SINGAPURA, KOMPAS.com - Perempuan paruh baya sibuk mengepak barang dagangannya di sebuah gerai elektronik, di Funan DigitaLife Mall, Singapura. Pagi itu ia tak hendak mengais rejeki.
"Sudah tutup, Anda tak boleh masuk" ujarnya singkat pada KompasTekno, Jumat (1/7/2016).
Ia adalah satu di antara ratusan pedagang lainnya yang harus angkat kaki. Pusat perdagangan elektronik yang berdiri sejak 1985 tersebut resmi ditutup pada Kamis (30/6/2016) lalu.
Funan DigitaLife Mall kurang lebih serupa dengan ITC Mangga Dua di Jakarta. Bangunan enam lantai itu menjadi saksi bisu aktivitas jual beli barang elektronik di Singapura.
"Mereka akan merombak tempat ini," kata perempuan paruh baya tadi.
Kelahiran kembali Funan DigitaLife Mall ditargetkan tiga tahun dari sekarang, entah masih mengemban nama yang sama atau tidak. Yang jelas, tempat itu akan dijadikan pusat kreativitas masyarakat alias experential creative hub.
Kenangan warga Singapura
Funan Digital Mall terletak di North Bridge Road yang merupakan jantung Negeri Singa. Meski sudah tutup, lalu lalang pejalan kaki masih ramai di depan mall.
Mereka hendak bekerja, mengenyam pendidikan, atau menuntaskan urusan lainnya. Pada sore hari, mereka akan lewat jalan yang sama setelah menguras energi dari pukul 9 pagi hingga 5 sore.
Langkah kaki mereka begitu bergegas. Kendati demikian, sesekali ada saja yang menyempatkan waktu untuk menengok ke bangunan Funan DigitaLife Mall.
Barangkali ada yang bernostalgia atau sekadar menyayangkan nasib sang bangunan seluas 25.000 meter persegi itu. Laney adalah salah satu warga Singapura yang punya memori khusus dengan Funan Digital Mall.
"Dulu tempat itu populer sekali. Waktu sekolah, saya dan teman-teman sering nongkrong di restorannya walaupun tidak beli gadget," kata perempuan tersebut.
"Saya membeli laptop pertama kali di sana," ia menuturkan.
Gara-gara e-commerce