Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

9 Merek Ponsel Populer yang Sekarang Tinggal Nama

Ada yang mencoba bangkit lagi seperti Nokia, tapi kebanyakan sudah tenggelam ditelan perkembangan zaman dan ketatnya kompetisi. Sebagian bertumbangan karena tidak mampu mengikuti laju teknologi di era smartphone yang didominasi Android dan iOS.

Siapa saja mereka? Berikut ini KompasTekno himpun beberapa di antaranya yang kini tinggal kenangan.

Memasuki abad ke-21, Ericsson kembali bangkit dengan meluncurkan ponsel pintar dengan sistem operasi Symbian, R380, tapi tak berhasil mendongkrak posisinya di pasar.

Ericsson kemudian membagi perusahaan menjadi dua divisi. Produksi dan desain ponsel dialihkan ke Sony Ericsson Mobile Communications, hasil kerja sama dengan Sony.

Sementara, proses pengembangkan software dan hardware yang digunakan sebagai fondasi untuk membuat telepon seluler, dipindahkan ke perusahaan baru yang disebut Ericsson Mobile Platforms (EMP).

Hasil joint venture dengan Sony yang dibentuk pada 2001 ini sempat menelurkan sejumlah ponsel populer dengan aneka fitur inovatif, misalnya seri P800 yang dibekali keypad sekaligus layar sentuh dan stylus.

Lini Xperia Sony yang masih eksis sekarang dirintis di masa Sony Ericsson. Sayang, menurut keterangan di situs Ericsson, penjualan Sony Ericsson yang identik dengan logo lingkaran berwarna hijaunya itu mulai terpuruk pada 2008.

Ericsson mengakui bahwa produknya tak sanggup bersaing dengan iPhone yang merupakan pendatang baru ketika itu. Kemudian, pada 2012, Sony mengakuisisi seluruh saham Ericsson di joint venture tersebut. Riwayat Sony Ericsson pun tamat.

Perusahaan Siemens yang berasal dari Jerman sempat mencoba peruntungan di industri ponsel lewat Siemens Mobile dan berhasil eksis selama beberapa waktu, meski namanya tak sesohor Nokia atau Ericsson.

Sayangnya, kiprah Siemens tak bertahan lama. Pada tahun 2005, Siemens memutuskan untuk menjual divisi ponselnya kepada perusahaan asal Taiwan, BenQ.

Seperti Samsung, LG sama-sama berasal dari Korea Selatan, tapi berbeda nasib di industri ponsel. Produk-produk LG sebenarnya tergolong inovatif dan terkadang bahkan bisa dibilang berani.

Misalnya, ketika LG menelurkan produk smartphone G Flex yang berbentuk melengkung pada 2013, atau Wing yang memiliki dua layar dan bisa diputar.

Sayang, aneka terobosan itu tak kunjung berhasil mengangkat posisinya di pasaran. LG pun memutuskan untuk lempar handuk pada April 2021.

Nama Nexian sempat populer di Indonesia pada masa-masa awal kejayaan Android di dekade yang lalu.

Pabrikan yang merupakan brand lokal ini sempat merilis ponsel Android One pada 2015, namun setelah itu gaungnya tak terdengar lagi dan seolah lenyap dari pasaran.

Yang tersisa sekarang hanyalah sebuah website yang masih bisa diakses tapi sudah tak diperbarui lagi semenjak bertahun-tahun lalu.

Esia sebenarnya adalah operator seluler berbasis CDMA dari Bakrie Telecom yang kemudian juga membuat ponsel. Salah satu produknya yang cukup terkenal adalah Esia Hidayah sebagai ponsel edisi Ramadhan.

Sempat populer di dekade 2000-an hingga awal 2010-an, Esia lambat laun terpuruk. Apalagi semenjak teknologi seluler Code Division Multiple Access (CDMA) ditinggalkan oleh operator-operator lain pada masa awal peralihan ke 4G.

Nama Esia kini tinggal kenangan manis bagi mereka yang dulu sempat mencicip paket telepon murahnya, sementara saham Bakrie Telecom sendiri sudah hampir 2 tahun mengalami suspensi di bursa.

Merek smartphone yang dikenal dengan papan ketik QWERTY ini sebenarnya masih eksis, bahkan kabarnya akan hadir lagi dalam bentuk ponsel 5G. Tapi BlackBerry sekarang bukanlah BlackBerry yang dulu.

Sempat menjagokan sistem operasi BlackBerry OS bikinannya sendiri, perusahaan asal Kanada tersebut akhirnya menyerah dan beralih memakai Android. Namun langkah banting setir itu pun tak berhasil menyelamatkannya.

Perusahaan BlackBerry -sebelumnya Research in Motion- sudah berhenti merancang ponsel sendiri sejak 2016. Produksi smartphone bermerek BlackBerry ketika itu diserahkan ke pabrikan TCL asal China.

Belakangan, pada 2020, BlackBerry pecah kongsi dari TCL sehingga mereknya terancam lenyap. Namun, ponsel kabarnya akan tetap dihadirkan lewat kerja sama baru antara pabrikan FIH Mobile dan startup OnwardMobility asal AS.

Palm boleh dibilang adalah salah satu pelopor sekaligus nama paling mentereng di masa kejayaan perangkat Personal Digital Assistant (PDA), di peralihan dekade 1990-an ke 2000-an.

Perangkat-perangkat Palm tak ubahnya komputer mungil dengan pelengkap berupa stylus untuk melakukan input di layarnya yang berukuran besar. Seiring waktu, nama Palm mulai terpinggirkan hingga akhirnya terdepak oleh para pemain baru di industri smartphone.

Palm dibeli oleh HP pada 2010, tapi produksinya langsung dihentikan setahun setelahnya. Nama Palm sempat hadir kembalilewat TCL yang membeli lisensi mereknya pada 2014, tapi gagal di pasaran.

Yang tertinggal kini hanya sistem operasinya, webOS, yang pada 2013 dijual ke LG. Bukan untuk dipakai di ponsel, melainkan TV pintar.

Vertu lahir sebagai merek mewah besutan Nokia pada 1998. Produk-produknya yang dihargai selangit bertabur bahan mahal, mulai dari sapuhan logam mulia, kulit buaya, hingga permata berharga. Bahkan ada layanan concierge khusus yang siap melayani kebutuhan pemiliknya.

Membidik pasaran niche berupa konsumen super kaya bukan berarti Vertu bisa selamat di industri ponsel. Perusahaan yang berbasis di Inggris itu dinyatakan bangkrut dan dilikuidasi pada 2017.

https://tekno.kompas.com/read/2021/05/19/10170037/9-merek-ponsel-populer-yang-sekarang-tinggal-nama

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke