Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Nyanyi Sampai Memasak, Semua Bisa dari YouTube

Kompas.com - 09/02/2016, 15:36 WIB
Ida Setyorini

Penulis

"Lumayan bermanfaat karena jadi mengerti cara membuat slingbag serta mendaur ulang baju yang tidak muat lagi menjadi cardigan," kata Syarifah.

Lintang Ken Suminar, pelajar SMA Negeri 6, Tangerang, suka tutorial memasak, terutama kala sedang melihat aneka persediaan bahan makanan di kulkas. Namun, dia paling suka tutorial tentang membedah suara gitar dengan memodifikasi efek gitar.

Emeralda Lindra Putri, mahasiswa Fakultas Seni dan Desain, Universitas Media Nusantara, mengikuti tutorial menggambar dan melukis di berbagai jenis media. "Juga mempelajari perbedaan teknik melukis dengan cat air dan akrilik," ujar Alda.

Begitu pula Gregorius Aldi Bagaskoro, pelajar SMA Negeri 11, Kota Bekasi. Dia menyukai tutorial tentang aplikasi dan penggunaan desain animasi, film, serta editing audio. Dia suka mempelajari segala jenis video tutorial terbaru, seperti perangkat lunak Adobe Photoshop yang terbaru.

Siswa kelas IX SMP Pilar Bangsa Jakarta, Revan Pasha, suka menonton video kiat-kiat game, seperti dari kanal milik Kwebbelkop, Dude Perfect. Meski tak bisa masak, dia suka kanal Epic Meal Time yang menayangkan sesi memasak serba daging berukuran jumbo.

"Saya juga suka kanal Crazyrussianhacker yang misalnya menayangkan tips-tips mudah membuka makanan kemasan agar tangan tak kotor. Sekarang tambah lagi dengan kanal milik penari Fik Shun," ucap Revan.

Fik Shun adalah penari asal Wichita yang piawai memadukan gerakan seru dengan lagu tak terduga, seperti lagu anak-anak. Sebelum menjadi penari, Fik Shun menekuni olahraga bela diri sejak usia 3 tahun sehingga tubuhnya berotot.

Informasi di ujung jari

Kesukaan kaum muda menonton apa pun dari Youtube terkait erat dengan pergeseran gaya belajar yang semula mendengar dan melalui teks beralih menjadi melalui video. Demikian pendapat Ida Fajar Priyanto, doktor ilmu informasi lulusan University of North Texas, Amerika Serikat.

Gaya seperti ini, lanjut Ida, lazim di beberapa negara, seperti Korea Selatan dan Amerika Serikat. Mereka sering belajar melalui video dan membuat proyek sekolah pun meliputi kegiatan mengunggah ke Youtube agar semua dapat melihat. Gaya belajar demikian akrab bagi mereka yang lahir setelah tahun 1995.

Kelebihan dari metode pembelajaran melalui Youtube, siswa lebih cepat paham sehingga lebih mudah mempraktikkan dan berinovasi. Dari sisi pengajar, mereka yang tak mampu mengikuti perkembangan bakal tertinggal. Mungkin mereka diremehkan siswa karena dianggap tak mengerti perkembangan zaman.

"Terutama di sekolah formal. Kalau guru-guru tidak ikut menyimak video di internet dan hanya mengandalkan teks, siswa bakal cepat bosan. Bagi mereka, informasi ada di ujung jari, begitu mudah dan cepat," kata Ida.

Kecenderungan ini juga tak lepas dari kebiasaan siswa yang selalu membawa telepon pintar ke mana pun mereka pergi. "Generasi yang lahir setelah 2010 akan berbeda lagi karena mereka sejak bayi kenal dengan gawai," tutur Ida.

Pengguna gawai di Indonesia semakin banyak. Veronica Utami, Head of Marketing Google Indonesia, mengatakan, kini prediksi total jumlah populasi masyarakat Indonesia, 90 juta orang terkoneksi dengan internet. Saat ini Indonesia termasuk negara teraktif terkoneksi dengan internet, terutama dengan penetrasi 43 persen telepon pintar.

Hal itu membuat masyarakat Indonesia mudah mengakses berbagai informasi, termasuk aneka video di Youtube. Pada kuartal ketiga tahun lalu, 60 persen waktu menonton netizen adalah dengan perangkat telepon pintar mereka.

"Peningkatan penggunaan smartphone sebagai gaya hidup masyarakat Indonesia menyebabkan lebih banyak orang menonton dan mengunggah konten video ketimbang periode," kata Veronica.

Dalam pandangan pakar media sosial Nukman Luthfie, Youtube menjadi tempat nyaman karena materi berupa video (visual, gerak, dan suara). Apalagi durasinya tidak terbatas dan dapat diunduh secara gratis. Konten yang tersedia pun amat beragam karena diakses dan diisi siapa saja dari berbagai latar belakang profesi ataupun ketertarikan alias user generated content

Diam-diam Youtube telah menjadi "Guru Besar" untuk segala ilmu....(MHF)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 24 Januari 2016, di halaman 30 dengan judul "Youtube Sang "Guru Besar".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com