Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 3 Penggiat Jadikan Instagram Penggerak Aksi Sosial

Kompas.com - 30/03/2015, 16:11 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Instagram tak ubahnya media populer yang digandrungi masyarakat dunia saat ini. Konsepnya lugas, "hanya" penghimpun gambar.  

Pekan lalu, tim Instagram regional Asia-Pasifik (APAC) dan beberapa pencetus komunitas Instagram, menyambangi kantor Kompas.com. Tak banyak yang dijabarkan ihwal tujuan awal didirikannya Instagram.

Diklaim, hadirnya media sosial dengan jumlah pengguna lebih dari 300 juta ini, berangkat dari pemikiran yang tak rumit. "Kami percaya semua orang menyukai hal-hal visual," kata Head of Communication APAC Instagram Ching Yee Wong.

Menurutnya, kesederhanaan Instagram justru menjadi senjata pamungkas untuk menarik hati netizen. Pasalnya, media sosial ini tak menciptakan batasan. Sebaliknya, justru menyediakan ruang bagi penggunanya untuk memaknai Instagram dengan cara masing-masing.

Mulai dari penggiat selfie hingga penggiat alam, toko fesyen hingga toko buku, makanan ringan hingga restoran ternama, ide kerajinan tangan hingga ide desain rumah, guyonan hingga gerakan sosial, artis hingga politikus. Semuanya meramaikan jagat Instagram.
 
"Kita bisa lihat aneka pengguna dan modus penggunaannya. Mulai dari hobi hingga menjadikan Instagram untuk gerakan sosial," kata Ching Yee.

Berjamurnya komunitas Instagram untuk Gerakan Sosial

Komunitas Instagram adalah salah satu konsekuensi dari keberagaman yang terakomodir media sosial berlogo kamera ala polaroid ini. Ihwalnya, jenis pengguna tertentu akan cenderung berhimpun dengan jenis pengguna yang sama.

"Misalnya saya punya minat pada bidang tertentu. Bisa jadi ada juga orang-orang di luar sana yang punya minat sama. Instagram kemudian mempertemukan kami untuk membuat komunitas bersama," kata Sumit Dayal (@SumitDayal), fotografer sekaligus pencetus akun @IndiaPhotoProject di Instagram.

Khitah @IndiaPhotoProject adalah mempertemukan orang-orang yang punya minat terhadap berbagai isu sosial yang menghidupkan keseharian di India. "Kita berbicara tentang manusia, kesehatan mental, dan budaya," kata Sumit.

Selain Sumit Dayal, ada pula Andri Tambunan (@AndriTambunan) dan Malin Fezehai (@MalinFezehai). Andri adalah fotografer kondang yang kerap membidik realitas sosial melalui kameranya. Perhatiannya terutama tertuju pada lingkungan, hak asasi, dan isu sosial lainnya.

"Saya membungkus cerita tentang HIV dan epidemik di Papua. Lewat Instagram, foto-foto saya berupaya agar masyarakat yang tidak melihat langsung, bisa turut merasakan dan mengetahui. Lebih jauh agar turut memikirkan cara reduksi wabah ini," Andri menjelaskan.

Agar cerita Andri diakses oleh lebih banyak orang, ia pun menjadi kontributor untuk akun komunitas bernama @seasialive. Kontributor untuk akun komunitas ini tersebar di wilayah Asia Tenggara. Andri dianggap mumpuni dalam memotret kejadian-kejadian paling menarik dari tanah air.

"Pada dasarnya @seasialive terbuka untuk umum. Siapapun bisa berkontribusi. Dari sini kita bisa ketemu orang-orang yang satu visi, membawa pertemanan maya ke nyata, dan tentu menggerakkan orang untuk turut memperhatikan isu-isu sosial," Andri menjelaskan.

Sementara itu, Malin adalah fotografer perempuan asal Swedia yang melalang buana di Amerika Serikat. Ia dipercayakan sebagai salah satu kontributor untuk akun Instagram kenamaan, @everydayUSA. Selama ini, foto-foto Malin telah terpampang di berbagai media internasional kenamaan seperti Time, The New York Times, dan The New Yorker.

Dalam porsinya untuk proyek kolaborasi @everydayUSA, Malin bersama beberapa fotografer lainnya memiliki visi untuk menyampaikan cerita visual dan rasa yang tertinggal dari tiap sudut tempat di Amerika Serikat.

Dari proyek itu pula, Malin mengaku banyak mendapat tawaran proyek lain. "Selain berkolaborasi dalam cerita, kita juga bisa menggalang dana lewat pemanfaatan Instagram," kata Malin.   

Memanfaatkan tagar untuk menarik perhatian dunia

Di era serba digital, tagar (tanda pagar-#) adalah kekuatan baru. Fitur ini mampu menjembatani orang-orang yang beririsan namun tak saling mengetahui. Berbicara tentang Instagram, kiprah, dan komunitas yang terbentuk, berarti kita sedang berbicara tentang kekuatan tagar.

"Banyak sekali orang yang berteman di dunia nyata karena tagar," kata Ching Yee.

Agaknya, pemanfaatan tagar di Instagram sama dengan pemanfaatan tagar di media sosial populer lain. Bahkan, Twitter memiliki tab sendiri yang memperlihatkan tagar paling populer secara real-time (trending topics).

Para perwakilan komunitas pun mengakui bahwa tagar adalah elemen paling penting untuk bersuara di ranah maya. "Sebagus apapun konten yang kami bagi, pengaruhnya tak akan masif tanpa memaksimalkan tagar," kata Sumit.

Memilih tagar pun harus memperhatikan konteks kesesuaian dengan konten yang disajikan. "Misalnya saya menyajikan foto-foto tentang kesehatan mental. Maka tagar yang saya gunakan harus mudah dicari orang. Apa yang mereka pikirkan pertama kali ketika akan mencari konten tentang kesehatan mental," Sumit menjelaskan.

Tagar, kata Sumit, bisa membawa konten Instagram pengguna ke hadapan tokoh-tokoh penting yang tak pernah terbayangkan. Dari pengalamannya, Summit mengatakan isu kesehatan mental yang ia bawa ke Instagram berhasil memicu perhatian beberapa artis bollywood.

"Pernah beberapa kali ada aktor yang menggunakan tagar untuk kesehatan mental. Orang-orang itu punya banyak massa yang semuanya juga bakal melihat upaya gerakan sosial yang saya inisiasi," kata Sumit.

Nyatanya, berkat proyek kolaboratif dengan mengusung komunitas, didukung optimalisasi tagar, Andri, Sumit, dan Malin, bisa diklaim sebagai pengguna Instagram "eksis". Mereka diikuti puluhan ribu pengikut dan mampu mengajak lebih banyak orang untuk turut menyuarakan isu sosial.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com