BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Lenovo

“E-Sport”, Hadiah Besar, dan Olimpiade Paris...

Kompas.com - 12/10/2017, 15:26 WIB
Auzi Amazia Domasti

Penulis

KOMPAS.com – Pada 2024, gamer profesional bisa memiliki kesempatan bertanding di Olimpiade Paris.

Pasalnya, ada kemungkinan kalau eSport—kompetisi video game teratur dan terorganisasi yang diperuntukkan bagi gamer profesional—turut menjadi bagian dalam penyelenggaraan pesta olahraga tersebut.

Presiden Panitia Olimpiade Paris 2024, Tony Estanguet, percaya bahwa pertandingan dengan kemampuan digital perlu dipertimbangkan sebagai olahraga sah bila Olimpiade hendak mempertahankan relevansinya dengan generasi muda.

"Sepertinya menarik jika kami melakukan interaksi dengan International Olympic Committee (IOC) sekaligus eSport untuk memahami prosesnya, mengingat (eSport) bisa sangat sukses," kata Estanguet mengutip dari dailymail.co.uk, Rabu (9/8/2017).

Seperti diketahui, eSport tak melibatkan aktivitas fisik seperti cabang olahraga yang biasa dilakukan dalam Olimpiade. Meski demikian, interaksi permainan digital ini masih sama dengan kompetisi olahraga yang sudah berjalan sejak dulu.

Untuk memenangi pertandingan, para pemain butuh kecakapan, taktik, dan strategi kelompok. Persaingannya pun tak kalah ketat karena ada hadiah besar bagi pemenang.

Teknisnya, para pemain akan berhadapan satu sama lain dalam suatu game. Pada saat yang sama, ada penggemar yang menonton melalui layar secara secara online.

Kiprah eSport

Sebelum cerita mengenai eSport dalam Olimpiade Paris mengemuka, sebenarnya rencana yang sama sudah lebih dulu datang dari Asian Games 2022.

IlustrasiBBC Ilustrasi
Ya, kedua kompetisi internasional itu menakar bahwa eSport layak dilibatkan karena berpotensi mengundang banyak penonton ke arena untuk melihat turnamen asli secara langsung.

Lagi pula, ada lebih dari 50 persen gamer yang saat ini sudah familiar dengan eSport. Mengutip dari bigfishgames.com pada April 2017, permainan ini bahkan menjaring banyak penonton. Peningkatannya telah melonjak dari 204 juta menjadi 292 juta orang sejak 2014 hingga 2016.

Dari data tersebut, 43 persen peningkatan penonton terjadi hanya dalam jangka waktu dua tahun. Dengan jumlah fantastis tersebut, pendapatan global pun naik, dari semula 194 juta dollar AS menjadi 463 juta dollar AS.

Bila ditinjau lagi, kiprah dan ketenaran eSport memang dimulai pada 2016. Kala itu, beberapa contoh game yang populer adalah Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, dan League of Legends populer.

Tahun lalu, Dota 2 membukukan pemain dengan jumlah fantastis, yakni 772 pemain dengan 118 turnamen. Pendapatan yang diterima pun tak main-main, mencapai 37 juta dollar AS.

Sementara itu, Counter-Strike Offensive meraup pendapatan 17 juta dollar AS dengan melibatkan 851 turnamen, dan lebih dari 4.000 pemain.

Nah, dari jumlah-jumlah fantastis tersebut, terkuaklah fakta kalau eSport digandrungi penonton. Market pertamanya China, lalu dilanjutkan dengan Amerika Serikat.

Dilansir oleh businessinsider.com, Rabu (10/5/2017), penggemar dari China bisa menyetel tayangan eSport lebih dari 11 juta kali. Angka itu empat kali lipat lebih banyak dari kegandrungan di Amerika Serikat.

Lebih dari separuh remaja yang diteliti bermain video games setiap hari.BBC Indonesia Lebih dari separuh remaja yang diteliti bermain video games setiap hari.

Potensi yang sedemikian besar itulah yang kemudian menarik perhatian para pengiklan. Share penonton yang didominasi milenial membuat pengiklan lebih suka memasang promosi di sela tayangan eSport dibandingkan pada media konvensional.

Strategi pemain eSport

Seperti sudah disebutkan, hadiah yang besar membuat para pemain eSport harus pintar atur strategi. Fortune.com, Kamis (13/07/2017), menyebutkan, para pemain di International Dota 2 Championship bertanding untuk mendapatkan hadiah 20 juta dollar AS.

Nah angka yang menakjubkan itu menuntut para pemain bukan lagi iseng-iseng saat memainkannya, melainkan harus jadi profesional. Bahkan, mereka kerap punya waktu latihan khusus dan terstruktur untuk merancang strategi.

BBC.co.uk, Kamis (6/4/2017), memublikasikan bahwa sebagian pemain bisa saja berlatih lebih dari 14 jam dalam sehari untuk memastikan kalau mereka memiliki respons cepat saat bermain.

Uniknya, latihan tidak hanya dilakukan oleh pemain pemula, tetapi juga profesional. Hal itu lumrah karena permainan digital membebani mereka dengan banyak update yang menuntut penyesuaian. Mereka harus cepat menguasai teknik-teknik baru.

Namun di luar itu, keasyikan dan peluang menang dalam menjalani permainan eSport tak lepas dari perangkat atau laptop yang digunakan. Kalau Anda terinspirasi untuk ikutan game itu pun, berarti harus pintar-pintar memilah perangkat.

Perangkat yang tepat dapat mempengaruhi mood dan kenyamanan ketika bermain gameDok. Lenovo Perangkat yang tepat dapat mempengaruhi mood dan kenyamanan ketika bermain game

Karena durasi permainan bisa sangat lama, perangkat yang jadi modal pun harus sesuai. Misalnya, perangkat memerlukan fitur sistem pendinginan dengan kipas dan ventilasi untuk membuang panas.

Perangkat dengan spesifikasi tersebut bisa ditemukan, salah satunya dalam Lenovo seri Legion Y520.

Namun, bagi beberapa pemain, hal itu saja tak cukup. Banyak gamer yang mempertimbangkan bahwa tampilan layar besar dan jernih bisa mempengaruhi mood dan keberuntungan.

Maka yang dibutuhkan adalah fasilitas lain, misalnya kemampuan sinkronisasi dengan layar monitor lain. Teknologi semacam itu bisa ditemukan pada Lenovo Legion Y720.

Jenis laptop tersebut sudah mengadopsi teknologi terbaru konektor Thunderbolt 3 sehingga pengguna bisa menghubungkan laptop dengan layar kedua yang lebih besar. Sudah begitu, fitur Dolby Atmos yang juga termasuk di dalamnya bisa menghasilkan separasi suara tiga dimensi yang nyata.

Nah, kalau perangkatnya sudah tepat, tak ada salahnya meningkatkan kemampuan untuk menjadi pemain profesional, bukan?


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com