Menurut Wall Street Journal, seperti dikutip dari ZDNet, Kamis (15/8/2013), divisi kejahatan teknologi Thailand (TSCD) telah meminta kerja sama dari pihak Line untuk mengirimkan rekaman percakapan pengguna Line yang berdomisili di negara tersebut.
Alasan mengapa polisi Thailand membuat rencana ini adalah aktivitas para penduduknya yang sering kali ketahuan menyebarkan ajakan kudeta militer melalui jejaring sosial.
"Ada sebuah tren baru bahwa orang-orang melakukan hal yang salah dengan ponsel pintar mereka melalui jejaring sosial," kata Pisit Pao-iin, komandan kepolisian Thailand.
"TSCD meminta Line untuk memberikan informasi apabila ada orang yang melakukan chatting atau membuat komentar yang bisa menimbulkan potensi ancaman terhadap keamanan nasional," lanjutnya.
Untungnya, aturan ini tidak akan diaplikasikan ke semua pengguna Line di Thailand. Hanya orang yang dicurigai saja yang akan dimonitor.
"Kami akan membiarkan pengguna Line yang tidak bersalah," ujar Pisit.
Pihak Line sendiri mengaku belum mendengar permintaan dari polisi Thailand terkait masalah ini. "Karena Line Corporation belum menerima permintaan resmi dari polisi Thai, saat ini kami tidak dapat memberikan jawaban terkait masalah tersebut," ujar pihak Line.
Sebelumnya, polisi Thailand telah membuka penyidikan terhadap empat orang yang diduga mem-posting rumor kudeta militer di Facebook. Dalam akun Facebook, keempat orang ini menyebarkan rencana untuk memprotes besar-besaran keputusan pemerintah saat ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.