Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Beri Amnesti

Kompas.com - 11/01/2012, 02:27 WIB

SEOUL, SELASA - Propaganda besar-besaran untuk memopulerkan pemimpin baru Korea Utara, Kim Jong Un, terus digelar. Kali ini dengan menjanjikan pemberian pengampunan hukuman (amnesti) per 1 Februari walau belum pasti benar berapa banyak terhukum yang akan menerimanya.

Selain untuk memopulerkan Jong Un, langkah memberikan amnesti dilakukan untuk memperingati hari kelahiran, keberadaan, serta jasa-jasa baik kedua mendiang pemimpin besar Korut sebelumnya, Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Tahun ini diperingati sebagai hari lahir Jong Il ke-70 sekaligus hari lahir Il Sung, ayahnya, yang ke-100.

Walau menganut paham komunis, kekuasaan dan kepemimpinan puncak di Korut diwariskan secara turun-temurun antargenerasi Kim, yang sekarang memasuki generasi ketiga.

Kabar rencana pemberian amnesti disampaikan kantor berita resmi Pemerintah Korut, KCNA, Selasa (10/1).

Menurut mereka, kebijakan itu ”mengejawantahkan” sifat-sifat kedua mendiang pemimpin yang penuh dengan ”kemuliaan, kebajikan hati, dan kemampuan untuk merangkul seluruh pandangan politik yang ada”.

Sampai sekarang, jumlah tahanan, terutama tahanan politik, di negeri itu sulit diketahui pasti. Amnesti Internasional memperkirakan ada sekitar 200.000 warga Korut ditahan di kamp penjara politik yang ada di seluruh wilayah negeri itu.

Tahun lalu, Amnesti Internasional memprediksi jumlah narapidana politik yang ditahan di kamp konsentrasi di negara itu bertambah signifikan. Prediksi itu didasari hasil pencitraan satelit, yang menunjukkan terjadi perluasan lokasi yang diduga sebagai kamp konsentrasi.

Lembaga itu juga memaparkan kesaksian sejumlah mantan narapidana politik yang dipenjara di kamp-kamp tersebut. Mereka membenarkan rezim pemerintahan Korut memiliki kamp konsentrasi tempat para tahanan politik dipaksa bekerja di bawah siksaan dan ancaman kelaparan.

Kebijakan pemberian amnesti pernah dilakukan dua kali, tahun 2002 dan 2005. Amnesti tahun 2005 menandai peringatan 60 tahun berakhirnya masa pendudukan Jepang di Korut.

”Kebijakan itu diambil untuk memenangkan kepercayaan publik terhadap Jong Un. Negeri itu tengah berjuang mempertahankan diri dengan kondisi perekonomiannya yang memburuk dan ancaman kelaparan yang dialami rakyatnya,” ujar Kim Kwang In, peneliti Korut di Pusat Strategi di Seoul, Korea Selatan.

Sumpah militer Korut

Seolah tak pernah cukup, militer Korut kembali menyatakan sumpah setia mereka untuk tunduk dan melindungi Jong Un.

”Kami akan membangun 10.000 lapis benteng untuk melindungi pemimpin tertinggi sekaligus menjadi senjata dan bom demi melayani Kim Jong Un. Kami juga menjadi lapis pertama korps penyelamat jiwa dan penentang kematian Kim Jong Un,” ujar Panglima Angkatan Bersenjata Korut Jenderal Ri Yong Ho seperti dikutip KCNA.

Dipastikan, Jong Un akan melanjutkan kebijakan mendiang sang ayah, Jong Il, yang menerapkan kebijakan untuk mengutamakan militer (Songun). Jong Un menduduki kursi kekuasaan setelah sang ayah meninggal dunia akibat serangan jantung pada 17 Desember lalu.

Selain diangkat menjadi panglima tertinggi militer berpangkat jenderal bintang empat, Jong Un juga telah diangkat menjadi pemimpin tertinggi partai komunis.

Dalam sepekan terakhir, sosok Jong Un terus ditayangkan dalam berbagai kesempatan di stasiun televisi pemerintah. Tidak hanya itu, Pemerintah Korut juga menayangkan film dokumenter yang fokus pada upaya mencitrakan Jong Un sebagai sosok berpengalaman secara militer.

Beberapa tayangan antara lain menggambarkan dia tengah berada di kokpit tank, menaiki seekor kuda, atau meneliti berkas dan dokumen militer di malam hari. (BBC/AP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com