Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ross Brawn, Arsitek Dongeng Formula 1

Kompas.com - 22/05/2009, 21:39 WIB

Memang, kesuksesan pria kelahiran Manchester, Inggris, 23 November 1954 ini menjadikan tim yang minim sponsor ini tampil disegani ikut diuntungkan keadaan, yaitu terjadinya revolusi besar-besaran pada balap F1 mulai tahun ini untuk mengurangi biaya operasional. Berbagai regulasi baru seperti pengurangan aerodinamika, penggunaan ban slick, pembatasan penggunaan terowongan angin (wind tunnel ) dan latihan tengah musim balap, mengantarkan pengembangan jet-jet darat F1 ke titik nol.

Belum lagi, penerapan KERS (Kinetic Energy Recovery Systems) piranti pengolah energi panas menjadi kinetik- sebagai pijakan untuk memulai teknologi ramah lingkungan pada ajang balapan single seater termasyur di dunia ini. Seluruh pabrikan F1 pun seolah mengembangkan ulang mobil balapnya dari sehelai kertas kosong. Sirna label unggulan pada tim mapan macam McLaren dan Ferrari.

Legenda hidup

Terlepas pula dari kontroversi ukuran difusser -komponen aerodinamika di bagian belakang mobil F1, yang ada pada BGP 001, Ross Brawn merupakan sosok yang sangat disegani di dunia F1. Label arsitek juara dunia balapan pun melekat padanya. Sepanjang kariernya di dunia F1, ia berhasil membangun tim Benetton dan Ferrari sebagai kampium. Dan, arsitek di balik kesuksesan legenda hidup F1 Michael Schumacher yang mengoleksi tujuh gelar juara dunia, terbanyak sepanjang sejarah F1.

Ketertarikannya di bidang mekanik dimulai saat magang kerja di Atomic Energy Research di Oxfordshire, Inggris. Ia memulai karier di dunia balap sebagai operator mesin penggiling pada konstruktor mobil March Engineering di Kota Bicester, Inggris, tahun 1976. Ia pun sempat ditunjuk sebagai anggota mekanik tim ini di dalam ajang F3 sebelum kemudian dipekerjakan Sir Frank Williams sebagai mekanik di tim F1 Williams yang baru saja terbentuk pada tahun 1977.

Inilah awal perjumpaannya dengan dunia F1 dan Frank Williams, salah satu tokoh yang kemudian menginspirasinya. Pengalamannya di dunia F1 makin meningkat dengan ditunjuknya dia menempati bidang baru di bagian pengembangan dan aerodinami ka selama 8 tahun di sini. Lalu, ia pun sempat bertugas ke tim F1 lainnya yang kini sudah bubar, Haas Lola asal Amerika Serikat dan Arrows, Inggris, meski waktunya singkat.

Bakat dan pola kerja yang serba terukur di tim-tim F1 ini membuatnya pabrikan Jaguar kepincut untuk merekrutnya. Ia pun mulai mencicipi ajang balap yang berbeda, yaitu Kejuaraan Dunia Mobil Sport. Terbukti, pengalamannya di F1 sangat membantunya saat mendesain mobil juara XJR-14 dan membawa Jaguar mendominasi kejuaraan ini di awal 1990-an.

Pada 1991, ia kembali ke dunia F1 dan menjadi Direktur Teknik di tim Benetton. Keputusannya menangani Benetton selanjutnya berbuah manis. Ia dipertemukan dengan pebalap muda berbakat saat itu, Michael Schumacher, dan mulai mendesain mobil khusus bersama desainer Rory Byrne .

Hasilnya sangat menakjubkan, tim Benetton meraih juara konstruktor pada 1995 dan mengantarkan pebalapnya, Schumacher, merengkuh dua kali titel dunia di 1994 dan 1995, di tengah-tengah dominasi dua pebalap Williams, Damon Hill dan almarhum Ayrton Senna.

Tim impian

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com