Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Board Game", Dunia Lain Permainan Papan

Kompas.com - 03/08/2012, 16:05 WIB

Padahal, ajakan berpikir kreatif itu baru datang dari satu judul permainan papan saja, sementara di luar sana terdapat ratusan judul permainan papan dengan berbagai sistem permainan, peraturan, dan variasi. Sebut saja, Thurn and Taxis yang berlatar belakang sejarah perusahaan pos pertama di dunia yang menempatkan pemain membangun jaringan pos di Jerman. Dimainkan oleh empat orang dan dibutuhkan strategi untuk bisa keluar sebagai pemenang.

Bagi warga Jerman, bermain board game adalah bagian dari hidup mereka. Itu diutarakan oleh Deputy Director Goethe Institut Bandung Angela Jeannette. Bermain permainan papan adalah kebiasaan yang mustahil terlewat begitu dia kembali berkumpul dengan keluarga jika dia pulang ke negaranya. Jeannette ingat, ayahnya langsung mengajak bermain permainan papan begitu mereka berkumpul.

”Bermain board game mengasah kemampuan berinteraksi sosial dan bagaimana memperlakukan orang lain dengan penuh hormat. Tentu saja, yang paling utama tetap bersenang-senang tanpa memandang batasan umur,” ujar Jeannette yang mengaku bermain sejak dia kecil.

Membandingkan permainan papan dengan permainan elektronik, semisal video game, Jeannette berpendapat, permainan papan memiliki keistimewaan merekatkan para pemain untuk berinteraksi secara langsung. Tawa berderai dan wajah gembira adalah pemandangan yang lazim ditemukan. Video game dengan fitur pemain jamak (multiplayer) pun belum mampu menyamai tingkat interaksi sosial semacam ini.

Itulah yang sedang diupayakan oleh Segitiga.Net, sebuah media yang khusus membahas mengenai permainan papan. Secara perlahan, mereka ingin memopulerkan permainan papan di Indonesia. Menurut Editor in Chief Segitiga.Net Adieb Aryasepta Haryadi, salah satu persepsi yang hendak diubah adalah bahwa permainan papan itu bukan cuma monopoli, ular tangga, atau catur. Ada ratusan judul permainan papan yang bisa mengajak pemainnya melatih otak dan bisa dimainkan tanpa memandang usia.

Salah satu kebiasaan yang ingin diperkenalkan Adieb adalah malam bermain atau spielabend dalam bahasa Jerman. Dalam waktu yang disepakati bersama, biasanya malam hari, disempatkan barang 1-2 jam untuk bermain board game. Kebiasaan itu masih dilakukan hingga kini dan relatif bertahan meski video game sudah ada di setiap ruang tamu keluarga.

Salah satu yang sedang mereka upayakan adalah menggelar sesi bermain rutin. Salah satunya di Goethe Institut yang diharapkan rutin di masa mendatang. Beberapa inisiasi di tempat lain juga sudah dilakukan, seperti di Institut Teknologi Bandung.

Medium

Eko Nugroho adalah salah seorang penggemar permainan papan sehingga dia juga mendirikan Kummara, sebuah perkumpulan yang bertujuan untuk memopulerkan sekaligus memproduksi permainan papan sendiri. Kummara adalah akronim dari berkumpul, bermain, dan bergembira.

Baginya, pesan-pesan bisa disampaikan melalui setiap komponen dalam permainan papan berbentuk tema, konten, dan ilustrasi. Komponen permainan papan terdiri dari papan, kartu, token, dan sistem permainan.

Itulah yang melatarbelakangi Kummara untuk membuat permainan papan sendiri. Mulai dari Simpang Dago untuk memperkenalkan kekayaan kuliner lokal di Kota Bandung, sejarah perjuangan Indonesia melalui Mahardika, hingga kisah pewayangan melalui Punakawan.

Kekayaan budaya di Indonesia jangan sampai terlambat dimanfaatkan untuk dikemas dalam permainan papan. Eko menunjukkan beberapa judul board game buatan luar negeri yang memiliki tema dari Indonesia dengan judul Java, Bali, Batavia ataupun Expedition Sumatera.

Karena digarap luar negeri, konten Indonesia hanya menjadi pelengkap untuk sistem permainan yang sudah dibuat sebelumnya. Padahal, medium serupa bisa dipakai untuk memperkenalkan budaya asli Indonesia, obyek wisata unggulan, dan program kerja seperti dilakukan Dharma Wanita pada 1980-an.

Itulah belantara luas di dalam sebidang permainan papan. (Didit Putra Erlangga Rahardjo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com