Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kantor Ramah Perempuan, Sulitkah Diterapkan?

Kompas.com - 26/09/2010, 11:35 WIB

KOMPAS.com - Perempuan, tidak semestinya ditempatkan pada pilihan bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. Perempuan berhak dan mampu menjalankan multi peran sebagai ibu, individu, mahluk sosial dan pekerja. Namun akan lebih memudahkan jika setiap perusahaan memiliki kebijakan yang ramah untuk perempuan bekerja.

Mencipta perusahaan yang ramah perempuan bisa dilakukan dengan banyak cara. Prinsipnya mendukung perempuan bekerja agar tetap mampu mengaktualisasi diri tanpa meninggalkan perannya yang juga penting sebagai ibu. Salah satu caranya adalah memberikan fasilitas ibu menyusui, penitipan anak, dan fleksibilitas waktu untuk ibu dan ayah bekerja.

"Menyediakan ruangan khusus untuk ibu menyusui misalnya, jangan lantas dilihat sebagai cost, tetapi sebagai investasi," papar Maria Dewantini Dwianto, Head of Corporate Communications PT Unilever Indonesia Tbk pada Kompas Female, saat penutupan program daycare, di Graha Unilever, Jakarta, Jumat (24/9/2010) lalu.

Program daycare atau penitipan anak yang dilengkapi kegiatan edukasi dari sekolah Langkah Ku, sudah kelima kalinya digelar Unilever Indonesia. Program ini diadakan rutin setiap tahun pada masa kritis, yakni dua minggu menjelang dan sesudah Idul Fitri. Meski belum permanen, program ini dinilai Maria memberikan dampak positif bagi orangtua bekerja.

"Karyawan akan lebih loyal karena merasa diperhatikan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Mereka pun lebih produktif karena tak lagi khawatir meninggalkan anak saat pergi bekerja," jelas perempuan yang akrab dipanggil Mia ini.

Mia berharap, ke depan, daycare menjadi program permanen. Seperti halnya Unilever memberikan ruang khusus untuk ibu menyusui. Imbas positif daycare akan lebih terasa dan kentara jika program didukung oleh berbagai pihak. Artinya, kata Mia, beberapa perusahaan perlu bergabung untuk membangun daycare permanen.

"Gabungan beberapa pihak atau perusahaan untuk membangun daycare akan berdampak lebih besar. Bisa menjadi inspirasi bagi berbagai perusahaan untuk menjalankan kegiatan serupa di kantornya," katanya.

Dukungan dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, saat meresmikan daycare pada 31 Agustus 2010, menjadi langkah pendorong lainnya. Dengan dukungan berbagai pihak, kebutuhan perempuan bekerja akan perusahaan yang memerhatikan perannya sebagai ibu, akan lebih tersuarakan.

Lantas apa yang menghalangi perusahaan menjalani program ramah perempuan? Selain biaya yang tak murah, kesadaran mengenai kebaikan dari program seperti ini belum terbangun, tambah Mia.
    
Padahal, kata Mia, perusahaan yang memiliki kebijakan ramah perempuan mendapat banyak manfaat. Fleksibilitas waktu yang diterapkan Unilever sejak 2003 contohnya, membuat ibu dan ayah bekerja lebih bisa memanfaatkan waktu di pagi harinya bersama buah hati.

"Karyawan yang bertugas di kantor mendapatkan flexi hours, seperti datang pukul 09.00. Mereka yang berperan sebagai ayah dan ibu bisa spending time dengan anak. Atau bagi lajang, bisa ke gym yang juga disediakan di kantor," jelas Mia.

Alhasil, berbagai kemudahan seperti ini kemudian mencetak karyawan loyal dan produktif. Karena mereka lebih mampu menyeimbangkan berbagai peran yang dimiliki, sebagai pekerja dan juga orangtua.

Sejumlah perusahaan juga sudah menerapkan program ramah perempuan semacam ini. Setidaknya dengan memberikan nursery room yang nyaman, termasuk untuk ibu yang perlu memerah ASI.

Jadi, jika ingin karyawan (terutama perempuan) senang dan setia bekerja, mengapa tidak berinvestasi fasilitas yang mengakomodasi kebutuhan pekerja sebagai orangtua? Karyawan tenang, perusahaan senang. Adil kan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com