Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Beda Pendapat soal Akhir Kelangkaan Chip AI

Walhasil, hingga menjelang akhir 2023 ini, banyak perusahaan AI yang harus bersabar mendapatkan pasokan chip AI, supaya produk atau layanan yang mereka miliki berjalan dengan lancar dan optimal.

Sederhananya, chip GPU khusus AI dibutuhkan untuk mengolah serta mengakselerasi kinerja pengolahan data AI.

Dalam bidang pembuatan karya baru oleh AI alias Generative AI, hal atau kueri yang diminta pengguna nantinya akan bisa diberikan dalam waktu yang cepat dan akurat.

Nah, meski kini chip AI masih sulit didapat, fenomena kelangkaan tersebut kemungkinan akan mereda tahun 2024 mendatang. Hal ini disampaikan oleh bos alias CEO perusahaan pembuat chatbot populer ChatGPT OpenAI, Sam Altman.

Dalam sebuah wawancara dengan FinancialTimes, Sam mengatakan bahwa hal ini bisa dipicu oleh kehadiran produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan pembuat chip lain selain Nvidia. Sehingga, perusahaan AI tak perlu lagi mengincar dan bergantung pada Nvidia untuk membeli chip AI.  

Sam tidak menyebutkan siapa yang sebenarnya akan membuat chip AI baru di 2024 mendatang, selain Nvidia yang sudah menawarkan chip AI hingga kini.

Namun, ia mengatakan bahwa siapa saja bisa menjadi kompetitor Nvidia, lantaran chip AI merupakan bisnis yang cukup menggiurkan.

"Saat ini era kapitalisme (chip AI) sedang berlangsung, dan sekarang banyak pihak yang ingin menjadi seperti Nvidia, lantaran punya bisnis (chip AI) bagus," ungkap Sam, dikutip KompasTekno dari BusinessInsider, Kamis (16/11/2023).

Sekadar informasi, Nvidia belakangan memang disebut untung banyak berkat chip AI buatan mereka. Konon, harga chip GPU AI terpopuler Nvidia saat ini, yaitu Nvidia H100 dijual hingga harga 40.000 dollar AS (sekitar Rp 620 juta) per unit.

Dengan kata lain, wajar saja apabila banyak perusahaan yang ingin berkompetisi dengan Nvidia, karena satu chip AI saja memiliki banderol selangit, dan perusahaan AI kabarnya membutuhkan ratusan produk tersebut supaya kinerja AI berjalan lancar.

Nah, menurut rumor yang beredar, beberapa perusahaan yang berencana untuk berkompetisi di bisnis chip AI adalah perusahaan chip AMD, serta beberapa perusahaan teknologi raksasa macam Google dan Microsoft. 

Belum bisa dipastikan apakah rumor itu benar atau tidak. Namun, dengan adanya banyak perusahaan pembuat chip AI selain Nvidia, maka perusahaan-perusahaan yang bisnisnya fokus di AI kemungkinan tak akan bergantung pada Nvidia dan mengincar perusahaan pembuat chip AI lainnya.

Artinya, kelangkaan chip AI akan turut mereda, seiring banyaknya pemain atau produsen chip AI di pasar, seirama dengan apa yang telah diramal oleh bos OpenAI di atas.

TSMC sendiri merupakan rekanan manufaktur yang memproduksi aneka chip AI, termasuk Nvidia A100 dan H100.

Menurut Liu, kelangkaan chip AI disebabkan oleh keterbatasan kapasitas produksi packaging chip-on-water-on-substrate (CoWos) dari pihak TSMC. CoWoS adalah teknologi pengemasan chip untuk produk semikonduktor berkinerja tinggi.

"Kami saat ini tidak bisa memenuhi 100 persen kebutuhan pelanggan, tapi kami akan berupaya mendukung sekitar 80 persen," ujar Liu beberapa waktu lalu.

Liu mengatakan bahwa angka permintaan CoWoS untuk chip AI tiba-tiba melonjak tinggi mulai awal tahun 2023. Peningkatannya bahkan mencapai tiga kali lipat dibanding tahun lalu, sehingga TSMC kesulitan memenuhi permintaan.

Menurut Liu, untuk mengatasi kendala terbatasnya kapasitas pengemasan chip TSMC akan menerapkan ekspansi fasilitas produksi sehingga kondisi kelangkaan seharusnya bisa diatasi.

TSMC, lanjut Liu, sedang berupaya menambah alat untuk fasilitas packaging yang sudah ada. Namun, ini butuh waktu dan produksi CoWoS TSMC baru bisa meningkat hingga dua kali kapasitas sebelumnya pada akhir 2024 mendatang.

https://tekno.kompas.com/read/2023/11/16/09030057/beda-pendapat-soal-akhir-kelangkaan-chip-ai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke