Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rawan Muncul Challenge Berbahaya, Pengamat Sebut Syarat Live Streaming Perlu Diperketat

Konten yang disuguhkan bisa apa saja, asal mampu menarik sebanyak mungkin penonton. Mulai dari sekadar mengobrol dengan para penonton, menyanyi, berjoget dalam durasi waktu tertentu, berjualan, hingga melakukan tantangan.

Biasanya, streamer (orang yang melakukan live streaming), akan melakukan tantangan (challenge) yang diminta oleh audiens. Tantangannya bisa dari yang sederhana, seperti menyanyi atau berjoget.

Ada pula yang tantangannya cukup unik, misalnya menulis nama penonton dalam huruf Arab.
Akan tetapi, ada pula kreator yang melakukan tantangan yang cukup berbahaya dan cenderung menyakiti diri sendiri atau orang di sekitarnya.

Misalnya, mandi di tengah hutan saat malam hari, salto di pinggir sungai sambil memakai karung, makan telur mentah, berguling-guling di jalan raya, mandi air di tengah jalan, dan sebagainya.

Tantangan berbahaya itu dilakukan demi menarik banyak penonton, sehingga bisa meraup lebih banyak rewards atau saweran. Sebab, selama live streaming berlangsung, penonton bisa menyawer kreator dengan memberikan gift berupa stiker.

Stiker tersebut memiliki nilai hingga jutaan rupiah. Nantinya, kreator bisa mengumpulkan stiker-stiker itu dan menukarnya dalam bentuk uang tunai.

Maka dari itulah, banyak kreator yang menganggap apabila mereka bisa melakukan tantangan yang cukup ekstrem, maka gift yang mereka terima juga akan besar jumlahnya.

Ketika salah seorang kreator melakukan challenge yang cukup ekstrem dan berhasil mendapat rewards yang banyak dari penonton, kreator lainnya akan berbondong-bondong mengikuti hal serupa untuk mendapatkan keuntungan.

Sebagai contoh, salah satu youtuber asal Rusia bernama Stas Reeflay. Dia melakukan tantangan dengan meminta kekasihnya yang sedang hamil, berdiri di luar rumah hanya dengan mengenakan pakaian dalam.

Padahal, saat itu suhu di Rusia sedang berada di bawah nol derajat Cecius. Akhirnya, sang kekasih tewas akibat hipotermia. Kabarnya, tantangan itu dilakukan Stas Reeflay demi mendapatkan uang senilai 1.000 dollar AS (sekitar Rp 14 juta).

Ada pula tren challenge lain yang sedang ramai beberapa bulan ini, yakni "Timer Challenge".
Streamer yang melakukan tantangan ini, akan melakukan live streaming dan mengatur alarm di ponselnya.

Alarm itu seakan menunjukkan "sisa waktu" hidup mereka. Sebab ketika waktu telah habis dan alarm berbunyi, mereka harus melakukan tindakan yang lebih berbahaya dan bisa mengancam nyawa.

Biasanya, live streaming yang menampilkan tantangan "Timer Challenge" akan disertai caption berbunyi "lihat, siapa yang akan peduli". Jadi, selama sisa waktu itu, streamer berharap ada penonton yang akan peduli untuk menyalamatkannya, sebelum alarm di ponselnya berbunyi.

Syarat live streaming perlu diperketat

Challenge live streaming yang berbahaya memang menjadi tantangan sendiri bagi platform media sosial. Menurut pengamat media sosial dan CEO Komunikonten Hariqo Wibawa Satria, paltform perlu membatasi dan memperketat syarat fitur live streaming untuk membendung challenge yang berbahaya.

Menurut Hariqo, syarat kreator untuk melakukan live streaming, masih cukup lemah dan mudah dikelabuhi. Dia menyontohkan syarat live streaming di TikTok. Di TikTok, hanya kreator yang memiliki minimal 1.000 pengikut (followers), yang bisa melakukan live streaming.

Persyaratan tersebut dinilai Hariqo masih cukup lemah. Sebab, kreator bisa saja mengakalinya, misalnya dengan membeli followers.

Syarat usia juga dinilai perlu dibatasi. Sebab, usia dinilai berpengaruh terhadap pemahaman pengguna media sosial tentang sebuah challenge yang viral. Ketika pengguna yang mendaftar berusia di bawah 18 tahun, kemugkinan mereka akan menyetujui semua hal karena memiliki pemahaman yang terbatas.

“Ketika anak dengan usia tersebut ( di bawah 18 tahun) mengadakan live streaming dengan kemampuan keterbacaan yang terbatas, modal pemahaman UU ITE yang terbatas, apa yang mereka lakukan ketika menggunakan fitur live streaming? Itulah mengapa menurut saya, fitur live streaming tidak bisa diberikan ke sembarang orang,” tegas Hariqo.

Hariqo mengusulkan agar ada batasan usia, baik untuk streamer yang menggelar live streaming maupun penonton.

"Misalnya untuk mengurangi penggunaan live streaming konten berbahaya, anak-anak di usia 17 tahun ke bawah, sebaiknya tidak diperbolehkan mengakses live streaming," kata Hariqo.

Selain itu, Hariqo juga menyarankan adanya peningkatan pengawasan secara manual.
Menurutnya, sistem kecerdasaan buatan (artificial intelligence/AI) untuk memfilter konten berbahya saja, tidak cukup.

"Enggak bisa semata mengandalkan AI, memang harus dicek manual juga," imbuhnya.

https://tekno.kompas.com/read/2022/07/26/11400067/rawan-muncul-challenge-berbahaya-pengamat-sebut-syarat-live-streaming-perlu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke