Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/03/2015, 09:08 WIB
Fatimah Kartini Bohang

Penulis

KOMPAS.com - Dalam pengembangan bisnis apapun, dibutuhkan tim pemasaran untuk mengemas produk yang ditawarkan dengan sebaik-baiknya. Tujuannya tentu meningkatkan jumlah konsumen yang ujung-ujungnya mengarah pada perolehan laba sebesar-besarnya.

Sayangnya, terkadang terjadi kendala pada mekanisme pemasaran suatu perusahaan. Yakni ketika dana yang dikeluarkan untuk pemasaran tak berhasil meningkatkan jumlah konsumen. Dengan kata lain, perusahaan membuang uang percuma.

Kegagalan pemasaran barangkali lumrah bagi perusahaan besar. Namun, bagi perusahaan rintisan digital atau startup yang notabene tak memiliki anggaran besar, strategi pemasaran yang salah dapat berakibat fatal.

Untuk itu, startup perlu menggodok strategi pemasaran yang lebih ketat, efisien, dan efektif. Pemikiran tersebut yang kemudian melahirkan strategi pemasaran digital bernama “growth hacking”.

Lalu, Apa Itu Growth Hacking?

Willix Halim, Vice President of Growth & Data Science dari Freelancer.com, berbagi pengetahuannya terkait ini. Pada dasarnya, kata Willix, growth hacking adalah mekanisme analisis mendalam terhadap data. Sehingga, perusahaan memahami penggunanya, bagaimana pengguna mengadopsi produk, serta fitur-fitur apa saja yang layak disematkan.
 
Growth hacking adalah pola pikir. Startup pemula jangan dulu berpikir tentang pendapatan. Yang harus dipikirkan adalah bagaimana mendatangkan pengguna sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan data,” kata Willix yang ditemui beberapa saat yang lalu di Creo House, Kemang, Jakarta.

Dengan growth hacking, Willix dan timnya berhasil menggaet 14 juta orang di seluruh dunia untuk menjadi pengguna terdaftar di Freelancer.com, situs penghimpun lowongan kerja paruh waktu. Dari angka tersebut, 500.000 di antaranya adalah orang Indonesia yang masuk dalam Freelancer.co.id, cabang Freelancer.com di Indonesia.

Sebenarnya konsep growth hacking sudah digunakan sejak dulu oleh perusahaan-perusahaan digital di Amerika. Tapi, istilah itu baru populer belakangan menyusul meningkatnya pertumbuhan ekosistem startup. Willix mencontohkan keberhasilan mekanisme growth hacking ini pada Hotmail saat masih menjadi startup.

“Itu (Hotmail) kan jadi populer karena setiap email ke pengguna ada catatan kaki yang tulisannya ‘get your free email at Hotmail’ dan dikasih link untuk daftar,” kata Willix. Strategi sederhana Hotmail tersebut mendatangkan 12 juta pengguna sehingga perusahaan layanan email tersebut diakuisisi Microsoft pada 1997 dengan banderol 400 juta dollar atau setara Rp 5,2 triliun.

Bagaimana Mekanisme Growth Hacking?
 
Pada konsep growth hacking, ada metrik-metrik baku yang digunakan, yakni AARRR (Acquisition, Activation, Retention, Referral, Revenue). Acquisition adalah cara mendatangkan pengguna. Biasanya growth hacker menggunakan tools tertentu yang tersedia di internet agar produknya bisa terpublikasi secara gratis sehingga banyak pengguna yang mengakses. Cara ini kerap disebut sebagai Search Engine Optimization (SEO).

Kemudian activation adalah bagaimana cara agar pengguna melakukan sesuatu untuk aktivasi di situs yang dikembangkan. “Misalnya kalau di Freelancer, aktivasi yang dimaksud adalah ketika pengguna membuat proyek dan membuka lowongan paruh waktu bagi orang-orang yang mencari kerja,” Willix memberi contoh.

Selanjutnya retention adalah cara agar pengguna kembali ke situs. Lalu referral, yakni bagaimana pengguna membuat teman-temannya juga menjadi pengguna. Yang terakhir barulah revenue, yakni bagaimana pengguna mendatangkan uang untuk perusahaan.

Untuk mengetahui cara tepat guna mengimplementasikan AARRR, diperlukan data signifikan. “Selama ini, kegagalan pemasaran produk dikarenakan kelemahan analisis data. Semua hanya berdasarkan asumsi, jadi tidak ada ukurannya,” kata Willix menyoal kegagalan umum sistem pemasaran tradisional.

Analisis data didapat dari banyak faktor. Setiap startup yang bergerak di bidang berbeda-beda memiliki standar sendiri dalam menganalisis data. “Growth hacking memiliki banyak variabel, kita dapat memiliki variabel yang sama untuk dimainkan. Strategi pengukuran yang baik dan proyeksi matematika sangat berpengaruh ketika dikombinasikan dengan automasi,” kata Wilson Santoso, CMO & Strategic Partnership Director di Uber Jakarta.

Strategi yang dikembangkan pun harus selalu dinamis agar pengguna tak merasa bosan dan merasa “terjebak” dalam strategi pemasaran. “Inovasi strategi pemasaran selalu harus dilakukan sesuai dengan data-data yang terus berubah. Misalnya saat ini pengembang menggunakan strategi catatan kaki yang dibikin Hotmail, maka pengguna tak akan lagi mengklik tautan itu karena telah mengetahui bahwa itu adalah strategi pemasaran,” kata Willix.

Pernyataan Willix diamini Achmad Zaky, CEO & CoFounder Bukalapak.com. Menurutnya, era saat ini menuntut kreativitas lebih untuk mengolah data menjadi strategi pemasaran. “Tiga tahun lalu zamannya Twitter, sekarang Path dan Instagram. Dua belas tahun ke depan, mungkin akan ada lagi (social media platform) yang baru. Tidak ada textbook mengenai bagaimana melakukan
taktik growth hacking terbaik. Pengembang perlu melakukan banyak sekali eksprimen,” katanya.

Apa Syarat Jadi Growth Hacker?

Siapapun bisa jadi growth hacker, asalkan memiliki nalar logika kuat, kemampuan analisis data yang cemerlang, dan kekuatan berada di depan komputer dalam waktu lama. Kalau menurut Willix, dalam pengembangan pemasaran startup, sebenarnya bukan tim pemasaran yang dibutuhkan, melainkan tim teknis.

“Tim Growth di Freelancer terdiri dari orang-orang yang sangat teknis dan multidisiplin, yakni ilmuwan data, insinyur, matematikawan, ahli statistik, ahli fisika, dan manajer produk,” ia mengungkapkan. Bahkan, katanya, 95 persen pekerja di Freelancer.com adalah seorang teknisi.

Menjadi growth hacker dinilai susah-susah gampang oleh Adrian Suherman, CoFounder & Partner di aCommerce Indonesia. “Growth hacking merupakan cara yang tidak konvensional untuk mempercepat pertumbuhan, tapi tetap dibutuhkan eksekusi berkeringat dan berdarah-darah dengan seluruh jiwa dan hati dari seluruh pekerja di organisasi yang bersangkutan,” katanya.

Lebih dari semua itu, Willix menganggap tak ada yang susah jika seseorang benar-benar memiliki hasrat di bidang growth hacking. “Yang penting orangnya berhasrat dan selalu penasaran akan hal baru. Karena growth hacking adalah tentang kreativitas tanpa batas,” katanya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com