Tidak ada yang tahu karena sebenarnya saat ini kita tinggal menunggu pemicu. Begitu ada sesuatu terjadi, permintaan data akan membeludak. Kasusnya sama seperti SMS (layanan pesan singkat) dulu. Semula penggunaan SMS biasa saja, cenderung kecil. Akan tetapi, ketika SMS bisa dikirim antar-operator, penggunaan SMS melonjak luar biasa. Saya percaya hal ini juga akan terjadi pada penggunaan data. Begitu ada pemicunya, pasti akan melonjak.
Apa kira-kira yang bisa menjadi pemicunya?
Harga telepon pintar (smartphone) yang murah bisa menjadi pemicunya. Jika harga telepon pintar hanya sekitar 70 dollar AS (Rp 700.000) dan harga telepon bekasnya sekitar Rp 350.000, permintaan data akan naik. Bukan tidak mungkin, tukang sayur tidak lagi berkeliling menawarkan sayurnya, tetapi cukup mengirimkan pesan berikut gambar untuk menunjukkan kesegaran sayurannya.
Namun, telepon pintar yang murah juga harus diikuti aplikasi lokal yang populer. Saat ini Facebook dan Twitter memang populer, tetapi kedua aplikasi itu bukan buatan lokal. Begitu ke luar dari Jakarta, banyak yang belum pakai aplikasi itu. Sementara di negara lain, aplikasi yang populer adalah aplikasi yang menggunakan bahasa lokal. Di China, Korea Selatan, Taiwan, dan negara-negara lain, aplikasi yang populer adalah buatan lokal.
Sebenarnya kita punya ahli-ahli yang bisa membuat aplikasi itu. Namun, karena pengguna telepon pintar belum banyak, mereka agak segan membuat aplikasi. Aplikasi ini harus dibuat oleh orang-orang yang kreatif, bukan orang yang ahli teknologi. Biasanya kalau yang membuat ahli teknologi, aplikasi itu kering dan tidak menarik. Untuk mendorong munculnya pemicu pasar data, pemerintah bisa ambil bagian, yakni dengan memberikan insentif. Jadi tidak sekadar mendorong.
Bagaimana dengan tuntutan dari Kejaksaan Agung mengenai penyelenggaraan internet di teknologi 3G?
Regulasi sangat jelas. Kementerian Kominfo juga jelas posisinya. Kami sebagai industri tetap bernaung di bawah regulator yang mengeluarkan lisensi dan peraturan. Selama regulator mendukung, kami relatif tenang. Proses ini akan kami lalui.
Bagaimana dengan kehidupan pribadi? Apakah masih bisa melakukan hobi?
Terus terang, saya akui, kehidupan pribadi saya tidak imbang. Waktu saya lebih banyak untuk pekerjaan. Istri saya juga bekerja, dan kami sering janjian untuk makan malam bersama.
Di akhir pekan, jika tidak ada kegiatan di luar, saya senang berbelanja ke pasar. Memilih sayur dan daging yang segar tidak kalah seru dari masak. Hanya saya sampai masaknya saja. Setelah itu, saya tidak mau cuci piring. Paling malas deh... ha-ha-ha....