Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Psikolog: "Nyawer" di Live Streaming Berawal dari Coba-coba, kemudian Ketagihan

Fenomena ini umum ditemukan di media sosial dan platform video streaming seperti TikTok, YouTube, NimoTV, atau Twitch.

Fenomena ini serupa dengan saweran di dunia nyata, yang bisa ditemukan dalam berbagai acara atau hajatan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Bedanya, saweran di platform digital berlangsung pada siaran langsung (live streaming) di dunia maya.

Untuk nyawer digital, pengguna atau penonton harus memiliki "alat sawer" berupa koin/item digital tertentu sesuai ketentuan platform yang digunakan.

Misalnya di TikTok, pengguna harus membeli koin untuk ditukar sebagai "Gift", yaitu item digital dalam bermacam versi sebagai alat sawer.

Contoh lainnya di platform streaming game, Twitch, penonton harus membeli "Bits" untuk nyawer ke gamer yang sedang streaming langsung.

Nominal saweran yang bisa diberikan juga beragam. Bahkan, tidak jarang penonton yang nyawer kreator konten dengan nominal yang besar.

Lantas, mengapa para penonton ini rela menghabiskan uang mereka untuk nyawer kreator konten?

Awalnya coba-coba hingga jadi adiktif

Psikolog klinis dari Yayasan Cintai Diri Indonesia (Love Yourself Indonesia), Alif Aulia Masfufah, menjelaskan bahwa fenomena saweran digital bisa dimulai dari niat yang beragam, mulai dari sekadar iseng mencoba atau hanya ikut-ikutan.

Menurut psikolog yang akrab disapa Aulia itu, pengguna pada awalnya akan mempelajari perilaku orang lain, sebelum memberikan saweran.

Setelah mengetahui benefit dari praktik saweran, pengguna kemudian mencoba meniru orang lain dengan memberikan donasi ke kreator atau streamer, sehingga terbentuk menjadi kebiasaan.

"Pada prosesnya, mereka nggak akan langsung ngasih koin (nyawer), pasti belajar dulu dari perilaku orang lain. Proses kedua, setelah mereka tau (kalau) orang donasi disukai oleh kreator, diapresiasi, didengarkan dan sebagainya, akhirnya dia respon dengan mencoba itu. Nah terbentuklah kebiasaan memberi karena apresiasi itu," kata Aulia kepada KompasTekno, Selasa (26/5/2022).

Selanjutnya, ketika pengguna merasa nyaman nyawer karena mendapat apresiasi dari kreator, mereka akan merasa memiliki lawan ketika orang lain nyawer dengan nilai yang lebih tinggi.

Untuk itu, pengguna akan memberikan saweran dengan nlai yang lebih tinggi lagi dibanding lawannya.

"Tahap ketiganya, mereka mulai ada lawan. Misal, awalnya cuma ngasih Rp 5.000. Tapi setelah melihat ada yang ngasih Rp 100.000 lebih diapresiasi, harga dirinya terganggu dong. Dia mulai lagi dengan angka yang lebih dari rivalnya. Begitulah episode adiksinya dimulai," jelas Aulia.

Dalam kasus saweran live streaming Aulia mencontohkan, pengguna yang kecanduan nyawer akan mulai gusar ketika kreatornya tak menggelar streaming langsung bahkan marah ketika tidak memiliki uang.

Sebab, pengguna merasa senang ketika kebutuhan emosinya terpenuhi, misalnya dengan diapresiasi kreator atau memiliki level yang tinggi dibanding penonton lainnya.

"Diakui, disapa, bisa minta orang lain melakukan apapun karena uangnya itu sangat menyenangkan untuk beberapa orang. Ini juga meningkatkan hormon trtentu yang hubungannya sama kebahagiaan di otaknya, pun meningkatkan percaya diri dan harga diri, setidaknya di kelompok followers si kreator," katanya.

Praktik ini disebut Aulia polanya sama seperti perilaku adiksi lainnya. Hanya saja, formatnya baru yaitu saweran digital.

Ia juga menjelaskan bahwa ketika pengguna sudah merasa bahagia, kesenangannya terpenuhi, mereka tidak peduli dengan uang atau materi lainnya yang hilang, selagi masih bisa memenuhi kesenangannya.

Hal ini menjadi jawaban mengapa orang-orang rela nyawer kreator saat streaming langsung.

"Orang penyintas adiksi umumnya tidak peduli dengan uang atau hal-hal yang hilang dari mereka, selama mereka bisa memenuhi kebutuhan dan kesenangannya," pungkas Aulia.

Cara baru monetisasi

Fenomena ini bisa menjadi cara baru bagi kreator konten untuk memonetisasi konten.

Di Twitch misalnya, besaran pendapatan atau gaji yang diterima streamer cukup beragam, berkisar 100 dollar AS (sekitar Rp 1,4 juta) hingga jutaan dollar AS. Pendapatan streamer itu berasal dari iklan serta rewards atau saweran dari penonton.

Sebagai contoh, seorang "Sleep Streamer" bernama Asian Andy berhasil mendapatkan 16.000 dollar AS (sekitar Rp 223 juta) hanya dalam satu malam saja, setelah melakukan live streaming ketika tidur di Twitch.

Pantauan KompasTekno, beberapa konten live streaming kreator asal Indonesia juga ramai disawer oleh penonton.

Di TikTok, penonton paling sering memberikan stiker bunga mawar (1 koin), tak hanya satu tetapi ratusan. Penonton juga tak segan memberikan stiker bernilai tinggi, seperti stiker singa (29.999 koin) dan TikTok Universe (34.999 koin).

Jika dikonversi ke rupiah, stiker Singa bisa dibeli pengguna dengan modal Rp 7,38 juta. Dengan sejumlah uang itu, pengguna mendapatkan 31.500 koin.

Lalu, 29.999 koin bisa digunakan untuk membeli stiker Singa, sisanya 1.501 koin bisa digunakan untuk membeli stiker lainnya. Sedangkan, stiker TikTok Universe nilainya setara dengan Rp 8,2 juta.

Penonton juga ramai menyawer kreator konten lewat link Saweria dan Sociabuzz. Besaran donasi yang diberikan nilainya mulai dari Rp 1.000, Rp 10.000, Rp 20.000, hingga Rp 500.000 untuk sekali nyawer.

https://tekno.kompas.com/read/2022/07/26/13300067/psikolog-nyawer-di-live-streaming-berawal-dari-coba-coba-kemudian-ketagihan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke