Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ahmad M Ramli
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

kolom

Polemik AI dan Hak Cipta

Kompas.com - 04/12/2023, 13:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HALUSINASI Artificial Intelligence (AI) yang menghebohkan itu, memiliki korelasi dengan hak cipta. Luaran AI generatif (GenAI) yang bisa sama sekali berbeda dengan data yang dilatihkan, menunjukan bahwa AI bisa membuat konten sendiri, berbeda dengan data berhak cipta yang dikonsumsinya sebagai bahan pelatihan.

Baca juga: Halusinasi AI dan Pentingnya Regulasi

Fenomena "AI hallucination" bisa jadi dijadikan alasan "pembenar" oleh para pengembang AI, bahwa mesin dan sistem pintar ini tidak melakukan plagiarisme dan tidak melanggar hak cipta, karena luarannya bukanlah hasil copy paste.

Produk-produk halusinatif dalam bentuk karya seni, mungkin bisa jadi karya yang indah. Namun hal ini berbeda, jika luaran fiktif GenAI seperti itu dijadikan bukti, materi gugatan, atau argumen di pengadilan, tentu bisa berdampak fatal.

University College London (UCL), dalam laman resminya berjudul "Introduction to Generative AI" (Copyright 2023) menjelaskan, GenAI adalah teknologi kecerdasan buatan, yang secara otomatis menghasilkan konten sebagai respons terhadap perintah tertulis.

Konten yang dihasilkan meliputi teks, kode perangkat lunak, gambar, video, dan musik.

GenAI dilatih menggunakan data dari halaman web, percakapan media sosial, dan konten online lainnya. Nah, sumber-sumber inilah yang kerap jadi polemik hak cipta.

Luaran dan hak cipta

Hal yang relevan dengan hak cipta adalah terkait dengan sumber data dan cara kerja AI. AI generatif yang bekerja dengan menggunakan model Machine Learning (ML), dilatih dan “dikuliahi” layaknya manusia oleh pelatihnya.

Baca juga: Tanggung Jawab Hukum dan Kiat Menghindari Halusinasi AI

Pelatih AI yang tentunya adalah manusia, mengajari AI secara intens untuk mempelajari pola dan hubungan, dalam kumpulan konten yang sudah ada dan tersebar di berbagai saluran online.

Berdasarkan semua itu, maka AI, instrumen pintar ini, kemudian menggunakan pola yang dipelajarinya untuk menghasilkan konten baru. Dapat disimpulkan bahwa luaran ChatGPT, misalnya, adalah konten baru dari proses itu.

UCL menjelaskan, GenAI menghasilkan luaran dengan menganalisis secara statistik distribusi kata, piksel, atau elemen lain, atas semua data yang telah diserapnya.

Hal ini melibatkan penyediaan alat dan pemrosesan sejumlah besar data yang diambil dari internet dan tempat lain.

Setelah GPT dilatih, maka dapat menghasilkan respons teks terhadap perintah. GPT kemudian menggunakan pola statistik untuk memprediksi kemungkinan kata atau frasa yang mungkin membentuk respons koheren terhadap perintah tersebut.

GPT juga mengidentifikasi pola kata dan frasa yang biasanya muncul bersamaan dalam model data besar yang telah dibuat sebelumnya. Hal yang luar biasa adalah, GenAI bisa menghasilkan teks yang tampak seperti ditulis manusia.

Luaran yang dihasilkan memang kadang dangkal, tidak akurat, tidak dapat dipercaya, halusinatif, atau penuh kesalahan. Fakta terakhir ini, sering menjadi alasan para praktisi GenAI. Mereka berkilah, manusia juga bisa melakukan kesalahan serupa.

UCL juga menjelaskan, setelah model teks GenAI dilatih, model tersebut kemudian diperiksa dan disempurnakan, melalui proses yang dikenal sebagai Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com