Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momentum Bangun Kebersamaan

Kompas.com - 19/01/2013, 04:07 WIB

Hal senada disampaikan sosiolog Imam Prasodjo. Menurut Imam, banjir Jakarta sekarang ini menjadi momentum bagi setiap orang untuk menolong sesamanya. Panggilan solidaritas sosial ini secara alami muncul ketika melihat orang lain menderita. Namun, bagaimana menyalurkan bantuan agar efektif?

”Saat ini zaman teknologi maju. Dengan media sosial dan aplikasi teknologi, solidaritas sosial akan makin solid tergalang dan mampu mengatasi berbagai macam kesulitan,” kata Imam.

Imam termasuk orang yang geregetan melihat penanggulangan bencana di negeri ini sering berjalan semrawut minim koordinasi. Dengan latar belakang itu, ia dan beberapa teman yang peduli memprakarsai adanya www.bukapeta.com. Situs ini secara aktif memberitahukan lokasi bencana dan kebutuhan korban di kawasan tersebut.

”Sudah dikerjakan sejak setahun lalu. Masih banyak kekurangan, tetapi paling tidak bisa sebagai langkah awal. Siapa saja yang berniat nimbrung, untuk berbagi info atau memperbaiki situs ini, silakan. Ini adalah gerakan sosial untuk kebaikan bersama,” kata Imam.

Situs interaktif seperti ini, lanjut Imam, bisa menjadi ujung tombak dalam manajemen penanganan bencana.

Salah satu personel programmer situs www.bukapeta.com, Satrio Arditama, mengatakan, kelemahan situs ini adalah baru bisa diaplikasikan untuk telepon cerdas. ”Kita belum bisa menerima pengaduan lewat pesan singkat. Namun, kalau untuk memberi tahu lokasi banjir, kebutuhan pengungsi, kondisi darurat, dan lainnya sudah memungkinkan. Kami harap, fasilitas ini digunakan oleh sebanyak mungkin orang,” kata pemilik alamat surat elektronik iyo@bukapeta.com itu.

Belum padu

Penanganan banjir hingga hari kedua status siaga banjir belum sepenuhnya padu. Kepala Seksi Informatika Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bambang Suryo Putro mengatakan, penanganan belum merata. Baik sukarelawan maupun distribusi logistik belum menyentuh ke semua lokasi banjir. Banyak permintaan mengenai toilet dan air bersih ke lokasi pengungsian. Stok BPBD DKI sebanyak 28 toilet bus dan 12 toilet tunggal tidak mencukupi kebutuhan korban.

Begitu pun dengan kebutuhan air bersih, yang baru menyentuh 17 lokasi dari 88 lokasi pengungsian. Distribusi dari dua operator pengelola air bersih di Jakarta sangat terbatas. ”Kami perlu membenahi cara kerja organisasi penanganan dalam status darurat banjir,” kata Suryo.

Sementara lambatnya pendataan korban, area terdampak, dan informasi kebutuhan logistik masih menjadi persoalan. Data tidak cepat masuk dari hari ke hari walau alat komunikasi sudah tersedia di tingkat kelurahan. Di ruang komunikasi BPBD sendiri hanya terdapat dua sambungan telepon dan satu mesin faksimile.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com