Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Eng. Alfian Akbar Gozali
Dosen & Manajer Pengembangan Produk TI Telkom University

Dosen Telkom University, Penulis Buku Kecerdasan Generatif Artifisial

kolom

Membuka Rahasia Kembaran Kita di Dunia Maya

Kompas.com - 09/07/2023, 09:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ANDA mungkin belum menyadarinya, tetapi kita memiliki saudara kembar di dunia maya. Saudara kembar ini bukan manusia, melainkan hasil kreasi algoritma media sosial. Tujuan kreasi ini adalah menarik dan mempertahankan perhatian Anda.

Fenomena ini dikenal dengan istilah "digital twin" atau "kembaran digital," yang dibentuk berdasarkan interaksi dan data pribadi Anda di media sosial.

Sebagai pengguna media sosial, setiap dari kita memiliki kembaran digital. Profil ini dibentuk oleh algoritma media sosial berdasarkan data dan interaksi kita.

Menggunakan mesin pembelajaran, algoritma ini kemudian mengolah data tersebut untuk menciptakan model digital kita.

Semakin intens dan lama kita berinteraksi dengan suatu platform media sosial, semakin akurat juga profil kembaran digital kita. Ini semua berkat kecanggihan teknologi pembelajaran mesin.

Namun, harus diingat bahwa dalam dunia teknologi, tidak ada yang benar-benar gratis. Jika kita menggunakan produk tanpa membayar, besar kemungkinan kita adalah produknya.

Media sosial yang kita anggap sebagai platform, sebenarnya bisa jadi "penjual" yang memasarkan kita, para pengguna, kepada pembeli sejati: para pengiklan.

Tujuan utama pembuatan kembaran digital adalah untuk mempertahankan perhatian kita pada platform tersebut. Perhatian kita menjadi sumber daya berharga yang dapat meningkatkan kemungkinan kita untuk membeli apa yang ditawarkan oleh pengiklan.

Pada 2012, The New York Times mempublikasikan artikel yang membahas bagaimana perusahaan seperti target menggunakan data pelanggan untuk memahami preferensi mereka.

Data ini bahkan memungkinkan mereka untuk mengetahui detail pribadi seperti status kehamilan pelanggan.

Menurut pepatah Jepang, kita memiliki tiga topeng: topeng yang kita kenakan di hadapan orang lain, orang terdekat, dan ketika bersama diri sendiri.

Akan tetapi, dalam dunia digital, topeng ketiga ini sering kita lepas, memberi kesempatan kepada kembaran digital kita untuk memahami kita lebih baik dari diri kita sendiri.

Namun, kembaran digital ini bisa menjadi pedang bermata dua. Dalam banyak kasus, kembaran digital berubah menjadi alter ego yang merugikan, seperti saat seseorang merasa berani untuk melakukan perundungan atau 'bullying' di balik layar anonimitas.

Anonimitas ini bisa memberikan rasa kebebasan untuk berbicara atau bertindak dengan cara yang tidak mereka lakukan dalam interaksi tatap muka.

Fenomena ini dikenal sebagai "efek online disinhibition," di mana pengguna merasa bebas melanggar norma sosial atau hukum tanpa takut akan konsekuensi.

Untuk menghadapi fenomena ini, sangat penting bagi kita untuk berinteraksi dengan media sosial dengan bijaksana. Setiap tindakan kita di dunia digital berpotensi membentuk kembaran digital kita.

Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati dalam berbagi informasi dan selalu mempertimbangkan dampak dari setiap interaksi kita.

Di balik kemudahan teknologi, ada tanggung jawab dan konsekuensi yang melekat. Menggunakan media sosial dengan bijaksana dapat memastikan kembaran digital kita mencerminkan yang terbaik dari diri kita, bukan alter ego yang merugikan.

Kesadaran tentang kembaran digital bisa menjadi langkah awal menuju kehidupan digital yang lebih sehat dan aman. Jadi, mari kita gunakan media sosial dengan bijak dan bertanggung jawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com