Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elon Musk: Manusia Cangkok Chip di Otak Bisa Gerakkan "Mouse" dengan Pikiran

Kompas.com - 22/02/2024, 07:01 WIB
Galuh Putri Riyanto,
Reza Wahyudi

Tim Redaksi

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Miliarder teknologi Elon Musk mengungkap manusia pertama yang ditanamkan chip otak Neuralink dapat mengendalikan kursor mouse komputer dengan pikirannya.

"Kemajuannya bagus, pasien sepertinya sudah sembuh total dan mampu menggerakkan mouse di sekitar layar (komputer) hanya dengan berpikir," kata Musk dalam rekaman percakapan yang dibagikan salah satu akun X baru-baru ini.

Sebelumnya pada akhir Januari lalu, Elon Musk mengabarkan bahwa Neuralink miliknya telah berhasil menanamkan implan chip otak nirkabel pada pasien anonim.

Neuralink merupakan salah satu dari beberapa perusahaan yang sedang mengembangkan antarmuka otak-komputer (BCI) yang akan mengumpulkan dan menganalisis sinyal otak.

Salah satu fokus Neuralink adalah mengembangkan implan otak berteknologi tinggi yang memungkinkan manusia nantinya bisa mengontrol komputer hanya dengan berpikir.

Nah, inilah yang sedang diuji coba oleh Neuralink.

Elon Musk mengatakan, pihaknya sedang melatih agar pasien bisa menekan tombol sebanyak mungkin hanya dengan berpikir.

Manusia pada umumnya menggunakan mouse atau trackpad untuk mengendalikan kursor. Nah, chip otak Neuralink didesain agar manusia bisa menggerakkan kursor itu hanya dengan pikiran, termasuk ketika menyeret, mengeklik, atau menekan sesuatu dengan kursor.

Menurut Musk, Neuralink masih terus mencoba membuat kemajuan untuk sampai di sana.

Baca juga: Mark Zuckerberg Ingin Bangun AGI, AI yang Tiru Otak Manusia

Chip Telepathy

Dalam twit sebelumnya, Elon Musk mengungkap bahwa produk pertama Neuralink diberi nama "Telepathy".

Pemilik X/Twitter itu merinci bahwa chip Telepathy memungkinkan pengguna memiliki kontrol atas ponsel/komputer/hampir semua perangkat, hanya dengan berpikir.

Musk menyebut, pengguna awal chips Telepathy adalah mereka yang mengalami kelumpuhan atau kehilangan fungsi anggota tubuhnya. Musk pun mengaitkan pengadopsian chip Telepathy ini dengan kasus mendiang ilmuwan Inggris kenamaan, Stephen Hawking yang mengidap penyakit neuron motorik.

"Bayangkan jika Stephen Hawking bisa berkomunikasi lebih cepat daripada juru ketik atau juru lelang. Itulah tujuannya," tulis Elon Musk.

Stephen Hawking adalah satu-satunya orang dengan penyakit ALS (amyotrophic lateral sclerosis) yang berhasil bertahan hidup hingga usia 76 tahun.

Baca juga: Stephen Hawking Meninggal Dunia, Ini Ramalannya soal Teknologi AI

Dikutip dari HelloSehat.com, penyakit ALS adalah gangguan pada saraf-saraf motorik atau sel-sel saraf pada otak dan tulang belakang yang mengatur gerakan otot-otot lurik (otot yang digerakkan berdasarkan kemauan sendiri).

Neuron motor mengendalikan semua gerakan refleks atau spontan di otot lengan, kaki, dan wajah. Neuron motor juga berfungsi memberitahu otot-otot untuk berkontraksi sehingga kita bisa berjalan, berlari, mengangkat benda ringan di sekitar, mengunyah dan menelan makanan, dan bahkan bernapas.

Namun, penderita ALS mengalami gangguan sistem saraf di mana sel-sel tertentu (neuron) di dalam otak dan sumsum tulang mati secara perlahan. Sel ini mengirimkan pesan dari dalam otak dan sumsum tulang menuju otot. Masalah otot ringan muncul pada awalnya, tetapi perlahan-lahan orang tersebut akan menjadi lumpuh, seperti halnya Stephen Hawking.

Nah, di sinilah peran chip Neuralink. Menurut klaim Elon Musk, chip Neuralink yang ditanamkan pada otak manusia menunjukkan adanya lonjakan (sel) neuron yang menjanjikan.

Metode tanam chip

Benang-benang kecil yang terdapat pada chip Neuralink.The Verge/Sean Hollister Benang-benang kecil yang terdapat pada chip Neuralink.

Informasi soal metode tanam chip otak Neuralink ini sebenarnya masih terbatas. Namun, menurut laporan sebelumnya, relawan akan mendapatkan implan antarmuka otak-komputer nirkabel yang disebut dengan N1, sebagaimana dihimpun dari ArsTechnica. Implan dilakukan melalui pembedahan yang akan dilakukan oleh robot bedah eksperimental perusahaan, R1.

Perangkat implan yang dipasang memiliki 1.024 elektroda yang didistribusikan pada 64 benang yang lebih tipis dari rambut manusia. Setelah R1 memasukkan benang ke daerah otak yang sesuai maka elektroda dirancang untuk merekam aktivitas saraf yang berkaitan dengan niat gerak.

Selanjutnya, aplikasi eksperimental perusahaan akan memecahkan kode sinyal tersebut. Tujuan dari implantasi N1 adalah untuk memungkinkan peserta uji coba mengendalikan kursor komputer atau keyboard hanya dengan menggunakan pikiran mereka.

Uji coba ini terutama akan mengevaluasi keamanan, tetapi juga melihat sekilas kemanjurannya. Hanya ada sedikit informasi tentang uji coba ini selain yang dimuat dalam blog Neuralink dan brosur studi dua halaman untuk calon sukarelawan. Belum jelas pula berapa banyak orang yang akan direkrut Neuralink untuk uji klinis awal ini.

Perusahaan tersebut sebelumnya telah berusaha mendapatkan persetujuan dari FDA untuk merekrut 10 orang. Namun menurut laporan dari Reuters, Neuralink mencoba menegosiasikan angka yang lebih rendah setelah FDA mengangkat masalah keamanan.

Baca juga: Pakai Mikrocip di Otak, Pria Pengidap Gangguan Saraf Bisa Berkomunikasi Lagi

Dikritik

Sayangnya belum ada penelitian ilmiah atas klaim Musk soal penanaman chip Neuralink pada manusia menunjukkan hasil yang menjanjikan. Neuralink juga tidak memberikan informasi apa pun tentang prosedur yang telah dilakukannya.

Hal ini pun mendulang kritikan dari Hasting Center, sebuah lembaga penelitian bioetika dan pusat etika terkemuka yang berkomitmen untuk memajukan kesehatan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Musk dikritik karena hanya memberikan “laporan dua kalimat” yang terbatas pada subjek uji manusia. Para peneliti mencatat bahwa penelitian baru pada manusia tidak boleh dilakukan secara tertutup, dan menyatakan bahwa Neuralink telah gagal memenuhi standar etika dasar.

Hastings Center juga mencatat bahwa Neuralink belum secara terbuka mengumumkan apa yang akan dilakukannya jika terjadi kesalahan. Neuralink juga belum membagikan temuan penelitian pada hewan yang menjadi dasar eksperimen ini, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari Gizmodo, Kamis (22/2/2024).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com