Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minta Ganja Lewat Twitter, Montir Dipecat

Kompas.com - 19/08/2013, 07:53 WIB
Penulis Oik Yusuf
|
EditorWicak Hidayat

KOMPAS.com - Hati-hatilah saat menulis sebuah Tweet, apalagi jika isinya menyinggung hal-hal yang melawan hukum. Salah-salah bisa membawa akibat tidak mengenakkan, seperti yang dialami oleh warga Kanada bernama Sunith Baheerathan ini.

Ceritanya, seperti dikutip dari The Globe and Mail, pada Selasa (13/8/2013) lalu, Baheerathan yang bekerja sebagai  montir di bengkel Mr. Lube, di daerah Vaughan, kota Toronto, sedang kepingin merokok ganja.

Entah karena iseng atau memang benar-benar sudah ketagihan, Baheerathan kemudian mengunggah Tweet yang bisa membuat pembacanya mengerutkan kening.

Dalam Tweet tersebut, Baheerathan secara terbuka mengajak bandar ganja untuk mampir ke bengkel tempat kerjanya. "Adakah dealer yang mau mengantarkan 20 sac chop (2 gram)? Datanglah ke Mr. Lube Keele/Langstaff, saya sedang butuh," tulis dia.

Tak lama kemudian, pada hari yang sama, undangan Baheerathan segera ditanggapi pemilik akun Twitter lain. "Asyik! Bolehkah kami turut serta?" begitu bunyinya. Sial buat Baheerathan, balasan tersebut datangnya dari kepolisian daerah York.

Percakapan singkat kedua belah pihak ini kontan menjadi trending topic di Toronto. Ujung-ujungnya, Baheerathan terpaksa kehilangan pekerjaan.

Sebab, meskipun dia sejatinya tidak (atau belum) melakukan pelanggaran hukum, polisi berinisiatif mengadukan tweet Baheerathan pada pemilik bengkel Mr. Lube yang kemudian murka, terlebih karena nama tempat usahanya disebut-sebut dalam tweet.

Pada USA Today, opsir polisi Blair McQuillan yang bertanggung jawab atas akun Twitter kepolisian York mengatakan bahwa tanggapan atas tweet Baheerathan dimaksudkan sebagai pengingat bahwa pihak polisi senantiasa mengamati media sosial. "Anda bertanggung jawab atas kata-kata Anda sendiri," ujar McQuillan.

Adapun Baheerathan merasa kecewa dengan hasil dari bibit yang disemainya sendiri.

"Saya sudah kehilangan harapan pada masyarakat. Banyak pembunuh dan penjahat berkeliaran, tapi yang mereka pedulikan hanyalah seseorang yang meminta ganja," tulis Baheerathan dalam sebuah tweet setelah kejadian itu. Dia juga mengeluhkan soal kebebasan berekspresi atau freedom of speech di negaranya.

Ganja sendiri legalitasnya telah lama menjadi perdebatan panjang di Kanada. Di sini, kepemilikan ganja dilarang secara hukum, tapi sejumlah kecil boleh dikonsumsi untuk keperluan medis dengan resep dokter.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com