat dipakai di produk kartu grafis seperti seri Edge 3D dari Diamond.

Namun, NV1 segera terjepit produk-produk chip grafis generasi awal dari berbagai vendor, antara lain Virge dari S3, Mystique dari Matrox, Verite V1000 dari Rendition dan Rage dari ATI yang di kemudian waktu diakuisisi oleh AMD. Kecuali NV1, semuanya menggunakan triangle.

Pukulan terakhir datang dari Microsoft ketika mengumumkan spesifikasi DirectX, calon application programming interface (API) yang menjembatani aneka hardware dengan sistem operasi Windows dan software -termasuk game yang menjadi fokus Nvidia.

DirectX dipastikan bakal menggunakan teknik rendering polygon berbasis triangle. Mimpi Nvidia, yang sempat berangan-angan ingin menjadi leader melalui NV1 pasaran chip 3D yang mulai tumbuh, pun kandas sudah.

Nvidia masih ngotot memakai rendering quadratic saat mengembangkan NV2 bersama Sega. Ini akhirnya membuat Sega emoh karena engine game 3D yang menggunakan rendering quadratic sangat sulit untuk di-port ke hardware lain yang memakai sistem triangle.

Mengambil jalan pintas

NV2 menjadi titik balik Nvidia yang kemudian banting setir. Perusahaan itu insyaf. Diputuskan bahwa produk berikutnya bakal menggunakan sistem rendering berbasis triangle dan mendukung penuh fungsi-fungsi DirectX.

Supaya lebih dilirik konsumen ketimbang kompetitor, Nvidia ingin menjadikan produk ketiga ini sebagai chip grafis teratas dan tercanggih, dengan dengan memori terkencang dan berkapasitas terbesar pula untuk waktu itu.

Masalahnya, meski sudah mencurahkan sepertiga sisa kas perusahaan demi mempercepat pengembangan chip tersebut, dana dan waktu Nvidia sudah sangat mepet gara-gara gagal di awal.

Baca juga: Perusahaan Perakit iPhone Gandeng Nvidia Bikin Pabrik AI

Huang berkata, kalau mengikuti alur pengembangan produk seperti biasa, mulai dari prototipe produk, uji software, perbaikan bug, dan seterusnya, maka Nvidia akan keburu bangkrut sebelum sempat menelurkan sang produk.

Jalan pintas berisiko pun diambil. Calon chip baru Nvidia hanya akan diuji lewat simulasi, bukan uji fisik. Sementara, prototyping dilakukan lewat emulator.

Pertaruhan besar berujung selamat

Dalam sisa waktu hanya enam bulan, Nvidia harus membuat produk chip "sempurna" dalam artian tanpa masalah dengan menempuh jalan pintas.

Kesempatannya hanya ada satu kali itu saja. Jika ambyar, tidak akan ada kali kedua. Karenanya, meskipun proses prototyping hanya dilakukan secara virtual dengan emulator, para engineer berusaha mengerjakannya sebisa mungkin.

Pada hari finalisasi desain chip sebelum produksi, Jensen berasumsi keadaannya sudah sempurna. Semua hal yang bisa diuji sudah diuji sebelumnya. Di titik tersebut, membuat chip ini merupakan pilihan satu-satunya bagi Nvidia jika tak mau berakhir bangkrut.

"Saya ingat berbicara dengan para petinggi kami, 'Tapi Jensen, dari mana Anda tahu bahwa produknya sudah sempurna?' Saya tahu akan sempurna, karena kalau tidak, kita akan gulung tikar," ujar Huang.

Chip grafis Riva 128 yang menyelamatkan Nvidia dari jurang kebangkrutanNvidia Chip grafis Riva 128 yang menyelamatkan Nvidia dari jurang kebangkrutan

Chip grafis ketiga dengan codename "NV3 yang membawa pertaruhan besar nasib Nvidia pun diproduksi. Serangkaian keputusan sulit setengah nekad yang dibuat demi mewujudkannya ternyata berbuah manis karena chip tersebut berhasil meraih sukses.

Baca juga: Nvidia Jadi Perusahaan Bernilai 1 Triliun Dollar AS, Ikuti Apple, Microsoft, dkk

Namanya akan diingat sebagai penyelamat Nvidia: Riva 128. Kata "Riva" merupakan akronim dari "Real-time Interactive Video and Animation Accelerator", mengacu pada kemampuannya mengakselerasi grafis 2D dan 3D sekaligus.

Angka "128" berasal dari lebar bus engine akselerator 2D yang sebesar 128-bit. Bus memori SGRAM 4 MB yang digunakan juga selebar 128-bit.

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Tom's Hardware, Rabu (25/10/2023), Riva 128 dikenal menawarkan kinerja grafis 2D untuk GUI Windows dan grafis 3D game yang tinggi dibandingkan kompetitornya dan berhasil melambungkan nama Nvidia di industri teknologi.

Perusahaan tersebut selamat dari jurang kebangkrutan. Dua tahun setelahnya, pada 1999, Nvidia go public di bursa saham Nasdaq. Semenjak itu kiprahnya terus menanjak hingga kini menjadi perusahaan bernilai triliunan dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com