Oleh: Benjamin Ng, Project Director, DEMO Asia
KOMPAS.com - Pada ASEAN Regional Entrepreneurship Summit yang baru berlalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hilary Clinton merujuk pada inovasi dan kreatifitas wirausahawan muda di Indonesia dapat membantu pemerintah mengatasi permasalahan ketersediaan pekerjaan bagi 75 juta warga Negara Indonesia yang berusia di bawah 18 tahun. Sebuah tugas yang sangat besar bagi dunia wirausaha dan keterampilan masyarakat Indonesia – dan sebuah cerminan potensi dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Kilas balik sepuluh tahun yang lalu dan saat itu Asia adalah daerah terpencil bagi dunia, pasar sekunder bagi Amerika Utara dan Eropa. Sementara kedua kawasan tersebut kini telah mengalami kemunduran seperti pecahnya gelembung dot.com dan krisis keuangan di tahun 2009, sedangkan Asia terus berkembang. Munculnya penggerak ekonomi kembar, Cina dan India, diiringi dengan pertumbuhan pesat perekonomian negara-negara berkembang telah menjadikan kawasan ini sebagai pusat perhatian.
Kenyataannya, sebagian besar penduduk dunia hidup di Asia, menunjukkan bahwa kawasan ini merupakan pasar yang belum terjamah, sebuah kawasan yang sangat menggiurkan untuk dijelajahi dan dimanfaatkan. Asia telah menjadi masa depan yang baru bagi dunia bisnis dan lebih dari itu, Asia adalah tempat di mana kreativitas dan dunia usaha bertemu untuk membentuk harapan baru bagi teknologi dan inovasi. Asia adalah hub perkembangan teknologi baru seperti fokus pada teknologi cloud, yang didorong oleh perubahan fungsi Internet dan pesatnya penggunaan telepon genggam di Asia. Dunia bisnis di Asia, terutama bisnis teknologi mulai menuai manfaat dari tingkat penerimaan masyarakat Asia terhadap teknologi dan pola pikir early adopter, khususnya di negara-negara
seperti Korea, Jepang dan Singapura.
Masyarakat Indonesia juga mengadopsi teknologi dan social media dengan antusiasme yang tinggi, seperti juga bagian lain dari Asia yang infrastruktur nasionalnya berkembang dengan sangat pesat. Rasa lapar terhadap teknologi ini menunujukkan pemahaman umum akan pentingnya inovasi sebagai kunci untuk tahap selanjutnya dari pertumbuhan Indonesia.
Potensi ini telah direalisasikan di beberapa negara tetangga Indonesia di Asia. Misalnya Thailand, di mana pasar enterprise application tumbuh 13.7% year on year di tahun 2010. Hal ini diikutipertumbuhan sebesar 20.6% di tahun 2009 menurut Asia/Pacific Semiannual Enterprise Applications Tracker IDC. Dengan pertumbuhan seperti ini, pasar enterprise application di Thailand diperkirakan bernilai sebesar US$187 juta, pada 2015, dengan asumsi rata-rata pertumbuhan (compound annual growth rate)per tahun sebesar 12.5% selama 5 tahun. Dengan pangsa pasar hanya 15%, Thailand adalah pasar terbesar ketiga bagi enterprise
application di ASEAN, di belakang Singapura dan Malaysia.
Untuk meletakkannya dalam konteks, pasar piranti lunak enterprise application di Asia Pasifik (tidak termasuk Jepang) tumbuh 13.4% di paruh kedua 2010 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2009. Pertumbuhan year on year yang sangat kuat ini dialami oleh seluruh pihak, tidak hanya untuk vendor global tradisional seperti, SAP, Oracle dan Microsoft, namun juga untuk vendor spesialisasi seperti Salesforce.com and vendor lokal seperti Kingdee.
Terdapat banyak sekali kesempatan di Asia, jika dapat membangun koneksi yang tepat. Saat ini, sudah banyak perusahaan yang mencoba cara-cara baru untuk masuk dalam kesempatan penyediaan enterprise IT di perekonomian Asia. Dell mengumumkan di bulan Juli bahwa mereka akan membuka Singapore Solution Center, yang pertama dari empat fasilitas yang direncanakan untuk Asia, dan bagian dari 12 pusat solusi yang akan dibangun secara global. Pusat-pusat solusi ini akan menjadi ruang pamer teknologi Dell dan akan membantu perusahaan-perusahaan besar untuk menguji coba konsep baru.
Apakah arti ini semua bagi wirausahawan Indonesia? Startups dan innovator lainnya harus mengidentifikasi tempat dan kesempatan untuk mempertunjukkan ide-ide mereka, dalam rangka menarik pendanaan yang cukup untuk membantu ide-ide tersebut diwujudkan sehingga siap dipasarkan. Karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar telah mengambil langkah untuk menentukan inovasi, berhubungan dengan gelombang baru ahli teknologi dan menguji konsep-konsep di Asia, semua petunjuk ini sangat jelas bahwa dunia mengalihkan pandangannya ke kawasan ini untuk mendapatkan ide baru selanjutnya yang mungkin akan menjadi contoh sukses.
Venture capitalists dan investor, secara khusus sedang mencari-cari proyek yang tepat untuk diberikan dukungan. Mereka juga harus menemukan arena untuk dapat melihat ide-ide baru tersebut, sehingga mereka dapat mengevaluasi dan memutuskan bisnis mana yang cukup berharga untuk diberikan dana investasi. Agar potensi dan bakat dari para inovator dan wirausahawan dapat dimaksimalkan, Indonesia harus memfasilitiasi terjadinya koneksi, untuk menarik modal ventura yang akan menjadi hal paling penting bagi kelanjutan pertumbuhan. Inilah yang menjadi tantangan selanjutnya: membangun koneksi antara ide dan investasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.