Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nasib Hukum Moore, Dulu Berganda Tahunan Kini Terhambat Teknologi Semikondutor

Pernyataan itu disampaikan Gelsinger dalam sebuah acara di kampus Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat (MIT) pada Jumat (22/12/2023).

Hukum Moore adalah hukum yang diperkenalkan salah satu pendiri Intel, Gordon Moore pada tahun 1965. Menurut hukum Moore, jumlah transistor di dalam integrated circuit (inti chip) bakal bertambah dua kali setiap tahun. Namun kemudian diubah menjadi berlipat dua, setiap dua tahun pada tahun 1975.

Saat ditanya tentang potensi hukum Moore tidak valid lagi, Gelsinger berkata bahwa prediksi kematian hukum Moore sudah menggema selama 3-4 dekade terakhir. Pasalnya, kemampuan teknologi kian sulit untuk memenuhi hukum Moore. Kendati begitu, ia menegaskan bahwa hukum Moore hanya melambat.

"Kita tidak lagi berada di era keemasan hukum Moore, sekarang jauh lebih sulit, jadi mungkin bertambah dua kali lipat menjadi setiap tiga tahun," kata orang nomor satu produsen prosesor Intel itu.

Untuk mewujudkan chip 1 triliun transistor itu, Intel bakal mengadopsi transistor RibbonFET baru, penghantar daya PowerVIA, pemrosesan node generasi baru serta chip stacking 3D.

Adapun hukum Moore terbukti akurat selama berpuluh tahun hingga kini. Namun dalam beberapa tahun terakhir, laju industri semikonduktor memang cukup tertinggal dibanding hukum Moore. Sejumlah pihak termasuk CEO Nvidia, Jensen Huang bahkan menyebut hukum Moore sudah mati.

Sementara itu Gelsinger, sejak menjabat sebagai CEO Intel pada 2021, lantang berkata bahwa hukum Moore bakal tetap hidup. Ia juga sesumbar Intel bisa melampaui kecepatan hukum Moore setidaknya sampai tahun 2031.

Gelsinger juga mempromosikan hukum Super Moore, yaitu strategi untuk meningkatkan jumlah transistor memakai teknologi chip 2.5D dan 3D. Intel juga sering menyebut cara itu sebagai hukum Moore 2.0, dihimpun KompasTekno dari Toms Hardware, Kamis (28/12/2023).

Moore's Law acuan industri semikonduktor

Hukum Moore bermula dari tulisan Gordon E Moore pada 19 April 1965. Dia menulis artikel di majalah Electronics berisi prediksi bahwa jumlah transistor di dalam integrated circuit (inti chip) bakal berlipat dua setiap tahun.

Dia kemudian mengubahnya menjadi berlipat dua setiap dua tahun pada 1975.

Ketika menulis artikel itu, Moore bekerja sebagai kepala bagian riset di Fairchild Semiconductor. Dia kemudian ikut mendirikan Intel yang telah menjelma jadi perusahaan chip terbesar.

Prediksi yang kemudian lebih dikenal sebagai hukum Moore atau Moore’s Law itu terbukti akurat selama berpuluh tahun kemudian.

Seolah menjadi perjanjian tidak tertulis, hukum Moore digunakan sebagai acuan oleh industri semikonduktor untuk menyusun target riset dan pengembangan.

Kemampuan banyak jenis perangkat elektronik berkaitan dengan hukum Moore, mulai dari harga mikroprosesor, kapasitas memori, bahkan ukuran piksel di sensor kamera digital.

Bersama dengan peningkatan kinerja karena pertambahan transistor yang diprediksi oleh Moore, kemampuan komputer pun bertambah canggih tahun demi tahun. Kemudian muncullah berbagai inovasi, seperti wearable device dan smart city.

Namun, hukum Moore pun pada akhirnya akan menemui batasan yang tidak bisa ditembus.

Peningkatan kinerja komputer dengan menambah transistor selama ini dilakukan dengan menciutkan ukuran transistor yang bersangkutan, sehingga bisa muat lebih banyak di luas bidang yang sama.

Beberapa tahun lalu ahli fisika Michio Kaku menyebutkan bahwa ada satu titik dimana materi silikon yang dipakai membuat transistor atau bahan apapun penggantinya nanti- tak bisa dikecilkan lebih jauh.

Moore sendiri saat masih hidup, bersikap terbuka terhadap kemungkinan runtuhnya dalil yang telah berlaku selama berpuluh tahun itu.

Kini pencetus hukum Moore tersebut sudah tutup usia, tepatnya pada 24 Maret 2023 waktu AS, di usia 94 tahun.

https://tekno.kompas.com/read/2023/12/28/12020047/nasib-hukum-moore-dulu-berganda-tahunan-kini-terhambat-teknologi-semikondutor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke