Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mewarnai Peradaban Liyangan

Kompas.com - 22/02/2012, 09:44 WIB

Terkubur

Melihat tumpukan material yang menguburnya, diduga kuat perkembangan peradaban ini terhenti akibat letusan Gunung Sindoro. Penanggalan bambu terarangkan di Liyangan yang dilakukan Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan letusan itu kemungkinan terjadi pada 971 Masehi dengan penyimpangan 112 tahun.

Material yang mengubur kompleks Liyangan ini merupakan aliran piroklastik atau awan panas Sindoro. ”Kompleks ini terkubur dalam satu kali periode letusan karena tak ada perlapisan yang menunjukkan perulangan aliran piroklastik,” ujar Helmy Murwanto, geolog Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta. Volume letusan yang sangat besar mengisi lembah dan meluap ke permukiman.

Penemuan Situs Liyangan memperkuat hipotesis bahwa deretan pegunungan Merapi, Sindoro, Sumbing, dan Dieng menjadi semacam poros berkembangnya permukiman Mataram Kuno. Jawa Tengah berkembang menjadi pusat budaya klasik pada abad 7-10.

Budaya yang dipengaruhi kebudayaan India itu mencapai perkembangan pesat di wilayah Kedu dan Prambanan. Poros Kedu-Prambanan itu kini meliputi daerah-daerah yang termasuk wilayah Kabupaten Magelang (Jawa Tengah) dan Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta), khususnya sekitar Prambanan.

Kabupaten Temanggung yang terletak di sebelah utara Kabupaten Magelang juga merupakan daerah penting pada masa lalu. Di wilayah itu ditemukan cukup banyak candi dan prasasti dari masa Mataram Kuna.

Apalagi, di dekat situ ditemukan pula Prasasti Rukam di Desa Petarongan, Kecamatan Parakan, di kawasan lereng Gunung Sindoro.

Prasasti Rukam ini merupakan satu-satunya prasasti yang secara jelas menggambarkan dampak letusan gunung api terhadap peradaban di masa lalu.

"Munculnya letusan-letusan gunung yang kemudian mengubur peradaban meyakinkan masyarakat saat itu bahwa tanah- tanah di tempat itu tak diberkati Tuhan sehingga mencari daerah lain," kata Ketua Balai Arkeologi Yogyakarta Siswanto. (ROW/ANG/AIK)

Ikuti perkembangan Ekpedisi Cincin Api di: www.cincinapi.com atau melalui Facebook: ekspedisikompas atau twitter: @ekspedisikompas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com