Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat AI, Posisi Ini Paling Banyak Dicari Perusahaan di Indonesia saat Ini

Kompas.com - Diperbarui 13/06/2024, 08:45 WIB
Mikhaangelo Fabialdi Nurhapy,
Wahyunanda Kusuma Pertiwi

Tim Redaksi

Dharma melanjutkan bahwa kecepatan Indonesia dalam beradaptasi dan bertumbuh di era AI ini, menunjukkan bahwa kita berada di jalur yang tepat untuk merealisasikan peluang ekonomi digital Indonesia, serta menciptakan dampak positif bagi masyarakat luas.

Laporan Microsoft dan LinkedIn itu juga menemukan bahwa sebanyak 92 persen pemimpin di Indonesia percaya akan pentingnya adopsi AI, demi menjaga keunggulan kompetitif perusahaan. Angka ini lebih tinggi daripada global (79 persen) dan Asia Pasifik (84 persen).

Walaupun begitu, sekitar 48 persen pemimpin itu khawatir organisasi mereka belum memiliki rencana dan visi untuk menerapkan AI. Angka ini lebih rendah daripada angka global (60 persen) dan Asia Pasifik (61 persen).

Oleh karenanya, sebanyak 76 persen karyawan di Indonesia berinisiatif untuk membawa perangkat atau solusi AI mereka sendiri ke tempat kerja.

Mereka secara mandiri berlangganan layanan AI, misalnya Microsoft Copilot atau ChatGPT, kemudian memakainya di tempat kerja. Karyawan tidak menunggu perusahaan untuk menyediakan fasilitas tersebut.

Baca juga: Google Siapkan Beasiswa Pelatihan AI untuk 10.000 Pelajar di Indonesia

Kandidat dengan keterampilan AI kian banyak dicari

Dalam laporan Work Trend Index 2024, disebutkan pula bahwa sebanyak 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI.

Kemudian, sebanyak 76 persen pemimpin cenderung merekrut kandidat dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit tetapi andal menggunakan AI, ketimbang kandidat berpengalaman tanpa kemampuan AI.

Adapun keterampilan AI didefinisikan Rohit Kalsy sebagai cara pengguna berkomunikasi, berkolaborasi, memprioritaskan, dan menginterpretasikan data dengan AI.

Keterampilan AI ini merujuk pada pekerjaan sehari-hari seseorang dan bagaimana seseorang itu menerapkan AI dalam pekerjaan.

Sementara itu, Dharma Simorangkir mengatakan bahwa keterampilan AI ini bisa berbeda-beda tergantung profesi, misalnya untuk tenaga kesehatan, jurnalis, tenaga operasional, dan lain sebagainya.

Sebagai contoh, ada profesi yang menggunakan pembelajaran mesin (machine learning) untuk mempelajari data dan membuat prediksi terkait masa depan. Akan tetapi, ada juga yang tidak sepenuhnya memanfaatkan teknologi seperti itu.

Menurut Kalsy, tren perekrutan ini disebabkan oleh perkembangan ekosistem tenaga kerja yang cepat.

Dengan demikian, para pemimpin yang memprioritaskan fleksibilitas dan mengembangkan keterampilan tenaga kerja dengan AI, bakal mendapat keunggulan kompetitif.

"Hal ini menekankan urgensi dan pentingnya para profesional untuk fokus dalam meningkatkan kemampuan AI melalui pelatihan," ujar Kalsy.

Baca juga: Inovasi AI Kompas.com Sabet Penghargaan Digital Media Awards Asia

Muncul fenomena AI Power User

Temuan terakhir Microsoft dan LinkedIn berkaitan dengan pemetaan pengguna AI.

Pengguna AI dibagi menjadi empat, yaitu skeptis yang jarang memakai AI, novice dan explorer yang sedikit lebih familier dan lebih sering menggunakan AI, serta power user yang memakainya secara ekstensif.

Bagi power user, AI sudah menjadi bagian integral dari pekerjaan sehari-hari mereka. Sebanyak 93 persen power user di Indonesia menggunakannya untuk memulai hari kerja mereka, dan 94 persen menggunakannya untuk mempersiapkan esok hari.

Data ini lebih tinggi dibandingkan global yang masing-masing di angka 85 persen, dan Asia Pasifik di angka 88 persen.

Kemudian, sebanyak 73 persen power user di Indonesia juga cenderung lebih tertarik untuk bereksperimen dengan AI, lebih tinggi dibandingkan global (68 persen) dan Asia Pasifik (51 persen).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com