Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengatakan, Indonesia sudah mempunyai sumber daya industri kreatif. Beberapa sudah menghasilkan produk yang bersaing di pasar global. ”Ada kesempatan untuk memperbesar pasar,” ujarnya di sela-sela meninjau studio Kinema, Sabtu (10/11), di Batam, Kepulauan Riau.
Produk-produk Kinema, kata Mari, salah satu contoh produk Indonesia yang bersaing di pasar global. Produk studio animasi terbesar Asia Tenggara tersebut telah dipasarkan di Eropa, Amerika, Australia, dan Asia. Beberapa serial animasi, seperti Garfield, Leonard, dan Chicken Town, digarap di studio di kawasan Nongsa, Batam, tersebut.
Direktur Kinema Michael Wiluan mengatakan, saat ini Kinema tengah mengerjakan serial Serangoon Road. Film berlatar Singapura dekade 1960-an itu dibiayai bersama investor Australia. ”Kami melibatkan 300 seniman dan teknisi. Ini serial internasional kedua buatan Kinema,” tuturnya.
Produk-produk Kinema, kata Michael, wujud karya Indonesia untuk para pemirsa di seluruh dunia. Studio animasi tersebut, antara lain, telah memasarkan produk ke Kanada dan Perancis, negara yang dianggap sebagai kiblat animasi global.
Sementara Menteri Pembangunan Regional Australia Simon Crean mengatakan, industri animasi masih punya pasar luas. Artinya, masih terbuka kesempatan kerja untuk sektor tersebut. Kesempatan akan semakin lebar jika pihak-pihak terkait bekerja sama dan memperbesar kemampuan. Dengan kerja sama, kesempatan menembus pasar global lebih besar.
Kerja sama Indonesia-Australia seperti di Serangoon Road, kata Crean, dapat dilanjutkan pada proyek-proyek selanjutnya. Dengan potensi pasar yang masih besar, kerja sama sejenis amat terbuka dilanjutkan.
Kepala Produksi Studio Infinite John Radell mengatakan,
Sebagian bangunan pada masa itu, kata Radell, masih berdiri sampai sekarang. Namun, suasana saat ini sudah berbeda jauh dengan dekade 1960-an. ”Mustahil mendapatkan suasana dekade 1960-an jika shooting di lokasi asli,” tuturnya.