KOMPAS.com - Dunia TI selama ini masih didominasi dan lekat dengan citra maskulin. Di sisi lain, TI sebenarnya juga membutuhkan sentuhan wanita dalam berbagai aspek.
Pendapat tersebut diungkap oleh Yunita Anggraeni, co-founder sekaligus Chief Operating Officer GeekHunter saat berbincang dengan KompasTekno, Jumat (21/4/2017). GeekHunter sendiri merupakan startup konsultan karier khusus TI yang didikan Anggraeni bersama Ken Ratri Iswari.
Menurut pengalaman Anggra, panggilan akrabnya, selalu ada perusahaan TI yang membutuhkan kehadiran perempuan.
Misalnya di bagian pemrograman. Kehadiran wanita sangat dibutuhkan untuk menilai produk akhir perusahaan agar bisa menyasar konsumen dari kedua gender. Dengan demikian, kondisi dunia TI yang didominasi pria itu justru menjadi peluang lebar bagi perempuan. (Baca: Kisah Sosok Perempuan di Balik Suksesnya Go-Jek)
“Female programmer itu sekarang malah most wanted, mereka punya kesempatan besar di dunia TI. Karena ketika membuat sebuah produk yang akan dipakai oleh wanita dan pria, maka perusahaan juga butuh pendapat dari wanita. Di sinilah kesempatannya,” ujar Anggra.
Sayangnya sekarang masih banyak wanita yang masih belum melirik TI sebagai bagian dari dunianya. Apalagi memang ada sterotip di masyarakat bahwa TI adalah pekerjaan untuk pria.
Dari 30 orang programmer, tutur Anggra, hanya ada dua atau tiga orang saja yang perempuan. Sementara itu, dari sekitar 120 orang angkatan dalam sebuah jurusan TI di universitas, jumlah wanita hanya sekitar 6 atau 7 orang.
“Mungkin di masa SMA dulu mereka merasa bahwa TI adalah wilayah pria. Sehingga ketika lulus kuliah lalu ingin berkarier, mereka merasa menemukan tantangan besar di dunia TI dan jadi ragu-ragu,” kata Anggra.
“Pesan saya (bagi wanita) jika memang ingin masuk dunia TI jangan takut. Coba dulu, belajar dan experienced. Tidak harus masuk ke perusahaan karena TI bisa project base atau bikin aplikasi sendiri. Berikutnya untuk masuk ke dunia TI bisa mudah, lowongan itu selalu terbuka,” imbuhnya.
Wanita bukan cuma urusan dapur
Masalah keragu-raguan ketika menghadapi tantangan atau soal kembali ke urusan dapur, sebenarnya merupakan bagian dari mindset seseorang. Anggra berpendapat, di zaman digital yang sudah sangat lekat dengan TI ini, seorang perempuan mesti berpikiran maju dan mau berkembang.
“Hari kartini ini adalah momen bagi wanita untuk melihat ke dalam diri dan menggali potensinya. Kalau memang sekarang yang dikerjakan belum menggali potensi, kenapa tidak kita lakukan apa yang bisa mengeksplor potensi itu,” katanya.
“Jangan sampai termakan stereotip yang mengatakan bahwa wanita ya derajatnya akan kembali ke dapur. Mudah-mudahan momen hari Kartini menginspirasi untuk bisa membagi waktu antara keluarga, pekerjaan dan berkarier,” ujarnya. (Baca: 5 Kartini Muda yang Berkarya di Bidang Teknologi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.