Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Chris Hughes, Sosok Pendiri Sekaligus Penentang Facebook

Keduanya merintis Thefacebook.com bersama kawan-kawan lain yakni Dustin Moskovitz, Eduardo Saverin, dan Andrew McCollum. Putra dari pasangan Arlen "Ray" Hughes dan Brenda Hughes ini dibesarkan di tanah kelahirannya.

Setelah lulus dari Philips Academy di Andover, Massachusetts, Hughes melanjutkan studinya di Harvard College jurusan sejarah dan sastra Inggris. Di kampus inilah Hughes dan Zuckerberg dipertemukan.

Tidak dropout

Keduanya bersua saat masih menjadi mahasiswa baru di salah satu universitas Ivy League itu, tepatnya tahun 2002 silam. Bersama Zuckerberg dkk, dia bertanggung jawab dalam uji coba beta Facebook yang dulu baru digunakan di internal kampus Harvard saja.

Karena bukan ahli di bidang IT, Hughes tidak ikut campur dalam urusan coding. Dia lebih fokus pada fungsionalitas dan penggunaan Facebook agar bisa lebih nyaman bagi penggunanya.

Dia juga ikut menangani pengembangan beberapa fitur Facebook yang membuka fungsinya agar bisa digunakan oleh lebih banyak pengguna. Hughes yang memiiki julukan "the Empath" pun dipercaya sebagai juru bicara Facebook kala itu.

Pada libur musim panas tahun 2004, dia, Zuckerberg, dan Moskovitz pergi ke Palo Alto. Setelah libur musim panas usai, Zuck dan Moskovitz menetap di Palo Alto. 

Berbeda dengan dua kawannya itu yang kemudian dropout dari kampus, Hughes memilih kembali ke Harvard untuk menuntaskan studi. Dia lulus strata satu dengan gelar magna cum laude dari Universitas Harvard.

Setelah lulus, Hughes kembali menemui Zuck dan Moskovitz yang masih menetap di Palo Alto dan melanjutkan kiprahnya di Facebook. Hughes pun kembali terlibat pengembangan Facebook bersama mereka.

Ikut tim kampanye Obama

Hughes tidak terlalu lama bertahan di Facebook. Tahun 2007, dia keluar dari tim inti pengembangan Facebook dan ikut menjadi tim kampanye Barack Obama dalam pemilu Amerika Serikat tahun 2008.

Lepas dari hiruk pikuk pemilu AS 2008 yang akhirnya memenangkan Obama sebagai presiden AS ke-43, Hughes mendirikan jejaring sosial dan situs nirlaba bernama Jumo pada 2010. Tujuannya untuk menjembatani orang-orang yang mencari jalan untuk membantu dunia.

Bulan Juli tahun 2010, Joint United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) menunjuk Hughes menjadi salah satu komisioner tingkat tinggi. Total ada 17 anggota komisi dari berbagai latar belakang, mulai dari politisi, pemimpin bisnis, aktivis HAM, hingga ilmuwan.

Mereka bertugas mengampanyekan aksi sosial dan politik untuk penggalangan dana dan dukungan program pencegahan HIV yang efektif. Tahun 2012, Hughes membeli sebagian besar saham media The New Republic.

Namun, upaya Hughes mengubah arah publikasi media ini membuat banyak staff redaksi yang akhirnya mengundurkan diri. Hughes akhirnya menjual The New Republic ke penerbit Oregon, Win McCormack pada tahun 2016 setelah merugi selama bertahun-tahun.

"Saya meremehkan kesulitan transisi dari media tradisional menjadi perusahaan media digital di dalam perubahan iklim yang berkembang pesat saat ini," aku Hughes ketika mengumumkan penjualan The New Republic kepada para karyawannya, dirangkum dari CNN.

Minta Facebook dipecah

Meski ikut serta mendirikan Facebook, belakangan Hughes berbalik menentang jejaring sosial yang kini sudah meraksasa itu.

Pada tahun 2019, Hughes menulis sebuah artikel opini yang dimuat di The New York Times. Dalam artikel tersebut, dia menuangkan pandangannya bahwa Facebook telah menjelma menjadi entitas yang terlalu powerful sehingga praktis memonopoli ranah media sosial. 

 Komisi Perdagangan AS (FTC) diminta untuk tegas menegakan undang-undang anti-pakat (anti-trust) untuk membatalkan akuisisi WhatsApp dan Instagram oleh Facebook.

“FTC seharusnya tak membolehkan merger ini (Whatsapp dan Instagram dengan Facebook), tapi belum terlambat untuk bertindak,” kata Hughes.

Hingga kini, isu monopoli masih menghantui Facebook. Sebuah tim yang diketuai oleh Jaksa Agung New York, Letitia James, sedang menyiapkan pengajuan dakwaan antipakat terhadap Facebook yang akan didaftarkan pada awal Desember mendatang.

Hughes juga mengkritisi peluncuran mata uang digital Facebook, Libra, yang diperkenalkan tahun 2019. Dalam artikel opini yang dimuat di Financial Times, Hughes mengatakan bahwa Libra hanya akan membuat Facebook dan mitra Libra-nya, menjadi semakin berkuasa.

"Apa yang para penyokong Libra sebut sebagai "desentralisasi" sebenarnya adalah pergeseran kekuasaan dari bank sentral dunia ke perusahaan mulinasional, The Fed, dan bank sentral Eropa," tulis Hughes, dirangkum dari Mashable.

Advokasi "bantuan langsung tunai"

Saat ini, Hughes menjabat sebagai co-chair Economic Security Project (ESP), lembaga yang mengadvokasi pemerintah federal untuk membantu warga Amerika mendapatkan uang tunai tanpa syarat lewat program universal basic income atau pendapatan dasar universal.

Di Indonesia, program itu mirip dengan bantuan langsung tunai (BLT) yang diberikan pemerintah kepada masyarakat di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Selain itu, Hughes kini sedang menempuh pendidikan master jurusan ekonomi di The New School for Social Research di New York, AS.

Tahun 2016, Hughes masuk urutan ke-28 sebagai orang Amerika terkaya di bawah usia 40 tahun oleh majalah Forbes. Kekayaannya ditaksir mencapai 430 juta dollar AS kala itu.

Selamat ulang tahun, Chris Hughes!

https://tekno.kompas.com/read/2020/11/26/20350047/mengenal-chris-hughes-sosok-pendiri-sekaligus-penentang-facebook-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke