SANA’A, MINGGU -
Bentrok terjadi ketika polisi dan loyalis partai penguasa, Partai Kongres Masyarakat Umum, menyerang pengunjuk rasa yang sebelumnya terkonsentrasi di Lapangan Universitas. Menurut para saksi mata, aparat menyerang membabi buta dengan menembakkan senjata berpeluru tajam dan gas air mata.
Enam pengunjuk rasa tewas tertembak di kepala dalam kerusuhan yang terjadi lewat tengah malam di Aden, kota pelabuhan di selatan Yaman. Dua orang lainnya terluka parah.
Para saksi mata memaparkan, para penembak jitu kepolisian menembaki para pengunjuk rasa dari atas gedung-gedung di kota itu. Sebelumnya, massa membakar kantor polisi saat kerusuhan pecah. Kerusuhan terjadi setelah polisi menyerang pihak oposisi yang menuntut Presiden Ali Abdullah Saleh turun dari jabatan yang telah dikuasainya selama 32 tahun.
Pemerintah Inggris, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk kekerasan di negara tempat pasukan khusus Amerika Serikat berupaya melatih aparat keamanan setempat untuk menghadapi ancaman organisasi teroris global Al Qaeda.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengecam penggunaan kekuatan bersenjata untuk menghadapi aksi unjuk rasa damai. Hal ini dipastikan menghapus upaya dialog yang dapat dilakukan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menyatakan, aksi kekerasan yang terjadi terhadap para pengunjuk rasa tidak bisa diterima. Hague juga meminta seluruh warga negara Inggris keluar dari Yaman.
”Peristiwa ini bertolak belakang dengan pernyataan presiden sebelumnya, yang mengumumkan akan mereformasi konstitusi Yaman sekaligus menggelar pemilihan umum baru. Pernyataan itu sebelumnya kami sambut baik,” ujar Hague.
Janji itu disampaikan Saleh dalam pidatonya di depan puluhan ribu pengunjuk rasa di Stadion Sana’a, Kamis lalu.
Adapun Pemerintah AS, yang selama ini menganggap peran Saleh sangat penting sebagai pilar stabilitas di negeri itu, belakangan menyatakan dapat menerima sikap oposisi di parlemen, yang menyatakan presiden telah kehilangan kredibilitasnya dan harus mundur tahun ini.
Perwakilan Urusan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengecam pemerintahan Saleh sekaligus mendesaknya melindungi pengunjuk rasa dari kekerasan.
Sementara itu, di ibu kota Sana’a, puluhan ribu pengunjuk rasa menuntut pemerintah segera menggelar upaya reformasi demokratis.