Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Haji Ismet, Raja Boneka Beromzet Rp 4 Miliar

Kompas.com - 19/01/2010, 09:22 WIB

Harga boneka mini ini antara Rp 6.000 dan Rp 15.000 per unit. "Pesanan biasanya dari orang yang mau nikahan atau sekadar boneka sebagai maskot perusahaan," ujar Ismet.

Namun, Ismet pun menghadapi tantangan baru dalam memproduksi maupun memasarkan boneka-boneka kreasinya. "Bisnis ini sempat mengalami pasang surut yang cukup hebat," kisahnya.

Salah satu cobaan terberat yang dirasakan Ismet adalah saat boneka China datang menggempur pasar di dalam negeri. Dalam bentuk dan ukuran yang sama, boneka China dijual dengan harga yang bersaing. Kualitasnya pun tak kalah bagus. "Kita tahu, biaya produksi di Indonesia masih lebih tinggi ketimbang biaya produksi China," ujar Ismet sedikit khawatir.

Untuk menyiasati hal ini, Ismet berusaha untuk mencari alternatif bahan baku yang lebih murah. Dengan demikian, biaya produksi bisa ditekan. Sayang, sulit menekan biaya bahan baku. Masalahnya, harga produk kain sintetis buatan Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan produk impor. Walhasil, sebagian bahan baku masih harus didatangkan dari luar.

Jelas kondisi tersebut merupakan pukulan berat bagi pengusaha mikro seperti Ismet. "Tak hanya kerja keras yang dibutuhkan, tapi juga dibutuhkan strategi pemasaran yang cukup baik," ujarnya.

Nah, untuk mengatasi hambatan yang satu ini, Ismet melancarkan strategi jemput bola. Ia pun gencar menyasar para agen. "Jemput bola harus dilakukan untuk mendapatkan pemasukan," jelasnya.

Cara kedua, Ismet melancarkan strategi mempertahankan pelanggannya agar tidak ada yang beralih ke produk China. "Terutama untuk institusi yang sering memesan boneka untuk kepentingan bisnisnya," imbuh Ismet.

Selain tantangan tersebut, kondisi alam bisa mendatangkan persoalan tersendiri bagi Ismet. Misalnya, saat terjadi bencana alam, kunjungan wisatawan biasanya turun. Kondisi ini memengaruhi penjualan Ismet. "Saat ada tsunami di Aceh dan gempa di Yogyakarta, omzet saya sempat turun sampai 50 persen," kenang Ismet.

Belum sempat bangkit dari keterpurukan, bisnis Ismet kembali dihantam badai krisis ekonomi global. Gara-gara krisis yang satu ini, daya beli masyarakat turun drastis. Bisnis Ismet pun menjadi lesu sampai saat ini. Menurut Ismet, saat ini masyarakat cenderung menunda keinginan membeli boneka. Pasalnya, boneka bukan kebutuhan pokok yang harus dibeli. "Kalau hal seperti ini, memang tak bisa dihindari," ujarnya.

Ismet memang tak sampai merugi akibat berbagai kendalan dan peristiwa tadi. Namun, tak bisa dihindari, laba bersih Ismet terpangkas. Tetapi, Ismet sudah menimbang masak-masak risiko bisnis itu. Ia bilang, biasanya omzet yang berkurang akan tertutup saat musim pemesanan boneka marak, yakni saat perayaan hari besar, seperti hari raya Natal, Lebaran, atau Hari Valentine. (Dyah Megasari/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com