Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Telegram Dapat Suntikan Dana Rp 2,1 Triliun, Buka Kantor di Abu Dhabi

KOMPAS.com - Perusahaan penyedia layanan aplikasi perpesanan Telegram baru-baru ini mendapatkan suntikan dana sebesar 150 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,1 triliun.

Investasi tersebut berasal dari dua perusahaan pendanaan asal Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), yakni Mubadala (75 juta dolar AS/Rp 1,05 miliar) and Abu Dhabi Catalyst Partners (75 juta dolar AS/Rp 1,05 miliar. 

Adapun suntikan dana ini merupakan hasil dari penjualan surat utang/obligasi (bonds) lima tahun sebelum Telegram melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2026 mendatang.

Obligasi ini sendiri berjenis convertible bonds, di mana nantinya obligasi tersebut bakal bisa dikonversikan ke saham dengan nilai yang setimpal, apabila Telegram benar-benar IPO di waktu yang telah ditentukan.

Dengan investasi ini, Telegram bakal membuka kantor baru di wilayah Abu Dhabi, UEA untuk memperkuat eksistensinya di negara tersebut, dan di sekitar wilayah Timur Tengah.

"Kami merasa terhormat atas investasi senilai 150 juta dollar AS ke Telegram dari Mubadala dan Abu Dhabi Catalyst Partners," ujar pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov, dikutip KompasTekno dari TechCrunch, Kamis (25/3/2021).

"Kami juga antusias untuk mengembangkan kemitraan strategis ini demi melanjutkan kiprah Telegram di kawasan MENA (Middle East & North Africa) dan tentunya secara global," imbuh Durov. 

Dalam kanal resminya di platform Telegram, Durov sendiri mengaku telah mendapatkan suntikan dana lebih dari 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 14,4 triliun dalam bentuk obligasi.

Dari angka tersebut, 150 juta dolar AS konon berasal dari dari dua investor asal Dubai tadi.

Durov sendiri tidak mengungkap siapa-siapa saja yang menyuntikkan dana kepada perusahaan teknologi tersebut.

Namun, ia mengklaim bahwa mereka yang berinvestasi merupakan para investor besar "ternama" yang berasal dari seluruh dunia.

Menurut Durov, beragam suntikan dana ini bakal dipakai untuk mempertahankan, sekaligus mengembangkan layanan Telegram di kawasan operasionalnya di seluruh dunia, mengingat perusahaan ini adalah perusahaan independen.

"Suntikan dana ini juga akan digunakan untuk mengimplementasikan strategi monetisasi di Telegram yang telah saya umumkan pada Desember lalu," imbuh Durov.

Adapun strategi yang dimaksud merupakan penyisipan iklan di beragam kanal umum (Public Channel) yang tersebar di Telegram. Artinya, percakapan pribadi di platform tersebut belum akan diganggu oleh iklan.

Obligasi sebagai solusi

Sebagai informasi, Telegram diklaim telah memiliki 500 juta pengguna aktif bulanan dan jumlah tersebut diprediksi akan meningkat seiring berjalannya waktu.

Layanan perpesanan yang didirikan pada 2013 ini belakangan disebut makin naik daun, apalagi di saat WhatsApp menerapkan kebijakan teranyarnya terkait masalah privasi beberapa waktu lalu.

Karena semakin ramai dan merupakan perusahaan independen, Durov, dkk pun harus "putar otak" untuk menggalang dana supaya layanannya tetap "hidup" dan bisa dinikmati di seluruh dunia.

Selain strategi untuk menampilkan iklan di Public Channel, salah satu strategi lainnya adalah menjual obligasi tadi.

Bahkan pada 2015 lalu, Durov memilih untuk menjual seluruh sahamnya di platform media sosial berbahasa Rusia bikinannya, VKontakt (VK) senilai 300 juta dolar AS demi mempertahankan layanan Telegram.

https://tekno.kompas.com/read/2021/03/25/16310027/telegram-dapat-suntikan-dana-rp-21-triliun-buka-kantor-di-abu-dhabi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke