Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Alasan Mengapa Popularitas Clubhouse Melejit

Clubhouse sendiri merupakan media sosial berbasis audio yang bisa digunakan untuk membuat diskusi virtual. Diskusi vritual ini nantinya dapat didengarkan secara langsung oleh pengguna lainnya.

Kendati masih seumur jagung, firma riset aplikasi App Annie mencatat aplikasi ini sudah diunduh sebanyak 8,1 juta kali per 16 Februari 2021. CNBC juga melaporkan bahwa valuasi aplikasi ini ditaksir sekitar 1 miliar dollar AS (Sekitar Rp 13,8 triliun).

Lantas sebenarnya apa alasan yang mendorong aplikasi berbasis audio ini populer? Beberapa pengamat media sosial pun buka suara terkait fenomena Clubhouse ini.

1. Gara-gara Elon Musk

Salah satu alasan Clubhouse populer ialah karena Elon Musk. Hal tersebut diungkapkan oleh Eno Bening, Konsultan Media Sosial dan Kreator Konten Youtube.

Seperti diketahui, pada 1 Februari di Twitter, Musk membagikan tautan sebuah ruang obrolan Clubhouse di mana ia akan berbincang-bincang.

Tak hanya itu, sehari setelah acara bincang-bincang itu berlangsung, Musk juga mengunggah rekaman lengkap diskusi di saluruan YouTube-nya, Tesla Owners Online.

"Tiba-tiba Elon Musk bikin acara ngobrol-ngobrol di Clubhouse. Gimana nggak ramai? Orang-orang langsung pada nyobain," kata Eno kepada KompasTekno, Kamis (18/2/2021).

Seperti diketahui, Musk merupakan salah satu orang yang berpengaruh di Twitter. Bahkan satu kicauannya bisa mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan, seperti yang dialami Cyberpunk 2077, Gasmestop, hingga Signal.

"Elon Effect" ini jugalah yang agaknya berkontribusi pada melejitnya popularitas aplikasi Clubhouse belakangan ini.

Sebut saja Elon Musk, Oprah Winffrey, Drake, Jared Leto, Wiz Khalifa, Ashton Kutcher, Kevin Hart, Kanye West, dan masih banyak lagi juga ada di Clubhouse.

Di Indonesia juga sudah ada beberapa orang-orang "beken" yang tampil di Clubhouse, seperti Mantan Menparekraf Wishnutama Kusubandio, Founder Tokopedia William Tanuwijaya, hingga sutradara Joko Anwar dan Ernest Prakasa.

Selain itu juga Kaesang Pangarep, influencer Arief Muhammad, musisi Isyana Sarasvati, chef Arnold Purnomo, hingga YouTuber Jerome Polin pun tak ketinggalan menggunakan Clubhouse.

"Artis dan orang-orang terkenal yang ada di aplikasi ini sudah bisa mendorong orang untuk bergabung," kata Lucky.

3. Bisa ngobrol dengan orang beken

Menurut Lucky, Clubhouse menawarkan hal unik, yakni menyediakan ruang diskusi untuk membahas berbagai topik secara langsung (live).

Di Clubhouse, pengguna bisa datang dan pergi sesuka hati mereka, serta memilih ruang obrolan dengan topik yang dikehendaki.

"Orang-orang juga bisa turut berpartisipasi atau komentar, bisa bertanya, bisa masuk dan keluar aplikasi dengan bebas, untuk sekadar mengisi waktu," kata Lucky.

Sementara menurut Eno, Clubhouse ini juga dimanfaatkan oleh influencer atau pakar untuk mengadakan semacam seminar gratis. Contohnya yang seperti dilakukan oleh Kaesang Pangarep dan Anya Geraldine.

Oleh karena itu, ketika orang-orang terkenal hadir dalam sebuah diskusi di Clubhouse, pengguna lain yang notabene merupakan "orang biasa" memiliki kesempatan untuk bercakap langsung dengan para orang-orang beken tersebut.

"Kadang pengguna cuman bisa dengerin kalo bukan moderator di room, kecuali dikasih izin untuk ikutan ngobrol," sambung Eno.

4. Kesempatan membangun "networking"

Selain mendapat kesempatan diskusi dengan orang-orang terkenal, tokoh industri kreatif Dennis Adhiswara, berpendapat Clubhouse ini juga menjadi tempat baru bagi pengguna untuk membangun relasi atau "networking".

Hal tersebut mengingat Clubhouse kerap digunakan untuk diskusi atau seminar dengan topik-topik beragam, dari mulai serius hingga santai.

"Pandemi membuat kita mengurangi kebiasaan nongkrong dan networking secara langsung. Kita haus akan hal itu," kata Dennis.

Karena basisnya audio dan sifatnya siaran langsung, Dennis mengatakan, ini juga memberikan sensasi tersendiri bagi pendengar seolah-olah berada di dalam diskusi di sebuah konferensi, tanpa harus hadir secara fisik.

Selain itu, membangun relasi di masa pandemi ini juga sedikit banyak telah berubah. Misal, sebelum ada pandemi, biasanya setelah konferensi, orang-orang sering bertukar kartu nama.

Namun kali ini, kata Dennis, saling mengikuti (follow) di media sosial, termasuk Clubhouse, menjadi pengganti kebiasaan bertukar kartu nama itu.

Senada dengan Dennis, Eno juga melihat Clubhouse sebagai untuk membangun relasi.

"Kesempatan networking di Clubhouse ini gila-gilaan, karena yang masuk sana bukan orang sembarangan," pungkas Eno.

Karena sifat bergabungnya menggunakan undangan, menurut Dennis, orang-orang bisa tahu pengguna siapa diundang oleh siapa ke Clubhouse. "Ujung-unjungnya bisa kenalan atau membuat suatu proyek atau bisnis," lanjutnya.

5. Wadah diskusi beragam topik

Hal lain yang membuat aplikasi ini populer ialah karena menjadi wadah bagi pengguna untuk mendiskusikan beragam topik.

Misalnya seperti yang sudah-sudah, influencer Arief Muhammad pernah membuat diskusi di Clubhouse dengan judul "Kenapa orang kaya pakai sendal dalam rumah?" atau seperti Pandji Pragiwaksono dengan diskusi soal politik bertajuk "Gosip Politik with Pandji, Faldo, Rian", dan sebagainya.

Menurut Eno, Clubhouse menjadi platform yang aman bagi sejumlah pihak untuk membicarakan hal-hal apapun yang diinginkan tanpa khawatir akan disebarluaskan tanpa seizin pembicara.

"Aplikasinya itu juga udah bilang, itu melanggar Community Guidelines kalo kita merekam-merekam dan di-upload ke media sosial tanpa izin," pungkas Eno.

Jadi menurut Eno, orang-orang yang ingin bersuara di Clubhouse menjadi lebih percaya diri dan yakin tertkait hal-hal yang ingin dibicarakannya.

Lucky juga berpendapat di Clubhouse, pengguna bisa berdiskusi tentang topik yang bermacam-macam, sampai hal tabu sekalipun.

"Misal di China, Clubhouse digunakan untuk bisa bebas bicara tentang topik-topik yang tabu menurut pemerintah tanpa sensor dalam ruang terkunci," kata Lucky.

6. Pengaruh Twitter

Faktor lain yang mendongkrak popularitas Clubhouse, menurut Eno, ialah karena sering menjadi perbincangan di Twitter.

"Ramenya ini, kalo di Indonesia, terpengaruh juga sama Twitter, di mana banyak orang nge-share screenshot room Clubhouse di sana," kata Eno.

Tagar atau kata kunci "Clubhouse" memang beberapa kali terlihat bertengger di daftar trending topic Twitter.

Sejumlah pengguna yang sudah bergabung Clubhouse juga kerap membagikan dokumentasi ruang obrolan yang mereka hadiri. Misalnya seperti yang dilakukan akun dengan handle @byotenega dan @chaisarahmd.

7. Eksklusif

Menurut Eno, Clubhouse menjadi kian populer karena eksklusivitasnya. Hal ini lantaran, hingga saat ini, Clubhouse hanya bisa dinikmati para pengguna perangkat iOS.

Memang, saat ini Clubhouse belum tersedia untuk Android. Untuk iOS pun ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu perangkat harus berjalan minimal dengan iOS 13.

"Pengguna nggak bisa download Clubhouse terus register gitu, atau bahkan cuma kaya daftar di websitenya, itu nggak bisa," lanjut dia.

Aspek eksklusivitas ini juga, kata Lucky, yang membuat Clubhouse cepat viral di Indonesia. "Semua yang ekslusif bikin orang penasaran dan ingin mencoba bergabung," timpalnya.

Selain itu, untuk bergabung dengan Clubhouse, pengguna juga harus memiliki undangan terlebih dahulu.

Pengundang harus memiliki nomor telepon orang yang akan diundang, untuk dikirimi pesan berisi tautan ke situs Clubhouse. Di sini, calon pengguna bisa membuat akun dengan nomor telepon tadi.

Tiap anggota baru nantinya akan mendapat hak untuk mengundang dua orang lain. Jumlahnya akan ditambah seiring dengan meningkatnya pemakaian.

Metode undangan bergabung terbatas ini, menurut Lucky, juga mendorong maraknya jual-beli undangan Clubhouse di e-commerce.

Di samping itu, metode bergabung yang diusung Clubhouse ini, kata Eno, menjadi aspek eksklusif lainnya yang ditawarkan aplikasi ini.

"Pengguna nggak bisa mengunduh dan register seperti biasa. Ini invitation only," pungka eno.

https://tekno.kompas.com/read/2021/02/19/15330047/7-alasan-mengapa-popularitas-clubhouse-melejit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke