Film yang menceritakan kisah fiksi upaya pembunuhan Presiden Korea Utara Kim Jong Un itu disebut-sebut pemicu serangan cyber terhadap sang pembuat film, Sony Pictures Entertainment (SPE).
Seperti dilansir KompasTekno dari The Verge, Senin (22/12/2014), dalam editorial tersebut, Tiongkok mengungkap tidak menyetujui serangan peretas maupun teror dan ancaman. Namun, mereka mengkritik keras Amerika Serikat serta film yang akhirnya batal ditayangkan itu.
“Film seperti The Interview, yang menghina pimpinan negera musuh Amerika Serikat (AS), tidak perlu dibanggakan oleh Hollywood atau masyarakat AS. Bagaimanapun pandangan masyarakat AS terhadap Korea Utara dan Kim Jong Un, Kim adalah pemimpin negara tersebut. Penghinaan terhadap Kim itu hanyalah wujud dari kesombongan sebuah budaya,” tulisnya.
“Masyarakat AS berdiri di sisi teratas kompetisi budaya global. Mestinya mereka menunjukkan tata krama yang baik, bukan malah bertindak agresif,” imbuh tulisan tersebut.
Tulisan itu tidak memuat apapun terkait tindakan peretasan yang menyerang SPE. Tiongkok sendiri dipandang sebagai negara yang dekat dengan Korea Utara.
Gedung Putih, beberapa hari lalu disebutkan sempat meminta bantuan Tiongkok untuk membantunya memblokir serangan cyber Korea Utara. Namun, permintaan tersebut belum dijawab.
Serangan cyber yang menimpa SPE terjadi pada medio Desember 2014 dan berhasil membocorkan paspor para artis, kumpulan e-mail, laporan keuangan, film-film, dan koleksi password server.
Para peretas yang menyerang itu pun meminta serta mengancam jaringan bioskop di AS agar menolak pemutaran film The Interview. Sebuah adegan tewasnya Kim Jong Un pun sempat beredar di YouTube dan disebut merupakan bagian dari The Interview.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.