Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos OpenAI Sebut AI "Overrated", Kenapa?

Kompas.com - 06/12/2023, 11:00 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reska K. Nistanto

Tim Redaksi

Sumber The Verge

KOMPAS.com - Kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) menjadi salah satu topik paling hangat diperbincangkan pada 2023 ini. Kini, perusahaan dan bisnis pun berlomba-lomba untuk menerapkan AI ke layanan atau sistem internalnya.

Namun, di tengah gegap-gempita adopsi AI oleh perusahaan, bos OpenAI, perusahaan pembuat chabot AI populer ChatGPT, justru menyebut AI kini "overhyped" dalam dunia bisnis. Istilah overhyped bersinonim dengan overrated, di mana sesuatu hal yang dipandang secara berlebihan.

Lantas, apa alasan bos OpenAI itu menilai AI overrated dalam dunia bisnis?

Chief Operating Officer OpenAI, Brad Lightcap mengatakan bahwa ada satu hal soal AI yang dinilai overrated, yaitu AI bisa memberikan perubahan bisnis yang nyata dan penting dalam satu langkah.

Baca juga: Kominfo Siapkan Pedoman Etika AI, Terbit Bulan Depan

Penilaian itu berangkat dari pengalaman Lightcap ketika didekati oleh banyak perusahaan selama bekerja sebagai COO OpenAI. Hal ini diungkapkannya lewat sebuah wawancara bersama CNBC baru-baru ini.

Chief Operating Officer (COO) OpenAI Brad Lightcap mengatakan, ada satu hal soal AI yang dinilai overrated, yaitu AI bisa memberikan perubahan bisnis yang nyata dan penting dalam satu langkah.OpenAI Chief Operating Officer (COO) OpenAI Brad Lightcap mengatakan, ada satu hal soal AI yang dinilai overrated, yaitu AI bisa memberikan perubahan bisnis yang nyata dan penting dalam satu langkah.
Lightcap mengatakan, banyak perusahaan mendekati OpenAI dengan harapan bahwa AI generatif dapat memecahkan banyak masalah, memangkas biaya secara signifikan, dan mencetak pertumbuhan.

Perusahaan mengatakan "Kami ingin mencetak pertumbuhan pendapatan kembali menjadi 15 persen dari tahun ke tahun" atau "Kami ingin memotong biaya sekian juta dollar AS dari garis biaya ini".

Baca juga: Pendiri OpenAI Beri Wanti-wanti soal Kecerdasan Buatan

Menurut Lightcap, adopsi artificial intelligence di dalam perusahaan tidak bisa serta-merta memecahkan masalah tersebut. Sebab, teknologi kecerdasan buatan masih dalam tahap awal.

Ia menambahkan bahwa teknologi kecerdasan buatan masih dalam tahap percobaan, dan belum menjadi bagian dari alat dan aplikasi penting. Namun, Lightcap juga AI akan terus berkembang dan lebih canggih.

Belakangan, konsumen dan perusahaan semakin melihat potensi AI generatif. Salah satunya karena AI dapat mempermudah pekerjaan tertentu.

Kekhawatiran akan kebocoran data yang tidak disengaja mendorong pengembang seperti OpenAI, Microsoft, dan Amazon untuk meluncurkan versi model AI generatif yang berfokus pada enterprise/perusahaan.

Namun, adopsi AI di perusahaan ini masih menemui beberapa tantangan. Beberapa karyawan di perusahaan yang sudah mulai menggunakan artificial intelligence mengeluh bahwa model AI versi awal tidak membuat hidup lebih mudah.

Misalnya, keluhan perusahaan Morgan Stanley. Karyawan di perusahaan bank investasi dan Jasa keuangan multinasional asal Amerika Serikat itu mengeluh bahwa chatbot yang dibangun bank dengan OpenAI tidak digunakan oleh target audiens, yaitu manajer keuangan. Sebab, orang cenderung lebih suka menelepon seseorang untuk meminta informasi.

Baca juga: Polemik AI dan Hak Cipta

Dalam dunia jurnalisme, penerbit mencoba mengadopsi AI untuk menghasilkan lebih banyak konten berita atau cerita dengan biaya lebih sedikit, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari The Verge, Rabu (6/12/2023).

Namun, dalam praktiknya, masih ada beberapa tantangan, seperti artikel yang tidak sensitif, tidak masuk akal, atau tidak akurat. Kini, beberapa perusahaan telah mengurangi rencana mereka untuk menggunakan AI yang lebih luas pada proses produksi konten.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com