KOMPAS.com – Gabrielle Epstein (22), fotomodel asal Australia, baru-baru ini mengaku mendapatkan ribuan dollar AS hanya dengan selfie. Penghasilan itu menurut dia melebihi pendapatannya sebagai model reguler selama kurang lebih satu pekan.
Dilansir mirror.co.uk, Kamis (4/10/2015), semua bermula ketika Epstein rajin mengunggah foto diri dari kesibukannya bekerja sebagai model. Foto-foto itu dia unggah di akun Instagramnya, @gabbyepstein.
Tubuh langsing dengan kaki jenjang Epstein menjadi laiknya manekin hidup, yang fit untuk pakaian apa saja. Bahkan, berpose memakai bikini seperti dalam foto-foto unggahannya, Epstein tetap menuai banyak pujian di kolom komentar.
Namun, modal Epstein tak cuma tubuh seksi. Dia juga piawai mengambil angle.
Agar wajahnya terlihat tirus, misalnya, ia kerap mengarahkan kamera dari samping. Atau, ia sengaja bergaya ala duckface—memajukan bibir agar tulang pipi terlihat tegas.
Tak disangka, pose-pose itu mengundang banyak pengikut di akun Instagramnya. Begitu pengikutnya mencapai angka 100.000, Epstein pun sudah jadi "selebgram" dengan sendirinya.
Beberapa pengiklan pun lalu datang meminta Epstein menjadi model untuk produk mereka. Di deretan pengiklan ini ada produk pakaian, perhiasan, minuman, dan kosmetik.
“Ya, Saya mendapatkan keuntungan banyak dari foto selfie di Instagram,” ujar Epstein, seperti dikutip mirror.co.uk.
Saat memasarkan produk, foto diri yang diambil Epstein tidak sekadar selfie biasa. Ia memperhatikan betul detail dan fokus produk yang beriklan.
Ketika produk perhiasan yang menjadikan Epstein model produknya, dia memilih pose yang tak hanya fokus pada wajah. Dia justru sengaja mengambil pose dengan tangan menutupi dada, untuk menonjolkan ragam perhiasan di jemarinya.
Inilah trik agar foto yang dihasilkan juga berwarna tajam. Meskipun, ketajaman gambar juga tak lepas dari teknologi kamera dan bukaan lensa yang ia pakai.
Telak, dari hasil unggahannya pun ia berhasil mendapatkan rata-rata 25.000 like pada setiap foto. Bahkan, saat ini pengikutnya sudah mencapai 1,5 juta orang. Uang yang dikumpulkan Epstein pun bukan bernilai kecil.
Tarifnya untuk satu unggahan mencapai ratusan dollar AS, bahkan bisa ribuan dollar AS, saat dipakai menjadi iklan kampanye produk dengan beberapa kali unggahan dalam periode tertentu.
Epstein pun mengaku mendapat keuntungan dobel dari keseruan berfoto diri ini. Selain banyak uang masuk dari produk iklan, ia juga bebas mengatur sendiri syarat dan ketentuan bagi pengiklan.
"Misalnya, saya bisa saja menetapkan peraturan bahwa gambar produk tertentu hanya berumur empat minggu dalam galeri media sosial (saya). Setelah itu akan saya hapus," ujarnya.
Sudah jadi fenomena
Pada dasarnya, cerita mendapatkan rezeki tambahan dari media sosial bukan hanya milik Epstein. Di Indonesia juga sudah banyak "orang biasa" yang mendadak menjadi selebgram, bermula dari membudaknya follower yang lalu mendatangkan iklan.
Toni Eagar dan Stephen Dann dari Australian National University sampai tertarik meneliti kecenderungan tersebut. Mereka akhirnya menyimpulkan, satu dari 10 pelaku selfie ditengarai punya motif mendapatkan keuntungan.
Di antara motif itu adalah agar mendapatkan banyak pengikut sehingga para pengiklan tertarik memasarkan produk mereka pada akun terkait.
“Kini banyak perusahaan lebih tertarik mengiklankan produk kepada pemilik akun media sosial yang terkenal ketimbang artis pada umumnya.” ujar Dann seperti dilansir abc.net.au, Jumat (7/10/2016).
“Sebuah akun media sosial yang sudah tenar mempunyai pengaruh besar terhadap para pengikutnya. Maka dari itu, saat seseorang mengunggah gambar iklan, secara tidak langsung info produk tersebut akan tersampaikan kepada para pengikutnya,” lanjut Dann.
Belajar dari sukses selebgram
Asal cerdik dan jeli, setiap orang dapat mengikuti jejak Epstein yang sukses menghasilkan ribuan dollar AS pada tiap unggahan foto. Pertama, tentu saja adalah jumlah follower yang mau membuntuti akun media sosial.
Bagaimana caranya?
Akun media sosial butuh konsep. Orang cenderung lebih senang melihat akun yang spesifik menampilkan gambar dengan tema sama dibandingkan acak. Gampangnya, unggah foto yang paling menampilkan jati diri.
Epstein, misalnya, lebih senang berfoto ala gadis pantai. Dalam unggahannya ia kerap terlihat berada di tepian pantai dengan menggunakan bikini.
Dengan begitu, kebanyakan pengikut akunnya adalah orang-orang dengan hobi sama. Nah, saat ada pengiklan masuk, yang datang juga brand produk pakaian dan aksesori pantai.
Begitu juga dengan pengguna media sosial yang memiliki hobi tata rias. Bila unggahan spesifik pada make-up wajah dan rambut, maka pengikut pun adalah orang dengan hobi seperti itu juga, demikian pula pengiklan yang bakal melirik.
Selesai urusan foto, ungguhan foto tidak akan lengkap tanpa adanya caption atau keterangan foto. Tuliskan kalimat yang paling sesuai untuk menggambarkan foto tersebut.
Nah, agar unggahan berpeluang dilihat khalayak luas yang akhirny bisa menambah follower baru, pakai juga tanda pagar atau hashtag seperti #selfie atau #instagood.
Terakhir, coba pasarkan sendiri akun Anda. Cara paling mudah, tautkan akun Instagram dengan media sosial lain milik Anda seperti Facebook atau Twitter. Makin banyak yang tahu akun Anda, peluang menjaring ribuan pengikut seperti Epstein pun niscaya, bukan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.